Chapter 4 'Forbidden Love'

716 86 10
                                    

"When it's over, leave. Don't continue
watering dead water"

----- S e c r e t -----

Clary masih berdiri di depan rumahnya. Ia baru saja sampai dari rumah Magnus, sejak peristiwa kembalinya Will. Ia ragu-ragu untuk masuk ke dalam, ia tidak ingin Luke terluka. Dirinya seperti sebuah bom. Semakin dekat seseorang dengan dirinya, semakin terancam nyawanya.

Suara ketukan sepatu bootsnya terdengar, itu yang membuat Luke membuka pintu sebelum Clary bisa mencegahnya. Begitu Luke melihat gadis didepannya raut wajahnya langsung berubah, ia langsung membawanya ke dalam pelukannya.

"Aku sangat mengkhawatirkanmu, aku takut sesuatu yang buruk akan menimpamu" Clary masih dalam dekapan hangatnya, wajahnya bersembunyi di leher Clary. "Aku tidak apa-apa. Sudah kubilang aku akan pulang, kau tak perlu mengkhawatirkanku. Tidak ada hal buruk yang akan menimpaku" Tapi menimpamu, bisiknya dalam hati. Luke mengangguk dengan antusias lalu membawa gadis itu kedalam, karena udara diluar cukup dingin.

"Kau ingin teh panas?" Clary tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku baik-baik saja" Luke mengangguk lalu duduk tepat disebelah Clary, tatapannya lurus menuju gadis didepannya. "Clary" katanya "Aku ingin kau jujur kepadaku, apa yang sebenarnya terjadi di rumah Magnus? mengapa kau bilang aku tidak boleh mencarimu demi keselamatanku?"

Karena bila kau didekatku, nyawamu akan menjadi ancaman. Tapi Clary tidak berkata begitu, itu adalah sebuah kenyataan yang pahit untuk di terima. Sekarang saat yang sangat sulit untuknya, karena dalam waktu sedikit dia harus berfikir alasan yang tepat untuk menyangkal.

"Saat itu Magnus sedang mencoba beberapa eksperimen berbahaya, itu dapat mengancam keselamatanmu. Itu saja" Clary mencoba untuk menyangkal kebenaran, ia tau ia salah melakukan ini. Tapi setidaknya ini yang terbaik untuknya. "Begitu berbahaya kah eksperimen Magnus? sampai-sampai aku tidak boleh ikut serta?" Clary mengangguk, ia berusaha agar aktingnya ini berhasil "Ya itu saja. Kau tidak percaya denganku memangnya?"

"Tentu saja aku percaya padamu Clar, hanya saja aku sangat khawatir dengan keadaanmu. Apalagi tadi saat makan bersama Jane kau pergi begitu saja" Clary sangat sensitif begitu mendengar kata 'Jane' apalagi dari mulut seorang Luke yang sedang menjadi mangsanya sekarang. "Maafkan aku bila aku pergi tanpa memberitahumu, tapi tadi Magnus benar-benar membutuhkan bantuanku"

Luke mengangguk, meyakinkan Clary bahwa ia tidak salah dan tidak sepatutnya minta maaf. "Tak apa aku mengerti bagaimana sulitnya hidup menjadi seorang pemburu bayangan sepertimu" Clary mengangguk, ia lega telah berhasil mengelabui lelaki di depannya ini.

"Kurasa kau perlu beristirahat sekarang, kau kelihatan sangat lelah" Clary setuju dengan Luke ia memang sangat lelah sekarang, terlebih dengan masalah baru yang kembali menganggu pikirannya. "Ya kurasa kau benar, aku memang sedikit lelah hari ini" Lalu ia pun bangkit dari sofa ruang tamu, menaiki tangga yang menuju ke arah kamarnya dan Luke. Saat mereka sampai diatas tangga terakhir yang menuju keatas Clary memberhentikan langkahnya. Luke sempat bingung dan bertanya padanya mengapa ia melakukan hal itu, tapi Clary menjawab.

"Pianoku" bisiknya pelan, tapi Luke masih dapat mendengar bisikan tersebut. "Sudah lama sekali aku tidak memainkannya" Sejak insiden Benjamin dan terbangunnya Clary ia tidak pernah kembali mencoba kembali untuk memainkan pianonya, walaupun untuk sebentar. "Bukankah kau merindukannya?" Perlahan kedua tangan Luke memeluk pinggang Clary dari belakang, kepala bersandar di bahunya. "Lebih dari yang kau bayangkan" Clary tersenyum terhadap perilaku Luke padanya.

"Lalu mengapa kau berhenti memainkannya?" tanya Luke, Clary hanya kembali terkekeh mendengar respon anak lelaki yang sedang memeluknya ini. Umurnya sebentar lagi 19 tapi kelakuannya seperti anak berumur 5 tahun yang terus-terusan bertanya kepada gurunya untuk menjelaskan hal yang tidak ia mengerti. "Aku tidak berhenti" katanya "Aku hanya sedang mengistirahatkan kenangan. Karena setiap aku memainkannya selalu ada sebuah kenangan yang kembali hidup, dan kurasa aku akan mengistirahatkannya, hanya untuk sementara"

"Kenangan apa itu?" Clary terkekeh dan melepaskan dirinya dari pelukan Luke. "Kenangan yang akan kuceritakan kepadamu, suatu saat nanti" Ia berjalan mendekati pintu kamarnya "Kenapa tidak sekarang?"

"Karena ini sudah malam dan kau harus beristirahat, Hemmings" Luke berjalan kearahnya dan tersenyum kepadanya "Tak lama lagi kau juga akan menjadi seorang Hemmings" Lalu ia meninggalkan satu kecupan kecil di dahinya dan beranjak pergi ke kamarnya.

"Kuharap begitu" bisik Clary sebelum masuk ke dalam kamarnya dan tertidur.

----- S e c r e t -----

Gadis itu mengetuk-ngetukkan jarinya yang dilapisi sarung tangan, diatas meja di ruang kerjanya. Ia sedang menunggu seseorang, untuk diberitahu sesuatu yang cukup penting. Ruangan itu tidak sebeda sebelumnya, semua masih ada di tempat diletakkannya semula. Hanya saja peti-peti yang biasanya menghiasi ruang sudah tidak ada, bau busuk pun sudah hilang.

Tak lama terdengar sebuah ketukan di pintu, ia segera mendongak dan menyuruh siapa pun orang yang berada dibalik pintu itu masuk kedalam ruangannya. Lalu muncullah seorang pria dengan setelan jas hitam menghampiri meja gadis itu. "Ah, Thomas" katanya menyambut kehadiran pria itu "Aku sudah lama menunggumu"

"Jadi apa yang kau ingin ceritakan padaku?" tanya pria yang bernama Thomas itu. Gadis itu tersenyum dan berdiri menghadap pria didepannya. "Rencana awalku sudah berjalan dengan sukses" Ia mulai berjalan dengan anggun mengelilingi ruangannya.

"Tadi aku sudah bertemu dengan gadis itu, Clary Fray yang terkenal itu dan juga tunangannya, Luke Hemmings. Harus aku akui, gadis sialan itu beruntung juga mendapatkan pria seperti dirinya. Tak hanya sopan, ia juga berbakat. Mata birunya yang dapat membuat para gadis dapat berlulut lemas didepannya, yatuhan ia begitu sempurna dari semua segi bagaimana kau melihatnya. Aku belum pernah melihat lelaki seperti dirinya sebelumnya"

"Kau tidak berencana untuk merebutnya kan?"

Gadis itu tertawa, perkataan yang baru saja dilontarkan Thomas seperti sebuah lelucon baginya. "Dari Clary? tentu saja tidak. Merebut lelaki yang sudah punya tunangan itu benar-benar tidak sopan dan tidak pantas dilakukan oleh seorang lady sepertiku" katanya "Kecuali, bila ia tidak punya tunangan"

Mata Thomas membeo begitu mendengar ucapan Jane, ia tidak percaya apa yang dilakukannya. "Tapi Jane dengar, ini semua tidak sesuai rencana. Kau hanya ingin membunuh Clary untuk membalas dendam ayahmu. Ini semua tidak ada hubungannya dengan Luke"

"Bila aku membunuhnya aku akan sangat senang, tapi bila aku juga dapat mendapatkan lelaki yang dicintainya aku bahagia. Kau lihat? itu perbedaan yang saat berbeda"

Thomas menggelengkan kepalanya, ia tidak percaya Jane akan bertindak sejauh ini. "Tapi ini semua bukan bagian dari rencana Jane!!! kau sudah bertindak terlalu jauh!!"

"Kau benar aku sudah bertindak diluar batas, tapi bisakah seorang gadis tidak terpengaruh dengan pesona seorang Luke Hemmings?"

The Secret || Luke Hemmings (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang