Aku membuka mataku secara perlahan dan menemukan Samudera yang sedang duduk disampingku.
"Brie? Lo udah sadar? gue panggilin dokter dulu yaa" Sam pun langsung memanggil pergi dan memanggil dokter untuk memeriksaku.
Setelah dokter meninggalkan ruanganku, akupun mulai ingat dengan mimpiku yang tadi.
"Sam? Vano baik baik aja kan?"
"Lo tau darimana?" tanya Sam panik.
"Hah? tau apa? gue cuma nanya, Vano baik baik aja kan? dia gak kenapa napa kan?"
"Huhhh... mmm iyaa dia baik baik aja kokkk" jawab Sam sambil tersenyum kepadaku.
Sungguh, akhir akhir ini aku merasa ada yang aneh dengan Sam ataupun dengan Vano. Rasanya ada hal yang dirahasiakan dariku. Tapi, apa?
Mungkin pas gue sembuh nanti gue bisa cari tau sendiri, pikirku.
**********
Aku menjalani hari hariku dirumah sakit pasca operasi. Walaupun aku merasa sudah cukup fit untuk bisa pulang dan menjalani aktivitasku kembali, namun dokter masih tidak memberikanku izin untuk pulang. Tapi ia menjanjikanku agar bisa pulang sekitar 5 hari lagi.
Sore ini aku dengan duduk ditaman rumah sakit bersama Sam. Lagi lagi bersama Sam. Bukannya tidak senang, namun aku masih mengharapkan Vano yang ada bersamaku saat ini.
Saat aku sedang asyik berkeliling taman dengan Sam, aku melihat seorang anak kecil yang sedang menyuapi temannya makan.
"Sam? bisa tolong dorongin gue ke anak kecil itu gak?"
"Dengan senang hati" kata Sam sambil mendorong kursi roda ku menuju anak tersebut.
"Hai dek, namanya siapa?" tanyaku.
"Aku Reno, kalo dia Rani" jawab anak kecil yang bernama Reno itu.
"Ohhh, ini adek kamu ya? mamanya kemana emang? kok berdua aja?"
"Bukan kak, Reno bukan kakak aku. Dia sahabat aku" bantah Rani.
"Waah hebat banget yaa Reno mau jagain Rani nya hihi"
"Iyalah kak, akukan sayang sama Rani" jawab Reno dengan lancarnya.
Aku tersenyum dan bertanya "Hmmm kalo boleh tau, Rani sakit apasih?"
Reno menatap Rani dengan tatapan penuh sedih saat Rani menjawab "Aku sakit kanker darah kak"
"Yaampun, semangat terus yaa Rani! Jangan sedihhh" kataku sambil menggenggam tangan Rani.
Tiba tiba saja Rani menangis dan Reno langsung memeluknya.
"Rani kamu kenapa?" tanyaku.
"Aku takut kak. Kata temen aku kalo aku diobatin, nanti rambut aku rontok semua terus aku jadi botak. Aku takut gaada lagi yang mau temenan sama aku. Aku takut.........."
"Kamu gausah takut Ran, aku bakal tetep sayang sama kamu dan bakal terus jadi sahabat kamu kok. Aku janji gaakan ninggalin kamu. Tapi kamu juga harus janji kamu harus temenin aku juga sampe aku sukses nanti dan bisa bahagiain kamu" kata Reno ketika mendengar kata kata dari Rani tersebut.
Aku menangis melihat ketulusan dari persahabatan mereka itu. Dulu gue pernah ngerasain kayak gitu, tapi sekarang? gue kangen sama kalian, Zhar, Van.
"Rani, kamu jangan putus asa yaa! semangat terus! jangan pernah sedih karena kamu udah punya Reno. Dan Reno, kamu jagain Rani terus yaa! hibur dia terus, jangan sampe air matanya jatuh lagi. Kakak duluan yaaa" kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flashlight
Teen FictionDisaat keterpurukan menimpanya, Shabrienna Variezsa hampir kehilangan jati dirinya. Ia terus menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi. Hingga ia bertemu dengan Samudera, cowok paling dingin yang menjadi salah satu "most wanted guy" disekolahnya...