Coming (Again)

275 12 0
                                        

Hai semua, apa kabar?

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan 😊

Aku mau bilang maaf yang sebesar-besarnya karena meninggalkan kerjaanku di wattpad begitu saja.
Authornya ngga tanggung jawab banget 😂😂

Banyak hal yang harus aku urus di dunia nyata.

Tapi kali ini, aku balik lagi untuk kasih tau kalau aku akan up part baru.

Ditunggu yaa.
Itu pun kalau masih ada yang nunggu 😂😂

Aku juga sekalian mau mengucapkan banyak terima kasih untuk kalian pembaca yang mengapresiasi cerita ini.
Walaupun kebanyakan siders, but no problem.

Niatku memang hanya untuk menghibur dan berbagi cerita.

Kalau cerita ini masih banyak kurangnya, mohon di mengerti.
Saya hanya manusia biasa yang tak luput dari dosa. Apasih! Haha

Karena di bulan puasa ini kita dianjurkan untuk banyak berbagi, aku akan berbagi sneak peek chapter selanjutnya untuk kalian. Yeay!!

Check this out.

Love,

ME

May, 29th 2017

***

Aku tersenyum menatap wanita tercantik setelah ibuku yang kini tengah menyiram bunga-bunga kesayangannya di taman kecil yang sudah kurombak sedemikian rupa untuk menyenangkannya.

Saat kehamilannya menginjak usia tujuh bulan, ia menjadi tergila-gila dengan berbagai macam bunga khususnya Lily dan Lavender hingga membuatku akhirnya menyulap sisa lahan yang ada di samping rumah menjadi kebun bunga untuknya sendiri.

Tentu saja ia sangat senang dan tidak henti-hentinya memeluk dan menciumi wajahku sepanjang hari itu.

Itu adalah hal yang aku sukai jika sudah membuatnya senang.

Aku melangkah mendekatiya yang masih sibuk dengan bunga-bunga itu.
Semakin dekat, aku bisa mencium harum yang begitu kuat namun tidak membuat mual.

"Kenapa tidak membangunkanku?" tanyaku seraya memeluknya dari belakang.
Perutnya yang super buncit tidak menghalangiku sama sekali.

Ia tersentak sesaat, sebelum kembali normal. "Kamu tidur nyenyak, aku nggak tega bangunin."

Aku menghirup dalam-dalam wangi di lehernya yang selalu bisa menjadi obat penenang untukku.

"Siap untuk persalinan lusa?" tanyaku lagi dan ia hanya mengangguk menjawabnya.

Sejujurnya aku merasa takut. Belum pernah aku berurusan dengan ibu hamil yang akan melahirkan. Hal itu membuatku rajin membaca buku tentang persalinan selama tiga bulan ini.

Tapi tetap saja. Rasa takut itu masih ada karena yang akan melahirkan adalah istriku sendiri. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padanya.

Damn it, membayangkannya saja sudah membuatku merinding.

"Ay, aku sayang kamu." Ucapku membuat pengakuan yang entah sudah berapa kali kukatakan padanya.

Dia berbalik menghadap padaku dengan senyuman manisnya. "Kamu habis mimpi apa?"

"Mimpi?" Aku bingung.

"Di mimpi kamu, ada aku juga ya?" tanyanya lagi. "Kamu panggil nama aku terus bilang jangan pergi. Memangnya di mimpi kamu, aku kenapa?"

Oh, mimpi itu. Aku tidak menyangka kalau aku sampai mengatakannya di dunia nyata.

Mimpi tadi malam memang sangat buruk. Aku bermimpi dia pergi bersama dengan calon anak kami yang akan lahir.

"Aku tidak bermimpi apapun."

Dia berdecak pelan sambil memajukan bibirnya yang selalu menjadi candu untukku. "Apapun yang ada di mimpi kamu semalam, kamu harus tau kalau aku nggak akan ninggalin kamu selama kamu masih mau aku ada di samping kamu."

Aku terenyuh mendengar ucapannya yang selalu menggambarkan betapa dia sangat mencintaiku.

Dan begitu pula denganku.

Ayasha sudah menjadi hidupku sejak kami menikah dan dia mengandung anak kami.

Aku akan menjaganya sampai kapan pun.

***

Broken : First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang