Hari hari setelah kematian Devano terasa sangat berat untuk dilewati. Sudah sebulan berlalu sejak kematian Devano, namun aku masih belum bisa merelakannya. Devano, orang yang selama 10 tahun ini selalu bersamaku. Orang yang berjanji tidak akan meninggalkanku. Devano, yang sekarang hanya menjadi kenangan terindahku.
Sebulan terakhir ini aku lewati hanya untuk menangisi Vano setiap malam dan menghasilkan bengkak dimata ku setiap kali ingin pergi ke sekolah. Sam--Azhar setiap hari selalu mengikutiku dan meminta maaf kepadaku atas segalanya. Yah, Segalanya. Namun sulit sekali rasanya bagiku untuk memaafkannya.
Aku masih terus beranggapan bahwa Azhar lah penyebab kematian Vano. Walaupun pada kenyataannya, karena aku lah Vano menyumbangkan sebelah ginjalnya.
Hari ini adalah H-3 mini konser ku. Harusnya aku sangat bersemangat akan hal tersebut. Namun nyatanya? Semangat itu luntur seiring kepergian Vano. Tadinya aku berencana untuk membatalkan konser ini, namun tante Vani meyakinkanku untuk menerusakannya. Demi dia, dan Vano.
Aku sedang membuka kotak yang berisi barang barang pemberian Vano. Aku membukanya setiap dua hari sekali dan berharap ada satu barang yang bertambah. Entah foto bersama Vano, atau apapun itu.
Aku mengambil sebuah foto yang aku ambil saat Vano sedang tiduran dipangkuanku dan tersenyum melihatnya. Dulu, setiap hari pasti ada yang bertambah di kotak ini. Karena hampir setiap hari aku bersama Vano dan apapun yang terjadi pada hari itu pasti aku abadikan dan aku menaruhnya disini. Mengingat semuanya, air matakupun menetes lagi, lagi, dan lagi.
It's been a long day
Without you my friendHatiku terasa sangat sakit jika mengingat semua itu. Seperti memeluk bulan dan merasakan kejauhannya, juga seperti memeluk kaktus yang sakitnya menusuk hingga ke dalam hatiku yang paling dalam. Air mata terasa membakar pipiku. Aku memeluk boneka kesayanganku yang diberikan oleh Vano sambil terus menggumamkan kata 'I miss you' yang diiringindengan isak tangis seperti tiap kali aku sedang mengingat Vano.
And I'll tell you all about it
When I see you again"Gue yakin kita bakal ketemu lagi Van, Gue yakin"
**********
Selama 3 hari kedepan aku harus berlatih dengan lebih keras untuk mini konser ku. Sampai sampai aku mendapat dispensasi dari sekolah untuk berlatih keras selama 3 hari itu. Katanya, jika aku berhasil dalam mini konser ini, aku juga akan membawa nama baik sekolah ikut melambung.
"Shabrienna, makan dulu yuk" ujar mama sambil membuka sedikit pintu kamarku dan membawa nampan berisi makan pagi untukku.
Mama tau betul seberapa sayangnya aku kepada Vano. Jadi mama masih mewajarkan jika aku masih bersedih hati atas kepergian Vano. Aku pun lebih suka mengurung diri dikamar sekarang. Sampai makan pun aku habiskan di kamar.
"Makasi ma" kataku sambil sedikit tersenyum kepada mama.
Biasanya sehabis menaruh makanan di meja samping tempat tidurku, mama hanya tersenyum dan melirikku dengan sedih lalu kembali meninggalkanku sendirian dikamar. Namun hari ini, mama memilih untuk duduk disampingku dan memberi tatapan prihatin kepadaku.
"Brie, ada yang mau mama omongin sama kamu" kata mama.
"Ya ma?" jawabku yang masih terus melihat kedalam kotak ditanganku.
"Kapan duka kamu selesai? Mama kangen kamu yang dulu. Mama kangen semangat kamu yang dulu sayang" ujar mama dengan suara seperti menahan tangis.
Sebelum sempat menjawab, mama melanjutkan perkataannya lagi. "Mama tau kok seberapa kehilangannya kamu atas kepergian Vano. Tapi apa kamu gak sayang sama diri kamu sendiri? Kamu ngunci diri setiap hari dan cuma keluar buat sekolah sama les. Kamu juga gapernah ngurus diri kamu sendiri lagi. Coba liat diri kamu, kamu udah kusut banget, berantakan banget. Mama gak tega liat kamu kayak gini terus"
Aku terdiam dan berusaha melihat diriku sendiri. Jalur jalur kecil bekas lewatnya air mata sangat nampak di pipiku yang kini sangat tirus. Kantung mata juga tergantung jelas dibawah mataku yang bengkak. Baju yang dulu pas dibadanku juga sekarang terasa longgar. Benar, aku terlihat sangat kusut dan berantakan.
"Mama juga sayang kok sama Devano. Sayang banget malah. Tapi kita gaboleh terusterusan larut dalam kesedihan. Vano pasti jauh lebih suka kamu yang dulu, bukan yang sekarang. Dan Vano pasti sedih kalo liat kamu nangis terus kayak gini. Mama tau banget dari dulu dia selalu mau buat kamu bahagia, bukan sedih" lanjut mama.
"Tapi susah ma buat ngelupainnya" jawabku sambil menyeka air mata yang terus bergantian turun untuk membasahi pipiku.
"Kamu gak usah ngelupain Vano. Dia pasti sedih kalo kamu lupain. Yang kamu perlu itu nyimpen semua kenangan sama dia, disini" kata mama sambil menunjuk kearah dadaku.
Aku menatap ke arah kotak lagi dan mama langsung menutup kotak itu. "Move on Shabrienna. Perubahan pasti ada dalam hidup, tinggal gimana cara kita menyikapinya. Kedatangan atau kepergian itu biasa. Dan Vano, Vano itu masih ada dan bakal selalu hidup di hati kita semua" kata mama sambil menatapku dalam dalam.
Vano itu masih ada dan bakal selalu hidup di hati kita semua.
Aku refleks memeluk mama dan mama langsung membalas pelukan tersebut. "Vano mau kamu bahagia sayang" bisik mama ditelingaku.
**********
Aku sudah berada didalam tempat les sambil menunggu kedatangan guruku. Aku duduk didalam ruangan sambil memetik gitar yang aku bawa dari rumah. Gitar kesayangan Devano.
Air mata terasa terdorong keluar untuk kembali mengingatkanku akan segala kenangan yang indah dan menyakitkan. Namun aku berhasil menghalaunya karena aku sudah berjanji kepada Vano dan diriku sendiri bahwa aku akan bangkit, dan menjadi Shabrienna yang dulu.
Saat sedang asyik menyanyi sendiri, pintu tampak terbuka dan masuklah guru lesku, Kak Christine. "Haloo Brienna!! Aku kira kamu gak bakal dateng hari ini" katanya sambil memelukku.
"Haha H-3 nih kak masa gadateng sih" jawabku ketika dia melepaskan pelukannya.
"Abis sejak kepergian pacar kamu, kamu gapernah les lagi. Oh ya, aku turut berduka cita ya Brie" katanya tulus.
"Iyaa makasih yaa kak"
"Jadi, mau mulai sekarang aja latihannya?"
"Okey kakk"
**********
HAIHAIII!! maaf yaa baru update soalnya lagi sibuk banget huhuu jangan lupa vomment yaa!!!! maaf juga kalo ada typo typo gitu xD
KAMU SEDANG MEMBACA
Flashlight
Teen FictionDisaat keterpurukan menimpanya, Shabrienna Variezsa hampir kehilangan jati dirinya. Ia terus menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi. Hingga ia bertemu dengan Samudera, cowok paling dingin yang menjadi salah satu "most wanted guy" disekolahnya...