PROLOG

28.6K 698 23
                                    

Las Vegas, Nevada.

"William?"

Allison memasukkan kepalanya ke dalam kulkas sebelum menutupnya kembali dan dia berjalan sembarangan sembari melepaskan kaus kaki dan sepatunya. Allison menoleh ke kiri ketika mendengar suara wanita yang dia tidak ingin tahu siapa tengah berteriak. Mendengar tidak ada jawaban dari William Turner—pemilik apartemen yang sekarang ini dia masuki, Allison pun menyipitkan matanya. Apartemen penthouse yang terletak di atas Grand Casino and Hotel Black Lotto milik ayahn William yang semenjak tiga tahun lalu meninggal dunia—sehingga kasino tersebut sepenuhnya jatuh ke tangan William Turner.

Tidak hanya kasino yang berada di Las Vegas saja yang dia miliki, melainkan seluruh Grand Casino Black Lotto yang tersebar di seluruh belahan dunia. William Turner juga memiliki banyak bisnis Real Estate and Property  yang sudah dia rintis bersama ke empat temannya dan membuat dia yang sekarang ini berumur 32 tahun memiliki segalanya.

"William!" Allison harus berteriak memanggil pria itu agar didengar. Ia baru saja selesai pemotretan bersama Vogue dan dia diperintahkan oleh Alexander Marioline—kakak laki-lakinya untuk mengambil dompetnya yang tertinggal di dalam mobil William Turner. Allison dengan kesal harus menemui William yang entah keberadaannya di mana. Ia juga kesal dengan Alex karena sudah ceroboh meninggalkan dompetnya di dalam mobil pria yang sangat Allison benci.

Allison mulai kesal dan dengan kasar membuka kamar William hanya untuk melihat pria itu ...

William Turner, pria dengan kebiasaan aneh, yaitu suka tidur dengan wanita yang dia temui di kasinonya dalam keadaan terang dengan lampu tambahan agar memudahkan ia melihat wanita yang ditidurinya seraya menjadi dominan. "Do you mind me to in?" tanya William seraya mengulum puting payudara wanita itu yang sudah mengeras. Tangannya perlahan bergerak ke arah bagian paling sensitif dari wanita itu.

"Yes, sir."

"Repeat."

"Please, sir."

"Good girl." William memainkan dua jarinya ke bagian paling sensitif wanita itu sehingga wanita tanpa nama itu menggeliat dan menggigit bibir dalamnya.

"Fuck me!" Wanita itu berteriak kencang dan melingkarkan lengannya pada leher William dengan manja. William tersenyum nakal dan perlahan akan masuk sampai pintu terdobrak dengan kencang sehingga dia memalingkan wajahnya sedikit kesal.

Allison dengan wajah kesalnya bersender di pintu dan mengamati mereka. "Well done, William. Give my brother's wallet now!"

Wanita tanpa nama itu berteriak dan bersembunyi di balik tubuh besar William, "Agh! William siapa dia?!"

"My friend stupid sister." William keluar dari ranjang sebelum mengecup bibir wanita itu dan berpakaian.

"Ew," Allison memandang jijik ke arah mereka. William memungut celana dalamnya. "Wow, your perfect peach right there. Beautiful!" Dari ambang pintu Allison mengangkat tangannya untuk memastikan tangan kecilnya pas di bokong William yang seksi.

William mendengus dan memandangnya kesal. "Ada perlu apa kamu kemari, fanatik."

"Mengambil dompet Alex, pria tua." Allison masih menatap dengan mengejek ke arah wanita yang ditiduri William. "Well, not bad." Ia tertawa ketika wanita itu kebingungan mencari pakaiannya.

"William, bantu aku memakainya. Siapa wanita lancang ini?!" Ia berteriak ketika Allison menertawainya dan William menyugar rambut hitamnya—frustasi dengan kedua wanita di hadapannya.

Setelah selesai berpakaian, wanita itu memeluk William dengan manja dan Allison menatapnya dengan tatapan yang dia buat-buat seakan dia terpesona dengan mereka berdua. "So pathetic," ucapnya datar.

"William cepat, dimana dompet Alex?" Allison melangkah masuk dan mengamati meja William yang penuh dengan kunci mobil koleksinya. "Ugh, William mobil mana yang Alex pinjam darimu kemarin?" Allison bertanya kepada William.

"William, wanita itu siapa? Apa kamu mengenalnya?" Wanita tanpa nama itu bertanya lagi.

"Ya, dia adik temanku," William sekilas melihat jam dan mengecup wanita itu sebentar. "I will call you, Sugar."

Wanita itu mengambil tangan William yang akan pergi untuk membantu Allison. "Tapi aku mau kamu sekarang," wanita tanpa nama itu membawa tangan besar William menuju bagian yang Allison sama sekali tidak ingin melihatnya.

"I'll call you," kata William lagi kepada wanita itu.

"Never," bisik Allison yang sibuk mencari kunci mobil William.

William menatapnya sangat kesal dan membawa keluar wanita tanpa nama itu.  Allison tertawa ketika William kembali masuk ke dalam kamarnya dan memberikan Allison kunci mobil yang Alex pinjam kemarin. "William, sekarang kamu menyukai blonde girl? Setahuku, mereka sedang menjadi trend sekarang, pantas saja."

"Jika kamu sudah menemukannya, sekarang pulanglah," ujar William mempersilahkan Allison untuk pergi.

"Kenapa kamarmu sangat terang? Sungguh menganggu mataku yang suci ini," gumam Allison yang masih dapat di dengar oleh William.

"Matamu? Suci? Well, untuk seorang Goddes pada Amanda Secret kamu mengatakan matamu suci?" William terkekeh, "Allison you have been here with me. You're not saintly."

"Damn you," Allison mendorong dada bidang William yang lebih besar dari nya.

William mematikan lampu kamarnya dan bergegas membersihkan semua kekacauan yang dia buat bersama wanita tanpa nama itu. William hanya bisa mengenali mereka dari wajah, dia tidak perlu mengatahui nama mereka, buang-buang waktu saja.

"Ini sudah pukul dua, kamu tidak berniat untuk mengantarku pulang?" Allison melirik jam tangan Danielle Wellington musim terbarunya.

"Tidak,"

"Apa kamu marah?"

"Tidak,"

"Kalau begitu izinkan aku, bermalam di sini."

"Tidak," jawab William cepat. Dia menarik lengan Allison dan dengan kasarnya dan sedikit mendorongnya keluar dari penthousenya. "Kamu pulang sekarang atau Alex akan memarahiku."

Allison mendengus dan mengusap lengannya yang kemerahan akibat  tarikan William. "Siapa juga yang ingin menginap di sini, ew." Allison memandang jijik William.

"Sebelumnya kamu katakan ingin bermalam di sini."

"Maksud aku bermalam di Black Lotto bukan di kamarmu!"

"What ever, you're stupid girl. Leave now." William menekan tombol liftnya dengan brutal sehingga pintu itu cepat tertutup.

Sesudah kepulangan Allison, William di bawah cucuran air di kamar mandinya mengerang. "Sial, bisa-bisanya dia katakan ingin menginap?"

"Alex, why you have a dumby sister like her?"

SUGAR-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang