Chapter 4 : Change

1.6K 56 0
                                    


Aku hanya menatap kosong sambil memeluk figura berukuran sedang yang di dalamnya terdapat foto ayahku. Airmataku sudah habis karena terus terkuras selama lima jam terakhir tanpa berhenti. Kedua mataku sudah membengkak, hidungku memerah dan wajahku sudah pasti sangat menyedihkan saat ini. Pemakaman ayah sudah selesai tapi aku tidak ingin meninggalkan tempat pemakaman. Aku masih ingin menemani ayahku disini. Aku tahu dia akan kesepian jika kami semua meninggalkannya sendirian.

"Ayasha, ayo kita pulang. Ini sudah hampir malam sayang." Nenek Sofia menyentuh pundakku dari belakang. Sudah berkali-kali dia menyuruhku untuk pulang tapi berkali-kali juga aku menolaknya.

"Kamu akan jatuh sakit kalau terus seperti ini." Nenek kembali merayuku agar ikut pulang bersamanya, tapi aku tetap pada keputusanku! Aku ingin berada disini agar bisa lebih lama bersama ayah.

"Baiklah kalau kamu masih ingin disini, Virgo akan menunggumu."

"Tidak!" sahutku cepat. "Biarkan aku disini bersama Kak Alan."

"Alan sedang berada di kantor polisi untuk mendengar penjelasan langsung tentang kronologi kecelakaan jadi dia menitipkan kamu pada nenek dan juga Virgo."

Oh, tentu saja! Kak Alan belum tahu apapun tentang kelakuan pria bernama Virgo Alain itu. Aku yakin kakakku akan melarang keras pria itu mendekatiku dalam jarak paling tidak sepuluh kilo meter jika tahu yang sebenarnya.

"Nenek tahu kamu marah pada Virgo. Nenek juga menyesal atas sikapnya padamu."

"Nenek tahu?" aku tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutku.

"Ya, pegawai di restoran sudah menceritakan semuanya. Nenek sangat sangat minta maaf padamu dan ayahmu. Virgo memang kurang ajar dan nenek sudah memberi pelajaran padanya. Dia juga sudah mengakui kesalahannya dan merasa bersalah."

Merasa bersalah saja tidak cukup! Ayahku sudah terlanjur pergi dan tidak akan bisa kembali lagi. Ini semua salahnya juga! Ya, dia juga ambil bagian dari semua kejadian buruk yang menimpaku.

"Aku ingin disini saja sendirian, jika nenek tidak keberatan." Aku berusaha menolak tawarannya secara halus. Setelah ini aku bisa menghubungi kakakku dan memintanya untuk datang menjemput, jadi pria bernama Virgo Alain itu tidak perlu menemaniku disini.

"Baiklah, kalau itu mau kamu. Nenek akan meninggalkanmu disini, tapi jangan ragu untuk menelpon jika ada yang kamu perlukan."

Aku menghembuskan napas lega ketika akhirnya nenek mau menuruti keinginanku, "terima kasih."

Nenek Sofia pamit setelah memberikan satu pelukan lagi untukku. Aku juga tidak melihat Virgo sejak tadi dan aku harap dia memang ikut pergi bersama neneknya. Aku benar-benar tidak ingin diganggu saat ini, apalagi melihat wajah pria menyebalkan itu. Aku sudah bertekad untuk tidak jatuh dalam pesonanya lagi dan satu-satunya cara untuk menghindar adalah dengan tidak menatapnya lagi. Pertahananku akan kembali hancur jika aku melihat wajahnya yang walaupun aku tidak ingin mengakui, tapi dia memang benar-beanr tampan dengan segala pesona yang dia miliki. Bodohnya aku karena sempat terjebak pengaruh wajah tampannya itu.

***

21.00

Aku kembali melihat jam tangan kemudian beralih pada ponselku yang masih diam tak bersuara. Sudah berkali-kali aku mencoba menghubungi kakakku dan mengirimkan pesan singkat padanya agar mau menjemputku disini, tapi dia sama sekali tidak menjawab salah satunya. Mungkinkah dia masih berada di kantor polisi? Tapi kenapa lama sekali? Memang apa saja yang mereka bicarakan hingga memakan waktu yang sangat lama?

Aku mendesah lelah dan kembali menatap wajah ayahku yang sedang tersenyum riang. Aku ingat foto ini diambil ketika kami sedang merayakan hari kelulusanku tahun kemarin. Ayah terlalu senang hingga mau diajak berfoto. Biasanya dia sangat pemalu jika di depan kamera. Mengingat kembali kejadian itu membuatku tersenyum miris dan setetes airmata jatuh membasahi pipiku.

Broken : First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang