Chapter 7 : Confess

1.4K 52 0
                                    

tadaaaaaaa :D

eits, aku nongol lagi, haha

semoga ngga ada yang bosan sama aku, amin.

akunya lagi galau, jadi bawaannya mau update cerita aja.

tuh kurang ajaib apa coba?

yang lain galau pasti bawaannya mewek, nah ini aku malah menebar kebahagiaan buat para pembaca yang udah dagdigdug atau penasaran nunggu kelanjutan cerita ini.

aku kasih spesial buat kalian deh,

terima kasih sekali lagi karena masih setia nunggu cerita ini.

aku jadi semangat buat cepet selesaiin ini cerita soalnya sekuel-nya udah aku buat juga, haha

happy reading :)

ME

***

"Jadi kapan Kak Alan kembali kesini? Kenapa lama sekali perginya?" tanyaku pada Kak Alan melalui ponsel yang menempel di telinga sebelah kiri. Sudah hampir sepekan lebih dia pergi dan belum kembali.

"Besok sore kakak kembali kesana. Jasa pengiriman barang juga akan sampai besok pagi untuk membawakan pakaian dan barang-barang yang kita butuhkan."

"Apa sekarang rumah kita kosong dan tidak ada apapun disana?" tanyaku lagi. Aku merindukan rumah lama kami.

"Tidak benar-benar kosong. Sebagian besar perabotannya masih terletak di tempat semula. Kakak hanya mengambil beberapa barang yang mungkin akan sering kita perlukan nanti. Mengenai rumah ini, kamu tidak perlu khawatir. Kakak akan meminta seseorang untuk tetap menjaga dan merawatnya. Ini adalah rumah peninggalan ayah, jadi kakak tidak akan menjual atau melakukan hal yang aneh-aneh."

Aku tersenyum senang, "itu baru kakakku!"

Aku mendengar suaranya yang terkekeh di ujung sana, "bagaimana keadaan kamu? Sudah mulai bisa berjalan?"

Aku memperhatikan kedua kakiku sebentar, "aku sudah bisa menggerakannya sedikit-sedikit. Virgo juga sering membantuku."

Alan tertawa di ujung sana, "Virgo?"

Aku mengernyit bingung, "kenapa?"

"Usianya bahkan lebih tua dari kakak tapi kamu malah hanya memanggilnya dengan sebutan nama? Apa dia tidak marah atau menjitak kepala kamu?"

Oh, aku baru mengerti sekarang!

"Aku sudah memanggilnya begitu sejak awal dan dia... tidak keberatan.

Bohong! Sebenarnya sudah beberapa kali Virgo memintaku untuk memanggilnya dengan sebutan yang aneh-aneh seperti 'Kak' atau 'Mas' tapi aku selalu menolaknya mentah-mentah. Aku tahu bahwa sikapku ini tidak sopan mengingat dia jauh lebih tua daripada diriku, tapi aku benar-benar tidak bisa memanggilnya dengan sebutan itu. Males juga lagian.

Tok! Tok! Bersamaan dengan selesainya bunyi ketukan tersebut, Virgo membuka pintu kamarku begitu saja. Dia selalu seperti itu! Selalu masuk ke kamar orang lain sembarangan.

"Kak, nanti kita bicara lagi. Jaga kesehatan kakak disana ya." Aku segera mengakhiri percakapanku dengan Alan dan meletakan ponselku kemudian menatap Virgo.

"Kita harus memulai latihanmu untuk berjalan lagi," tukasnya.

"Kenapa main masuk aja?"

"Aku sudah mengetuk pintu dua kali."

"Tapi aku 'kan belum bilang kalau kamu boleh masuk."

"Aku tidak terbiasa menunggu." Jawabnya santai.

Broken : First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang