Allison menunduk dalam, air matanya perlahan terjatuh dan dia tidak bisa menahan semua perasaan yang dia tahan sedari tadi. Sejak Jerome mengatakan bahwa dia telah menikahi Barbara Hayes. Yang mana Barbara sendiri merupakan perancang mode Allison untuk setiap pemotretan dan acara-acara penting. Bayangkan teman dekatmu, menikah dengan orang yang kamu cintai.
Betapa hancurnya perasaan Allison saat ini. Ditambah dengan Savannah yang sangat menyebalkan, membuat Allison tidak sengaja mengatakan hal yang tidak ingin didengarnya.
William berhenti mengunyah steaknya dan meletakkan pisau dan garpunya di atas meja, "Bagaimana bisa kamu sangat tidak berperasaan mengatakan itu kepada Savannah? Dan melukai hati Barbara yang baru saja menikah dengan Jerome?"
Allison menatap William dengan matanya yang memerah, "Kamu tahu?"
"Allison bagaimana bisa kamu merendahkan orang dengan membuka aibnya dan menilai mereka dari status sosial mereka? How can you do that Allison Marioline?!" Allison terkejut karena William membentaknya. Napas Allison tersendat karena tangisannya.
"Apa kamu pernah memikirkan perasaan Barbara Hayes, Allison? Kenapa kamu merendahkannya? Dia memang tidak pernah memiliki kekayaan sejak dia lahir. Apa masalahnya jika kamu menghormatinya dan menjaga perasaannya? Dan jika dia memiliki segalanya aku tidak akan melarangmu untuk mengatakan hal itu kepadanya, tetapi dia, dia tidak pernah merasakannya Allison. Dia jelas berbeda denganmu. Hormati dia dan jaga perasannya."
"William," panggil Allison agar pria itu menyudahi ucapannya yang semakin menyakiti hatinya.
"Aku tidak mengerti bagaimana bisa kamu berkata seperti itu kepada temanmu sendiri, bahkan kalian sesama wanita."
"Wiliam," suara Allison meninggi.
"Kamu seharusnya mengerti Allison, kenapa Jerome menikahi Barbara Hayes." William mendekat dan menatap dalam mata Allison yang sembab.
"I don't know, William, enough. I'm tired, William. I'm tired being fucking perfect and so arrogant. Bukan keinginan aku untuk seperti itu, William. Sehingga aku bisa mengatakan hal itu kepada temanku. Aku tidak mau," kata Allison berteriak.
"Kamu pasti tidak pernah memikirkannya bukan—bagaimana perasaan orang lain? Karena kamu hanya memikirkan dirimu sendiri, dirimu yang begitu sempurna dan sangat angkuh, kamu tidak pernah memikirkan Jerome dan bagaimana dia harus bertanggung jawab atas kehidupan Barbara Hayes yang telah kamu rusak." Allison membulatkan matanya.
"Apa yang telah aku lakukan?"
"Barbara Hayes menderita selama ini karena ayahnya tidak dapat bekerja lagi sebagai pelukis di galery Maree Haute. Dan Karena siapa?! Karena kamu yang membuat Jerome menjatuhkan lukisan karya ibumu ke atas tangan dari Luke Hayes sehingga dia tidak bisa melukis lagi dengan tangannya yang cacat itu dan tidak bisa mendapatkan gajinya karena kamu menyalahkannya atas kejadian itu. Are you remember that?"
Allison menggeleng. "See, you just care about your self, Allison. Tapi tidak dengan Jerome. Dia berjanji akan bertanggung jawab atas kehidupan putri Luke Hayes dan itu adalah Barbara Hayes. Jangan salahkan Barbara karena telah merebut Jerome darimu. Itu salahmu sendiri yang ceroboh menjatuhkan lukisan ibumu di hari itu, Allison."
Allison terdiam, menarik napasnya dan membuangnya dengan perlahan. Perasaannya sangat tidak stabil. Hatinya begitu sakit mendengar semua penjelasan dari William. Pria itu benar-benar terus terang dan sangat jahat, pikir Allison. Allison terisak dan mengerang memegang dadanya. Kenapa dia sangat tidak peduli dengan sekitarnya. Kenapa bisa dia tidak menyadari bahwa Jerome selama ini berusaha untuk mendekati Barbara darinya.
Bagaimana bisa Allison tidak sadar, setiap gaun yang dirancang Barbara akan diambil oleh Jerome dan pria itu selalu dengan senang hati akan mengantar kembali gaun yang Allison minta untuk diganti atau di tambahkan kainnya. Allison merasa begitu menyesal dan marah akan dirinya sendiri. Dia melempar gelas anggurnya dan berteriak kencang.
Tangannya meraih kepingan gelas itu, William mengetahui niat Allison selanjutnya dan menepis tangan wanita itu sebelum sempat menyentuh pecahan gelas tersebut. "Apa kamu gila Allison?!"
"Aku ingin mati William, aku ingin menyusul ibuku."
"Allison sadarlah?! Apa yang akan aku katakan kepada Alex jika kamu mati hanya karena putus cinta?!" seru William kepada Allison yang kehilangan arah. Wanita itu terduduk lemas menangis dengan kencang.
"Kamu bilang, kamu tidak akan sakit hati. Kamu tidak akan patah hati karena cinta. Kamu Allison Marioline, tidak mungkin bagi kamu untuk patah hati karena seorang pria, Allison."
"William, kenapa harus kamu? Kenapa kamu yang berada di sini? Kenapa bukan Jackson yang memarahi aku?"
William membuang napasnya frustasi. "Itu karena aku berbeda dari yang lain Allison. Aku sudah berjanji kepada Alex untuk menjaga kamu dan memastikan bahwa kamu baik-baik saja, jika saat ini aku beritahu Alex tentang kekacauan yang telah kamu buat," William menggeleng. "Entah apa yang akan dia lakukan kepadaku yang tidak becus menjagamu ini? Atau mungkin dia akan berduel dengan Jerome karena telah membuatmu menangisinya"
Allisom tidak bisa berkata lagi, William benar-benar menepati janjinya dengan Alex. Allison sesegukan di atas kursinya tanpa peduli dengan makanannya yang sudah dingin di atas meja.
"Allison, minta maaf kepada Barbara dan ucapkan selamat kepadanya. Kamu harus bahagia untuknya Allison. Kerja kerasnya untuk membuat gaunmu juga menjadi salah satu alasan kenapa dia terlambat malam ini," kata William dengan lembut. William tidak pernah selembut ini sebelumnya.
"Dan Savannah," William sangat frustasi dan mendesah. "Kamu benar-benar keterlaluan karena telah mengungkit masalah itu. Bahkan Dustin tidak pernah mengingatnya lagi, aku cukup tidak mengerti bagaimana jalan pikiranmu Allison. Kamu bahkan mengatakan hal itu di depan kami semua," jelas William mengeluarkan kembali amarahnya. "Bahkan di depan Colin Flerington, seorang bangsawan Inggris. Kamu sangat memalukan Allison."
"Aku tidak tahu," ucap Allison menggelengkan kepalanya. Demi apapun dia sangat menyesal telah berkata seperti itu kepada Allison. "Aku tidak tahu, William."
William menghembuskan napasnya, "Aku hanya ingin kamu mengerti Allison. Satu hal saja," William menyugar rambutnya frustasi. "Jangan remehkan orang lain. Hormati mereka selayaknya kamu ingin di hormati."
—
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR-TAMAT
RomanceSUGAR. © 2020, Ani Joy. All rights reserved. KONTEN DEWASA (18+). KEBIJAKSANAAN PEMBACA DISARANKAN. PEKERJAAN INI TELAH MENGIKUTI WATTPAD PEDOMAN UNTUK RATING DEWASA. ---------------------------------------------------------------------- Pekerjaan i...