Mencintaimu memang membuatku sering sulit bernapas, tapi setidaknya aku masih bisa menghirup udara untuk tetap melihat wajahmu setiap hari.
-Ayasha Febriana-
Maaf karena kembali menghilang untuk waktu yang cukup lama dan malah muncul dengan cerita baru.
Pasti pada kesel karena aku nggak update cerita ini.
Hahaha, seperti yang aku bilang di The Day We Felt Distance sebelumnya kalau aku lagi nggak punya ide untuk kelanjutan Ayasha dan Virgo yang sudah diambang kehancuran ini.
Nggak tega kalo misahin mereka, tapi di satu sisi aku memang suka buat cerita yang menyayat hati #evilsmirk
Dan juga karena cerita ini adalah cerita pertamaku yang pakai nama lokal, jadi aku lebih hati-hati ngerjainnya.
Nggak mau bikin kalian yang udah setia sama cerita ini kecewa juga.
Jadi aku harap kalian bersabar menunggu cerita ini sampai selesai yaa :)
Sebagai gantinya, akan aku kasih intip sedikit untuk chapter selanjutnya.
Kenapa aku hanya kasih intip sedikit bukannya keseluruhan?
Karena chapter selanjutnya akan sangat spesial (menurutku)
Karena apa?
Karena nanti Virgo-lah yang akan bernarasi dan menunjukkan gimana perasaan dia yang sebenarnya dan apa alasannya menerima perjodohan hingga menikahi Ayasha.
Semua pertanyaan yang selama ini hanya ada di dalam hati Ayasha tentang perasaan Virgo akan terjawab di chapter ini.
Dan satu yang pasti,
chapter selanjutkan bakal panjaaaaaaaaaaaaang banget karena biasanya aku nggak pernah nulis lebih dari 3ribu kata di tiap chapter yang aku buat.
Tapi karena POV-nya adalah Virgo dan memang harus banyak yang dijelaskan dari pihak dia, jadi ini akan lumayan panjang.
Oke cukup, kepanjangan intro-nya, haha.
Ini dia A Little Peek untuk chapter 22.
Semoga pada tambah penasaran, ahahah :D
Love,
Me
March, 12th 2016
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ayasha melenguh dengan begitu seksi ketika lagi-lagi mendapatkan pelepasannya. Rambut berantakan, wajah yang penuh peluh dan berwarna merah padam, serta bibirnya yang sedikit terbuka membuatku tidak tahan untuk menciumnya dan mempercepat pergerakanku untuk mencapai pelepasanku sendiri. Dia kembali mengerang dan aku mencium lagi bibirnya yang sudah membengkak karena ulahku sejak tadi. Kami saling berpagutan panas, liar dan tidak terkendali.