The Second Meet

9.5K 550 5
                                    

Starbucks Coffee Shop, Gangnam-gu, Seoul, South Korea.
Saturday, 8th February - 03.45 pm.

Kim Hyejin POV

Hari ini aku seperti biasa, bekerja part time di coffee shop daerah Gangnam-gu, kawasan elit Seoul. Aku bekerja hanya untuk mengisi waktu luang dan hitung-hitung untuk menambah uang jajanku, walaupun uang yang diberikan ayahku lebih dari cukup.

Kriingg...

Lonceng kecil yang digunakan sebagai penanda bahwa ada yang memasuki toko berbunyi nyaring mengagetkanku.

"Selamat datang! Silahkan, mau pesan apa?" Tanyaku ramah dan mencoba untuk tetap semangat.

"Aku pesan dua Americano dan satu Passion Tea Frappuccino. Semuanya ukuran kecil."

Aku mengetik pesanannya pada komputer khusus kasir sambil mengulang kembali pesanannya. "Silahkan ditunggu."

Laki-laki tampan tersebut segera mengambil tempat di pojok ruangan setelah berpesan padaku agar mengantar pesanannya ke mejanya. Lonceg kembali berbunyi, reflek aku menolehkan wajah untuk menyambut pelanggan.

"Selamat..." Dia? "Datang..."

Kenapa harus bertemu lagi? Sial! Semoga dia tidak mengingatku. Takut? Bukan! Aku hanya malas kembali berurusan dengannya dan entah kenapa setiap mengingatnya aku selalu merasa ingin mencekiknya.

Dia tidak menghiraukan sapaanku dan langsung berjalan santai ke arah sebuah meja, entah dimana.

"Ini pesananya, antarkan!" Seru bartender kafe.

Aku hanya mengangguk dan segera mengantarkan pesanan kepada laki-laki yang memesan tadi. Aku berjalan sambil melihat ke arah depan, dan betapa terkejutnya aku ketika si bocah tengik tak bertanggung jawab itu duduk tepat di hadapan laki-laki yang memesan minuman yang ada di tanganku.

"Permisi, pesanannya." Ujarku santai.

"Ya, terima kasih." Ujar laki-laki tampan itu.

Belum juga aku meletakkan minuman yang satu lagi di meja, tiba-tiba saja minuman itu ditarik oleh bocah tengik itu -karna hanya ada dia selain laki-laki tampan itu- sehingga membuat isinya sedikit tumpah mengenai bagian depan kaus putih polos miliknya.

"Ya!" Teriaknya.

"Apa yang kau lakukan?! Kau membuat bajuku kotor! Kau bisa kerja tidak sih?!" Dia berteriak sangat keras sehingga membuat pengunjung lain menoleh ke arah kami mencari tahu.

"Apa? Hei! Itu bukan salahku! Itu slahmu! Kalau kau tidak merebut minumannya seperti tadi, maka bajumu tidak akan kotor!"

"Kau berani melawanku lagi?!"

Lagi? Oh, jadi dia ingat denganku? Cih, ku kira ia sudah lupa

"Ku kira kau lupa denganku. Aku tidak pernah takut denganmu! Lagi pula mungkin ini adalah balasan untukmu karena sudah menabrakku dan tak bertanggung jawab waktu itu!" Gila saja kalau aku takut denganya.

"Aku sudah minta maaf! Aku tidak mau tahu, pokoknya kau harus bertanggung jawab atas ini semua!"

"Apa? Enak saja! Aku tidak mau! Kau saja tidak mau bertanggung jawab, tentu aku juga!"

"Tidak bisa! Pokoknya..."

"HENTIKAN!" Bentak seseorang yang tak lain adalah si laki-laki tampan itu.

"Kyuhyun, kau yang salah di sini. Dia bahkan belum menaruh minuman itu di atas meja, tapi kau sudah merebutnya. Dia benar, jika kau tidak merebutnya seperti tadi, hal seperti ini tidak akan terjadi." Laki-laki tampan itu marah dan berhasil membuat bocah tengik ini bungkam dengan wajah yang entahlah, tidak jelas.

"Hyung,"

"Jangan bela dirimu, Kyuhyun!" Laki-laki tampan itu menoleh kepadaku. "Nona, aku minta maaf atas kejadian ini, akan aku pastikan kau tidak akan diprcat dari pekerjaanmu."

Kenapa dia yang meminta maaf?

"Tuan, anda tidak bersalah, jadi anda tidak perlu meminta maaf. Karena yang seharusnya meminta maaf adalah adik anda ini." Aku kembali menatap bocah tengik ini yang juga tengah menatapku dengan tatapan membunuhnya.

"Benar. Kyu, minta maaf."

"Hyung, dia yang salah."

"Cho Kyuhyun!"

"Sial! Ya baiklah! Aku minta maaf."

"Apa begitu caramu meminta maaf? Kau tidak tulus!" Ujarku.

"Baik! Aku minta maaf atas kejadian ini, aku salah! Puas?" Jengkelnya.

"Baik aku maafkan karena aku merasa kita impas, Tuan" ku sertai senyum terbaikku.

Kudengar si bocah tengik itu berdecak kesal. Lihatlah betapa tak berdayanya dia ketika ada kakaknya.

"Baiklah, Nona, kalau begitu kami harus pergi. Maaf tidak bisa menyicipi minumannya." Dia menatapku dengan pandangan bersalah.

"Tak apa, Tuan." Ujarku tersenyum.

"Kyu, ayo pulang!" Suruh si tampan itu.

"Hyung..." Rengek si bocah tengik itu dengan lengan yang ditarik oleh si tampan untuk pergi dari kafe ini.

Orang-orang yang melihat mulai kembali pada aktivitas mereka sebelumnya. Aku juga kembali melangkah ke meja kasirku.

"Hyejin, ke ruanganku sekarang!" Ya Tuhan, Manager Park tidak akan memecatku kan? Bukan kah si tampan tadi bilang bahwa aku tak perlu khawatir akan dipecat?

Aku mengangguk sekilas dan berjalan mengikuti Manager Park menuju ruangannya.

"Duduk!" Suruhnya ketika kami sampai di ruangannya.

"Kau sudah membuat kekacauan dan bertindak tidak sopan dengan meneriaki pelanggan. Jika salah satu dari mereka tidak mengatakan untuk menjamin pekerjaanmu, aku akan memcatmu sekarang juga. Tapi, sayangnya tidak. Aku hanya akan memotong setengah gajimu."

Apa katanya?!

"Tapi, Manager, aku tidak bersalah."

"Kubilang kau bersalah karena berteriak kepada pelanggan, Kim Hyejin."

"Tapi itu semua karena dia."

"Sudah cukup. Aku tak ingin mendengarkan pembelaanmu tentang kau tidak bersalah atau apapun karena aku akan tetap memotong gajimu."

"Tapi,"

"Kau boleh keluar sekarang." Dia mengisyaratkan tangannya menunjuk ke arah pimtu ruangan.

"Saya permisi." Apa yang dapat aku lakukan selain pasrah? Hhh...

Laki-laki sialan itu benar-benar membawa petaka. Semoga saja aku tidak lagi bertemu dengannya. Amin.

My Lovely EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang