BAB 22

2.8K 141 1
                                    

Lili Dunn menghadiri acara pelelangan lukisan di Mare Haute Gallery and Art. Ia bersama Collin hadir bersama dan menempati kursi paling depan dengan Allison yang sedang membuka acara. Di sampingnya duduk William yang menawarkan mereka sampanye.

"Terimakasih William, kamu baik sekali," kata Lily kepada William.

"Kira-kira sebelum acaranya di mulai, kamu ingin menawar lukisan siapa?" tanya Lily kepada William.

Pria itu meliriknya sekilas, "Aku tidak akan menawar malam ini. Aku pikir yang lainnya mungkin mempunyai selera yang bagus daripada aku."

"Kalau begitu aku sarankan, lukisan Ani Hoffund sangat menarik. Warm tone, cozy and soft." Colin Flerington membuka suara dengan menyarankan William lukisan mana yang harus dia tawar. Walaupun seleranya buruk.

"Baiklah kalau begitu," jawab William menyetujui.

Allison memberikan panggung kepada pembawa acara yang akan memandu acara lelang. Setelah tiga lukisan berhasil terjual dengan harga yang cukup fantastis. Lukisan milik Ani Hoffund pun di bawa ke panggung dan mulai di tawar.

Allison melirik gelisah ke arah para penawar. Setelah ia melihat tidak ada lagi orang yang akan mengangkat tangannya, Allison mengangkat tangannya tinggi dan dia melihat William melakukan hal yang sama.

"Ya, silahkan kepada Miss. Marioline," ucap pemandu acara menunjuk Allison. Wanita itu tersenyum senang dan menawarnya dengan harga, "Tujuh puluh juta."

"Tujuh puluh, up?" tanya pemandu acara tersebut dan menunjuk William.

"Tujuh puluh satu juta." William mengangkat sebelah alisnya

"Tujuh puluh lima juta," jawab seorang penawar tiba-tiba yang membuat Allison pasrah, dia tidak bisa menghabiskan uang begitu banyak malam ini.

Allison duduk dan membiarkan seseorang itu mengambil lukisan milik Ani Hoffund.

"Kamu menginginkannya?" tanya William berbisik kepada Allison. Wanita itu mengangguk. William mengangkat tangannya kembali, "Tujuh puluh lima juta, lima ratus."

"Tiga, dua, satu. Tujuh puluh lima juta, lima ratus. Sold!"

Acara terus berlangsung. Beberapa orang ada yang makan, bergosip dan juga berdansa. Allison memilih untuk mendekati lantai dansa karena musik akan segera di mulai. Lily Dunn yang meminta langsung kepada Allison untuk menggunakan musik ala-ala tahun delapan puluhan.

Semuanya sudah berbaris di tempatnya, Allison sedikit terlambat dan Colin yang berada tidak jauh dari sana menghampirinya. "Ingin berdansa denganku?" tanyanya Colin mengulurkan tangannya kepada Allison.

Allison tersenyum dan mengulurkan tangannya menerima tangan Colin. "Tentu saja, Mr. Flerington."

Mereka berdua berdansa mengikuti alunan musik. Colin membawa tubuh Allison dengan lihai mengikuti irama musik yang lembut dan sangat indah.

"Allison, bisakah aku meminta bantuanmu?"

"Ya, tentu saja Colin. Apa ini tentang Lily?"

Colin tersenyum dan sedikit tertawa, "Benar sekali. Kamu menebak pikiranku dengan benar."

"Tentu saja, Colin. Lily adalah sahabatku, aku akan membantumu sebisaku," kata Allison kepada Colin.

"Apa kamu melihat jika Lily juga merasakan apa yang aku rasakan? Jujur, semenjak bertemu dengannya aku tidak bisa melupakan senyum indahnya. Suara tawanya yang sangat lucu itu terus menghantui pikiranku. Aku pikir, aku benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya." Mata Collin sangat berbinar ketika dia membicarakan Lily. Allison ikut senang, karena dia tidak perlu khawatir. Lily akhirnya akan menemukan belahan hatinya, Sugarnya.

"Tentu saja Collin, dia juga menyukaimu. Aku rasa goals  Lily sudah tercapai. Dia telah mendapatkan belahan hatinya di sini, Los Angeles."

"The Ball, tinggal menghitung hari bukan? Aku akaan melamarnya di sana. Bantu aku Allison, aku tahu kamu pasti bisa membantuku. Bantu aku agar Lily Dunn yang cantik jelita itu, tidak menolak lamaranku."

Lily Dunn duduk mengamati orang-orang berdansa di depannya. Kenapa tidak ada satupun orang yang mengajaknya berdansa. Colin satu-satunya orang yang dia harapkan pun tidak tampak batang hidungnya.

Lily berjalan menyusuri lantai dansa hanya untuk menangkap Colin dan... Allison tengah berdansa, berdua dan saling tertawa. Mereka cukup mesra dan itu membuat Lily cemburu. Ia berjalan cepat meninggalkan lantai dansa dan menuju balkon. Ia menarik napas sekencang-kencangnya.

Allison Marioline, sahabatnya tengah berdansa dengan orang yang dicintainya. Lily ingin sekali menangis, dia berteriak untuk mengeluarkan amarahnya.

"Hoy, berisik." William keluar dari balik pilar dan mengeluarkan asap dari cerutunya.

"William," Lily terperanjat dan meminta maaf.

"Lily Dunn? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya William mendekat dia menghujam cerutunya di atas pembatas dan melirik ke dalam ruangan dansa. "Kenapa kamu tidak ikut berdansa di dalam?"

"Tidak ada yang mau berdansa dengan aku, bahkan Colin..."

William melihat lagi ke dalam dan mendapati Allison lah yang tengah berdansa dengan pria itu. "Allison?" gumamnya.

"Kalau begitu, maukah kamu berdansa dengan aku?" tanya William mengulurkan tangannya.

Lily terdiam dan mengerjap beberapa kali. Jantungnya kembali berdegup seperti saat pertama kali dia bertemu dengan William Turner. Kemudian tidak lama dari itu, Lily menerima uluran tangan William dan mereka berdansa bersama di balkon.

Lily mendengus, "Bahkan orang terdekatku tidak mengerti perasaanku."

William melihatnya dan membawa Lily ke dalam pelukannya karena gerakan dansa mereka. "Jangankan orang terdekatmu. Bahkan dirimu sendiri juga tidak mengerti perasaanmu."

Lily mendongak untuk melihat William," Apa kamu pernah jatuh cinta William?"

"Tentu saja, semua orang pernah jatuh cinta."

"Kalau begitu siapa orang yang kamu cintai?"

William berpikir sejenak dia mengeluarkan suara lucu dari dalam mulutnya. "Hm, aku mencintai semua wanita yang aku temui."

Lily tersipu malu dan tersenyum sangat senang. "Aku mencintai semua wanita, Lily. Aku ini maniak, aku ingin memiliki mereka, menciumnya dan membawa mereka ke dalam duniaku."

"Kalau begitu kamu pasti mempunyai wanita yang kamu cintai bukan?"

"Tentu saja," jawab William sambil tersenyum.

Lily menganggukkan kepalanya. "Kalau aku boleh tahu siapa orang itu William?"

William memikirkannya lagi. "Hm, semua wanita yang aku temui, tentu saja. "

"Maksudku, apa kamu punya satu orang yang sangat kamu cintai?"

"Ah, itu... Aku tidak mencintai satu orang Lily, aku mencintai banyak wanita. Jika kamu menanyakan satu orang. Maka pertanyaanya, siapa orang yang paling aku sayangi. Karena cinta itu bisa kepada siapa saja, bahkan dengan orang yang baru kamu temui. Tetapi rasa sayang, itu khusus kepada orang yang telah melalui banyak hal denganmu."

Lily mengangguk kembali, "Apa aku boleh tahu siapa orangnya?"

William tertawa, "Tentu saja tidak, Lily. It's a secret. Hatiku sudah memilihnya sejak lama dan tidak akan pernah terganti. She will be always here and forever owning me. Everlasting in my heart, she is evermore be mine."

SUGAR-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang