BAB 28

2.8K 146 0
                                    

Keesokan harinya Allison merasakan kebas di seluruh tubuhnya. Ternyata dia semalam ketiduran bersama William di atas sofa masih dengan pakaian pesta mereka. Allison sedikit mengingat kejadian tadi malam setelah dia muntah, ia merasakan sekujur tubuhnya lemas dan kemudian dia tidak mengingat apapun.

Dilihatnya William yang masih tertidur. Ditatapnya wajah itu, tenang dan napasnya teratur. Menandakan pria itu tertidur dengan lelap. Allison mengangkat separuh rambut William yang menutupi dahinya, Allison tersenyum getir. Dicium bekas luka itu dan Allison berbisik, "You did a great things, William. I am happy you still alive."

Allison membelai rahang William dengan pelan, merasakan rambut-rambut tipis itu di jemarinya. Takut William akan terbangun akan sentuhannya. Ia pun perlahan bangkit dan menuju kamarnya.

Allison menatap dirinya di cermin, matanya menyipit meraba tengkuk lehernya yang terlihat memerah. "What... What he done to me?!"

Allison berjalan cepat dan menendang William dari sofa sehingga pria itu terjatuh dan mengaduh. "Allison?!" pekiknya heran dan berdiri di hadapan Allison sehingga postur William yang lebih tinggi dari Allison membuat wanita itu mendongak sedikit.

"Apa yang kamu lakukan denganku tadi malam?!"

William berpikir sejenak dan menggoda wanita itu, "Well we doing what couples should doinh."

"What?!"

"Allison c'mon it's not your first."

"Tapi aku tidak sadar William!"

William tertawa pelan, "Kamu mungkin pura-pura lupa Allison. Kamu mengingatnya, semuanya."

Allison terdiam dan perlahan ingatan tadi malam menghantuinya. Setelah dia tidak sadarkan akibat muntahnya, Allison mengalungkan lengannya pada William dan meminta pulang karena dia lapar. Dengan bodohnya dia pergi ke pesta tanpa makan malam sehingga perutnya kosong dan membuatnya masuk angin.

William menyiapkan roti isi dengan ham dan keju, sementara Allison melepas syal bulunya dengan asal. Kemudian ia mendatangi William dengan sadar dan rasional meminta William untuk menyuapinya roti isi tersebut. Dengan lahap Allison mengunyah roti isinya sampai beberapa remahan roti itu jatuh di atas pakaiannya dan saus yang mengotori sudut bibirnya.

"Kamu jorok sekali, seperti anak kecil," kata William membersihkan saus di sudut bibir Allison dengan tangannya.

Allison dengan sengaja terus memakan roti isi yang disuapi William dan melakukan hal yang sama, membuat dirinya kotor oleh roti isi itu. Entah apa yang merasuki jiwa kesepian wanita itu sehingga dia berbuat hal yang akan dia tahu kedepannya seperti apa.

William dengan sabar walaupun desahan kesalnya tidak terelakkan mengusap kembali saus dan juga membersihkan remahan roti dari atas pakaian Allison. Wanita itu tersenyum dalam mengunyah roti isinya, dia meminum air dan mengelap mulut kotornya pada dada William dan bersendawa. "Aku pikir aku sudah kenyang sekarang," katanya dengan polos tanpa merasa bersalah.

William mengehela napas panjang, "Allison kamu jorok sekali. Bagaimana nanti pria di luar sana akan memandangmu jika mereka tahu Allison Marioline adalah babi yang rakus."

Allison mengangkat bahunya, "Jika mereka benar-benar menginginkanku, maka mereka harus menerimaku apa adanya tanpa memandang bagaimana cara aku makan dan membersihkan makananku di baju mereka."

"Sepetinya tidak ada yang akan menerimamu."

"Tapi kamu menerimanya."

"Aku menerimanya karena kamu akan mendapatkan balasan dari apa yang kamu lakukan. Jadi, aku tidak perlu menolaknya karena aku akan mendapatkan sesuatu darimu."

Allison menggeleng, "No you don't.  Kamu tidak akan mendapat apapun dari aku." Secara tegas Allison mengatakannya dan berjalan menjauhi William. Karena dia tahu, pria itu bisa saja melakukan apapun yang dia inginkan sekarang. "Atau mungkin aku yang akan mendapatkan sesuatu dari kamu," kata Allison terlihat berpikir dengan tangan yang disilangkan.

William tertawa, "Kamu sudah pintar sekarang heum?" kata William mendekati William. Wanita itu terlihat tersenyum senang. "Dari siapa kamu belajar?"

"Tentu saja dari seseorang yang sangat berpengaruh dalam hidupku yang sekarang, he told me to not let a man to take over."

William mengulum senyumnya dan terus mendekati wanita itu. "He told me, to not believe a man by his words."

William semakin mendekat dan tangannya terulur menyentuh leher dan juga pipi wanita itu. "And he told me to not trust a man by his nudge." Perlahan Allison merasakan sentuhan William di pipinya. Wanita itu meringis dan mendorong pelan pria itu. "Kamu mengigit aku," kata Allison kesal. William hanya tertawa melihat reaksi wanita itu.

"Ini terlalu menggemaskan," ujar William yang memainkan rahangnya di atas pipi Allison membuat adik dari temannya itu tertawa geli kemudian dia memberikan gigitan kecil di atas leher wanita itu dan bermain dengannya seakan mereka adalah anak kecil yang senang bersenang-senang.

Malam itu hanya sentuhan-sentuhan kecil yang menggemaskan dan tawa dewasa mereka yang terdengar seperti pengantar tidur. Sehingga membuat kedua manusia itu terlelap kelelahan bermain. Benar-benar seperti anak kecil.

SUGAR-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang