BAB 13

3.3K 154 1
                                    

Allison yang mabuk membawa tubuhnya ke tengah pesta dan menari di sana meluapkan semua perasaannya yang sudah setahun lalu tidak dia buang. Memiliki tanggung jawab bukan hanya sebagai adik. Namun, juga sebagai tuan rumah Marioline. Membuat Allison mendapatkan tugas lebih besar daripada Alex. Ia dituntut untuk menjadi nyonya besar yang mengurus segalanya. Perihal rumah dan juga para pelayan mereka, Allison yang bertanggung jawab.

Sejak Alex tinggal di Los Angeles selama setahun terakhir, tugas itu ia pegang sebagai tanggung jawabnya kepada Allison yang telah berjuang sendiri selama ini. Mungkin kita akan melihat wanita itu selalu bersemangat dan terkadang menyebalkan. Bukan tanpa alasan, dia diberikan tugas tanpa arahan dan bimbingan sebelumnya. Karena Josephine Marioline meninggal dunia tanpa meninggalkan apapun untuk Allison pelajari selain kematiannya yang tragis itu.

Menjadi seorang model, penanggung jawab asosiasi dan juga galery keluarga Marioline, Allison tahu bahwa dunianya berbeda dengan dunia Lily Dunn. Lily di bimbing dan diajarkan bagaimana cara mengelola asosiasi keluarganya. Allison ingin seperti Lily, masih di kelilingi oleh kedua orang tuanya dan diberitahu kesalahan apa yang telah dia buat.

Allison juga dituntut untuk menjadi sempurna, karena dialah keturunan Marioline yang memiliki kecantikan sama seperti ibunya yang sangat di puja itu. Bukan hanya ramah dan senang berbagi, Josephine juga baik kepada semua orang. Mungkin hanya itu yang belum dapat Allison terapkan kepada orang-orang di sekitarnya. Dia menunjukkan kepeduliannya dengan cara yang berbeda.

"Allison," panggil William membelah kerumunan yang sedang menari bersama Allison. Wanita itu terlihat sangat dominan dan mata lelahnya menatap William dengan dalam. Senyuman tercetak ketika William berhasil mendorong pria yang akan menyentuh Allison.

"William," Allison mengalungkan lengannya ke leher pria itu. "Biarkan aku bebas, malam ini saja."

"Tidak akan kubiarkan kalau begitu." William menarik Allison dan menciumnya dengan panas. Allison mengeluh ketika rambut-rambut halus di rahang pria itu menegani lehernya. "William," Allison mengerang dan meremas rambut pria itu. William terus memanggut bibir lembut Allison dengan kasar dan tidak hati-hati. Entah kenapa dia sangat menginginkannya sekarang. William membawa Allison ke sofa mereka dan Allison benar-benar dibuat kewalahan sampai dia tidak bisa meraup udara.

"William.."

William tersadar dan menatap Allison dalam ke dalam manik sebening madu wanita itu. "Allison, aku.." pria itu mendorong dirinya menjauh. Tetapi Allison menarik kerah kemeja pria itu dan menciumnya.

-

Allison mengerang dan meregangkan tubuhnya, sedetik kemudian tangannya terjatuh ke atas sebuah bantalan besar dan keras, bertekstur dan Allison membuka matanya hanya untuk menjumpai William yang tertidur tanpa baju di sampingnya.

"What?!" pekik Allison dan membuka selimut mendapati dirinya yang tidak memakai sehelai bajupun. Allison panik dan berlari dengan selimut keluar dari kamar William untuk masuk ke dalam kamar Alex yang sekarang menjadi miliknya jika dia menginap di penthouse milik William.

"Shit! Shit! Allison what do you do?!" Ia meremas rambutnya dan terduduk di atas kasur dengan frustasi. "Oh my God, I did this again with William Turner?!"

Allison mengigit jarinya, "I hate him so much!" Ia mengambil bajunya dan merapikan diri sebelum membangunkan pria itu dengan cara menendangnya sampai dia jatuh ke lantai.

"William Ludwig Anthony Warren Turner, apa yang telah kamu lakukan kepadaku?!"

William yang tersadar menyipitkan matanya dan mendapati Allison sudah berpakaian rapi dengan wajah merah marahnya. "What?!"

"Kamu mengambil kesempatan lagi kan? Kenapa kamu melakukan itu kepadaku?! Aku ingin mencari pria lain, tapi kamu?!" Allison memukul William dengan bantal dan terus memukulnya sampai pria itu mencengkram tangannya dengan kasar dan membuat Allison mengerjapkan kedua matanya.

"Allison Josephine Elizabeth Marioline, aku bersumpah tidak melakukan apapun kepada kamu. Kamu yang membuat aku menjadi seperti ini, so stop hit me with that!"

Allison memegang kepalanya yang pusing, "I swear, I dance with men and I.."

"I stop kissed you, and than-"

"Stop! My worst nightmare being drunk. I- I forgot everything and.."

"You obsessed with me,"

"No."

"Yes, that a fact Allison. You obsessed with my abs."

"No!" Allison berteriak dan mendorong tubuh William sehingga pria itu terjatuh lagi ke lantai.

William terkekeh, "Semenjak aku berolahraga kamu terus terobsesi dengan tubuhku Allison. Setiap kamu mabuk kamu akan memeluk aku dan memegang semua otot ini dengan tangan kecilmu itu."

Allison mengerjap dan menggeleng. "Tidak, aku tidak melakukannya."

"Sudah setahun kamu tidak melakukannya, aku pikir kamu merindukannya," kata William menggoda Allison. Wanita itu terdiam dan menutup matanya ketika William berdiri dengan seluruh tubuhnya.

"William, bisakah kamu menutupinya?" Allison tidak berani melihat ke arah William yang membuat pria itu tertawa. "Kamu terlalu.. vulgar."

William mengambil jubah tidurnya dan memakainya kemudian mendekati Allison lagi dia sangat senang menggoda adik kecil Alexander Marioline.

"Aku tidak akan memberitahu Alex tentang ini," katanya kepada Allison.

"Oh, tentu saja." Allison membulatkan matanya, "Kamu tidak boleh memberitahunya. Jika tidak ingin kamu dihabisi olehnya."

"Tentu saja, aku juga tidak ingin nyawaku dihabisi oleh Alex."

"Untuk sekarang, aku harap kamu bisa melupakan apa yang sudah terjadi," ujar Allison tidak ingin menatap William tangannya terangkat untuk menyudahi percakapan mereka.

"Aku tidak pernah melupakan hal yang telah aku lakukan Allison," balas William dengan suara beratnya yang seksi. "Seperti cara kamu menyentuhku dengan tangan kecilmu," bisik William yang membuat Allison meringis dan mendekat ke pintu-untuk menjauh dari pria itu.

"Baiklah, terserah kamu. Aku akan melupakan semua yang terjadi dan menganggap tadi malam bukanlah apa-apa. Aku akan mengunjungi Lily kalau begitu, samai jumpa." Allison berlari menuju lift dan merutuki kebodohannya sendiri. Bisa-bisanya dia mabuk dan lupa diri. Apalagi dengan obsesinya yang sama seperti Lily, obsesi terhadap otot pria yang seksi.

-

SUGAR-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang