Chapter 24 "I Just Want To Make Him Safe"

678 75 6
                                    

"You told me that she is
beautiful and i felt a sharp
stab in my heart because
you use to say the same
thing when you spoke about me"
- D N

----- S e c r e t -----

Mobil itu berhenti di tengah hujan yang sedang mengguyur kota saat itu, lampu merah yang berada didepannya sepertinya sama sekali tidak membantu. Saat ini sepertinya detik berjalan sangat lama, seperti dunia ini sedang di slow-motion.

Gadis itu sesekali merapatkan flanel yang diberikan oleh pria yang sedang menyetir disampingnya, angin di luar sudah dingin apalagi ditambah dengan AC yang disetel.

Pria disampingnya terus-terusan melihat ke arah jam, seperti dia tidak ingin berlama-lama disini. Sesekali ia menghembuskan nafas panjang seperti ia baru saja menahannya beberapa saat.

Gadis disampingnya mengetahui bahwa ia gelisah dan ingin cepat-cepat keluar dari sini, ia berfikir, mungkin hanya saja mungkin, dia tidak ingin dirinya disini.

Detik di jam tangannya selalu berdetak, tetapi kali ini ia merasa detakannya lebih lambat. Ia pun kembali menutup kembali lengannya dengan lengan baju yang baru saja ia buka saat melihat jam tadi.

Mobil mereka masih berhenti, sama seperti mobil-mobil lain disekitar mereka. Suara klakson para pengemudi yang sama sekali tidak sabar terdengar, dan hal itu sangat tidak membantu untuk saat seperti ini.

Tangan pria itu sesekali mencengkram setiran mobilnya, buku-buku jarinya pun memutih. Setidaknya itulah yang gadis itu lihat.

Saat ini ia merasakan hawa yang sama, bau yang sama, suasana yang sama, dan orang yang sama sedang duduk disampingnya, hanya saja mungkin perasaannya yang berubah.

Dulu saat ia bersamanya ia selalu merasa bahwa ia merasa aman walaupun untuk sesaat, ia merasa bahwa waktu berjalan dengan cepat sampai ia ingin memberhentikannya.

Sekarang?

Perasaan itu semua berubah, hilang lebih tepatnya. Sekarang yang ia rasakan adalah rasa canggung yang membuatnya susah untuk berkata ataupun berbuat sesuatu.

Tangan pria itu memencet tombol on pada radionya dan mulai terdengar lagu Dear God, gadis itu tersentak saat mendengarnya karena bisa dibilang bahwa lagu itu cukup bisa menggambarkan apa yang sedang mereka hadapi sekarang.

"Kau suka musik jenis ini?" tanpa disadari beberapa kalimat keluar dari mulutnya.

"Biasanya," kata pria sambil mengecilkan volume agar gadis itu bisa mendengarnya.

"Biasanya? maksudmu sekarang tidak?"

Pria itu terkekeh, suaranya sangat indah begitu sampai ditelinga sang gadis, sama seperti suara yang ia rindukan selama ini.

"Bukan, bukan. Aku tentu saja masih menyukainya, hanya saja untuk saat ini aku lebih menyukai liriknya"

"Liriknya?"

"Tidakkah kau mendengar apa yang baru saja ia ceritakan?" katanya, "Ia bercerita bahwa ia telah melepaskan sesuatu hal yang berharga baginya yang tentunya tidak bisa ia dapatkan kembali, saat hal itu ada ia tidak pernah peduli kepadanya, karena ia berfikir bahwa ia masih punya banyak kesempatan, ia berfikir bahwa ia masih punya banyak waktu, tetapi nyatanya tidak."

"Dan yang paling kusukai adalah bagaimana ia mengatakan itu dengan apa adanya, ia mengatakan hal itu seperti itu benar-benar yang ada di isi hatinya saat itu." lanjutnya, "Dan pelajaran paling penting yang kudapatnya adalah jangan pernah membiarkan seseorang sendiri saat mereka membutuhkanmu, karena mungkin saja suatu saat kau akan sadar bahwa mungkin itulah terakhir kali kau menatap kedalam mata mereka."

The Secret || Luke Hemmings (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang