A Trip (Part 1)

5.6K 401 4
                                    

Milan, Italy
Saturday, 11th May - 09.00 am

Kim Hyejin POV

"Hyejin," panggil Bibi. "Hari ini Mr. Collins mengajak kita jalan-jalan. Dia bilang ini sebagai hadiah atas desain kita kemarin."

"Jalan-jalan? Kemana?" Tanyaku.

"Entahlah, dia tidak mengatakannya."

Aku hanya menganggukkan kepalaku dan membentuk huruf O dengan bibirku tanpa menyuarakannya.

"Dia bilang kita harus menunggu di halte bis dekat taman." Ujar bibiku lagi.

"Baiklah aku akan mengganti pakaianku." Ujarku.

"Ya, bibi juga."

Aku mengganti pakaianku dengan celana jeans yang robek dibagian kedua lutut, kaos putih bertuliskan "eat a lot", sepatu putih keluaran Adidas, cardigan tipis berwarna broken white, dan bucket bag berwarna maroon keluaran Vince Camuto.

Setelah siap aku segera turun ke bawah dan mendapati bibi sedang menelepon seseorang, mungkin itu Mr. Collins karena aku mendengar bibi berkata, "Ya, aku sedang menunggu Hyejin." Dan blablabla aku tidak perlu mendengar kelanjutannya sepertinya.

Aku menunggu bibi menyelesaikan panggilannya di sofa ruang tengah. Tak lama setelahnya bibi datang. Oh lihatlah, bibiku tampil menakjubkan hari ini. Benar-benar jauh berbeda denganku.

Ia mengenakan dress berwarna putih sebatas lutut dengan motif bunga sakura, ia melapisi dressnya dengan ponco berwarna soft pink, ia juga membawa tas Hermès miliknya yang berwarna putih, dan ia juga memakai sepatu Gianvito Rossi miliknya yang berwarna soft pink.

Sepertinya aku seharusnya tidak ikut jika tahu begini. Terlihat sekali kalau dibalik acara "jalan-jalan atas rasa terima kasih" ini ada acara tersembunyi lainnya, yaitu "kencan antara Bibi Kim dengan Mr. Collins". Menyebalkan!

"Bi," panggilku.

"Ya?"

"Apa aku harus ikut?"

"Tentu saja, Sayang! Mengapa bertanya seperti itu?"

"Tidak. Hanya..."

Bibi Kim sedikit memiringkan kepalanya dan menatapku bingung. Aku segera bangkit, "Ya sudah, apa kita akan berangkat sekarang?" Tanyaku.

"Ya, kita berangkat sekarang, ini sudah hampir pukul sepuluh." Ujar bibi sambil melihat jam yang tergantung di atas perapian.

Aku mengangguk dan kemudian berjalan ke luar diikuti bibi dari belakang. Kami berjalan ke arah halte tempat Mr. Collins akan menjemput kami.

"Bi," panggilku ditengah perjalanan menuju halte.

"Ada apa?"

"Kau menyukai Mr. Collins ya?"

Bibi berhenti yang otomatis membuatku menghentikan langkahku juga. Kami saling menatap, aku dengan tatapan penasaranku dan bibi dengan tatapan kagetnya, seperti tertangkap.

"Mana mungkin! Hahaha" bibi melanjutkan jalannya meninggalkanku dibelakang.

"Mungkin saja." Ujarku setelah sampai di samping bibiku.

"Kami hanya rekan kerja, tak ada perasaan khusus."

"Benarkah? Tapi kalaupun ada menurutku sangat bagus karena aku melihat sepertinya Mr. Collins juga menyukai bibi."

"Tidak, Hyejin."

"Tapi, Bi, ajakan dansa kemarin itu apa? Dan aku tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui tingkah laku orang yang sedang dimabuk asmara."

My Lovely EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang