Chapter 15 'Erase The Memory'

561 64 6
                                    

"We fall in Love with the people we can't have"

----- S e c r e t -----

Clary terus berlari, kakinya membawa jauh dari rumah itu. Saat ia mendobrak pintu keluar, Calum sempat meneriaki namanya tapi ia tidak berbalik ataupun menoleh. Ia hanya ingin pergi, jauh dari sini.

Ketukan suara sepatu bootsnya terdengar saat bersentuhan dengan aspal, jalanan sepi tidak akan ada mobil atau orang yang melihatnya berlari saat jam makan malam.

Angin malam menimpa rambutnya, tapi ia terus berlari. Ia baru saja keluar dari komplek rumahnya, dan masih sangat jauh dari tempat yang ia tuju sekarang. Ia benar-benar membutuhkan orang itu, karena ia baru saja melakukan kesalahan yang sangat besar, kesalahan yang tidak akan bisa diulang.

Kakinya sakit, tapi ia terus berlari dan berlari. Lampu-lampu jalanan menghiasi malamnya, jalan raya yang biasanya di padati mengendara yang baru saja pulang kerja terlihat sepi, seperti kota mati. Tapi ia tidak akan membuang waktunya dengan berfikir dimana semua orang, ia harus bertemu orang ini, mau tidak mau.

Langkah kakinya memelan saat ia melihat jembatan yang dialiri Sungai Thames dibawahnya. Ia melangkah dengan hati-hati, memelankan derap kakinya. Tapi seberapa kerasnya ia mencoba memelankan langkahnya, tepat saja setiap ia melangkah diikuti dengan suara kayu yang sudah mulai reyok di bawah kakinya. Ia memberhentikan langkahnya di tengah jembatan, kakinya sudah tidak kuat lagi.

Ia duduk di atas jembatan kayu itu, dengan bahu yang bersender di pegangan jembatan. Ia membuka bootsnya dan melihat kakinya yang lecet karena terlalu memaksakan berlari, walaupun kakinya sendiri tidak kuat. Ia bersumpah pelan dan mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya.

Ia memencet 4 digit nomor yang harus diisi bila ingin membuka home screen handphone itu, setelah home screen terlihat ia langsung memencet tombol yang bergambar telepon warna hitam di sudut kiri bawah menunya.

Sambungan itu tersambung, dan tak lama suara yang Clary tunggu terdengar.

"Hallo?"

"Bisakah kau menemuiku di jembatan Sungai Thames sekarang?" Gadis itu mengigit kukunya, berharap sang penjawab telefon menyetujuinya.

"Sekarang? malam ini? kau serius? aku bahkan belum mempersiapkan baju ku untuk pesta ulang tahun sepupuku besok"

Clary memutar bola matanya jengkel.

"Nanti aku akan membantumu untuk mempersiapkan bajumu, aku pastikan sepupumu akan terpesona melihatmu"

"Benarkah?"

"Iya iya, aku berjanji. Sekarang tolong cepat kesini, aku benar-benar butuh bantuanmu. Aku baru saja melanggar salah satu rencana kita" kata gadis itu, "Dan uh-jangan bilang Will"

"Kenapa?"

"Kalau ia tau, ia akan memenggal kepalaku dan menyuburkanku dengan iringan lagu Cacar Iblisnya"

Orang diseberang telepon tertawa sebelum mematikan sambungnya.

----- S e c r e t -----

Ia masih duduk di tempatnya tadi, sambil menatap ke arah kota yang terpenuhi cahaya malam, dan jalanan yang sepi. Tidak butuh waktu lama untuk menunggu, dari sini Clary sudah bisa melihat orang yang ia tunggu.

Orang itu memakai jubah hitamnya yang berjumbai dan mengkilap, sepatu boots kulit dan rambut yang baru saja di buat gaya spike dengan gel.

"Kau kelihatan, uh-berbeda" Clary masih duduk jadi ia harus mendongak agar bisa melihat orang didepannya.

The Secret || Luke Hemmings (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang