Bunga-bunga bertaburan di atas rumput hijau segar. Aroma pinus dan rumput segar beserta dengan embunya dapat tercium oleh indra penciuman. Sinar matahari muncul dari celah-celah pohon pinus yang mengelilingi venue. Beberapa bunga edelweis, mawar putih, anyelir yang dirangkai bersamaan dengan kroisan menjadikannya sangat indah ditambah dengan perpaduan ungu kebiruan dari morning glory memanjakan mata siapa saja yang melihatnya.
Allison berdiri dihadapan cermin besar yang memperlihatkan dirinya dibalutkan dress bewarna putih sangat cantik. Gaun pernikahan yang selama ini dia inginkan dan juga sanggulan rambut yang dibuat tidak rapi membuat Allison menjadi sangat cantik pikirnya. Allison tersenyum bersama dengan pantulan dirinya di cermin.
"Allison," panggil Briana dengan lembut dan mengusap bahu wanita itu. " Aku ... " Wanita itu menutup mulutnya tidak percaya ikut menatap pantulan cermin Allison. "Kamu cantik sekali," puji Briana dengan tulus.
"I know right!" seru Allison. "Kenapa kamu menangis, Briana?" Allison khawatir dan mengusap air mata sahabatnya itu.
Briana menggeleng, "Aku hanya bahagia Allison. I'm verry happy."
Allison tersenyum dan memeluk sahabatnya itu. Briana kemudian mengeluarkan sebuah permata untuk diletakkan diatas sanggul Allison. "Alex memberikan aku ini, dan aku akan mengembalikannya kepada kamu. Alex mengatakan jika kamu menikah nanti maka ini akan kembali kepada kamu, Allison. I'ts your mother legacy."
Allison menahan air matanya dan memeluk Briana. "It's always been here." Allison tidak menyangka peninggalan ibunya selama ini ada pada Alex. Allison benar-benar bahagia dan memeluk Briana dengan erat.
"Kamu jangan ikutan menangis," tegur Briana ketika melihat mata sahabatnya yang mulai berkaca-kaca. "Aku akan pasangkan ini dan setelah ini kita akan keluar."
-
Allison memegang lengan Alex dengan erat sangat erat karena dia sangat gugup sekarang. Alex mengusap sudut matanya dan menenangkan Allison dengan ikut menggenggam tangan adiknya. "Aku akan berada di sampingmu, Allison. Jangan sampai kamu tersandung."
"Alex itu tidak lucu."
"Sebelum aku menyerahkan kamu kepada William. Aku ingin meminta maaf atas segala kekurangan ku dan juga diriku yang selama ini tidak ada di saat kamu membutuhkan aku. Sekarang aku mengerti, Allison. Kamu hanya harus mempunyai orang yang menyayangimu dan selalu ada di sampingmu. Melihatmu sedari bangun sampai terlelap, menatapmu sedari fajar hingga senja dan menemanimu sedari kamu sedih hingga bahagia."
"Orang itu adalah William sedari dulu. Hanya saja aku terlalu menutup mata, seperti kata William aku sangat apatis. Mulai sekarang, aku hanya akan menjadi rumah untuk kamu singgahi, Allison. Rumahmu untuk pulang adalah William. Happy Wedding my sweatheart, my ride and die, my sister." Alex mencium kening adiknya dengan penuh kasih sayang dan mengenggam tangan adik perempuannya itu seakan dia tidak akan pernah melepaskannya.
Mata Allison menatap lurus ke depan di mana William berdiri dengan gagah dalam balutan tuksedo bewarna hitam. Sangat tampan sampai Allison tidak bisa memalingkan pandangannya. Inilah akhir dari keputusannya, dia akan menikahi teman kakaknya sendiri dan memiliki Sugarnya sendiri.
Akibat dari jurus pamungkas Jackson. Alex akhirnya luluh dan merestui Allison bersama William. Pria di sana itu terlihat sangat tegang dan mencoba tersenyum tidak seperti Alex yang benar-benar gugup ketika mereka berjalan bahkan Alex tidak memberikan senyumannya. Kakaknya ini memang tidak bisa bersikap normal.
Alunan musik membawa Allison dan Alex jalan di tengah hamparan bunga mawar merah yang membawa mereka langsung ke hadapan pastor. William tersenyum dan menerima uluran tangan Alex yang memberikan tangan Allison kepadanya.
"Good luck," bisik Alex canggung dan kembali ke kursinya bersama dengan Briana.
Allison tersenyum terus memandangi wajah William yang tidak bisa dia deskripsikan dengan kata-kata. William juga tidak berhenti menatapnya, wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya benar-benar sangat cantik seperti malaikat yang ditakdirkan untuknya.
"Ladies and gentlemtan, we are gathered here on a glorious day to witness the union William Ludwig Anthony Warren Turner and Allison Josephine Marioline."
"Repeat after me, I William Turner," ujar Pastor menghadap William.
"I William Turner, take you Allison Marioline. To have.. and to hold..."
"For better.. and for worse.."
"For richer.. and for poorer.."
"In sickness.. and in health.."
"To love.."
"And to cherish.."
"As long as we both shall live."
Keduanya saling bertatapan membagi perasaan mereka. William tersenyum dan menjawab, "I do."
Allison ikut tersenyum dan mengatakan, "Is in always. I always do, My Sugar."
"I love you."
"I love you."
Tangan William terangkat dan mengelus pipi wanitanya dengan lembut. Perlahan, pelan-pelan tanpa paksaan William mencium Allison dan sedetik kemudian riuh tepukan tangan mengisi gendang pendengaran. Allison dan William hanyut dalam ciuman mereka tanpa mempedulikan orang-orang karena mereka benar-benar telah jatuh cinta dan saling menyayangi.
Sugar adalah panggilan untuk seseorang yang mencintaimu, untuk seseorang yang selalu menyayangimu dan sudah melewati banyak hal bersamamu. Bring me Sugar and I can be yours forever.
-END-
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR-TAMAT
RomanceSUGAR. © 2020, Ani Joy. All rights reserved. KONTEN DEWASA (18+). KEBIJAKSANAAN PEMBACA DISARANKAN. PEKERJAAN INI TELAH MENGIKUTI WATTPAD PEDOMAN UNTUK RATING DEWASA. ---------------------------------------------------------------------- Pekerjaan i...