Chapter 45 'Everything meet in one place'

70 10 0
                                    

Yeyy!! aku update!! sebenernya ini cerita udah tamat tinggal publish tapi filenya ilang semua dan aku harus ngetik dari awal.. maaf yaa lamaa hehee lama bangeet yaa :') maapp

tolong vote sebelum baca dan comment sesudahnya.

terimakasih :')

____________________________

"There will be a time when everything meet in one place, and every broken pieces will bond once again.

----- S e c r e t -----

"Kau yakin ini yang hati nuranimu inginkan?" tanya Jack sembari menatap punggung gadis itu dari belakang, hembusan angin dari baling-baling pesawat membuat rambut hitam gadis itu berterbangan.

"Seorang Shadowhunter tidak pernah lari dari bayangannya sendiri." ucap gadis itu tegas, menunggu pesawat itu berhenti tepat didepannya. Cuaca dingin Jerman membuat gadis itu menggigil sesekali, tak lama ia merasakan kain yg melingkari lehernya. "Pakailah, aku tahu kau kedinginan, jaga2 saja bila kau rindu padaku saat kau sampai di London."

Sejujurnya sekarang Jack sedang dilanda ketakutan, ketakutan akan masa depan. Matanya memandangi sosok gadis cantik di depannya mencoba mengusir semua hal-hal buruk yang sedang menari-nari di otaknya. Ia tidak akan pernah tahu apa yang terjadi, dan itu semakin membuatnya khawatir.

Gadis itu memutarkan bola matanya menanggapi perkataan pria bernama Jack yang sekarang sudah di depannya ini, "Kenapa kau tidak ikut?" tanya gadis itu, sedari pagi gadis itu sudah membujuk agar pria ini ikut dengannya setidaknya biar ia tidak sendirian di pesawat pribadi milik pria itu, tapi Jack tetapi kukuh dan bersikeras dalam pendiriannya.

"Aku tidak ingin kembali kesana, tempat itu hanya akan membuka luka ku atas kehilangan Magnus." Gadis itu mengangguk mengerti, tentu dirinya akan melakukan hal yang sama bila ia ada di posisi Jack.

"Aku akan berusaha sekuat tenagaku untuk menemukan Magnus." Ucap gadis itu dengan nada serius menatap lurus ke arah Jack, Jack menatap gadis itu sebentar lalu menarik tubuh gadis itu mendekat dengan tubuhnya, ia memeluknya.

"Kembalilah dengan selamat Clary Fray." ucapnya bagaikan doa, ia mengeratkan pelukan itu berusaha merasakan seluk beluk tubuh gadis itu, menghirup aroma melati parfum miliknya selagi bisa, karena ia tidak tahu, apakah ia akan bisa merasa ini lagi nanti.

Mereka melepaskan pelukannya, gadis itu melihat pria di depannya sesaat lalu, tersenyum sebelum akhirnya menaiki tangga yang akan membawanya pergi dari sini, gadis itu melambaikan tangannya yang dilapisi sarung tangan coklat kepada temannya menandakan bahwa dirinya akan pergi, sang teman diujung sana pun mengangguk.

"Akan kucoba." bisiknya sembari memasuki pesawat dan disambut hangat oleh para kru, gadis itu pun mengembalikan sambutan hangat itu, dengan berdo'a di dalam hatinya bahwa ini bukan hari terakhirnya ia hidup.

---- S e c r e t -----

Wajah dingin dan lemas terlukis di wajah pria yang sedang memandang ke bawah dari jendela kamarnya, dibawah sudah banyak wartawan dan pres yang menunggu dirinya, dengan setelan putih itu ia seharusnya bahagia seperti calon pengantin pria pada umumnya, tapi di otaknya hanya satu orang dan orang itu bukanlah oang yang akan ia nikahi hari ini.

"Clarissa." bisiknya sembari menyentuh cincin yg dulunya pernah melingkar di jari manis gadis itu, sekarang cincin itu sudah menempel pada dadanya dengan bantuan rantai putih yang melingkar di lehernya.

Disamping dirinya yg sedang sibuk dengan pikirannya sendiri akan gadis yang ia tak tahu dimana letaknya, seorang warlock yang bersender di bingkai pintu memandangi pria didepannya itu dengan malang, walaupun mereka berdua sama-sama berada di situasi yang mengerikan tapi setidaknya setelah pernikahan ini berakhir ia akan bebas sedangkan pria itu, ia akan hidup bersama nenek sihir.

"Luke." Mendengar namanya dipanggil ia segera memasukan kalung itu kedalam kemeja putihnya, dan segera menghadap ke arah sumber suara.

"Magnus." balasnya, kini kedua pria itu sudah saling berhadapan, "Maafkan aku kau harus menjalani hal seperti ini." ucap Magnus menundukan kepalanya, ia merasa kasihan pada pria di depannya, ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan bila ia diposisinya sekarang.

"Itu bukan salahmu." ucap Luke.

"Tetap saja, setelah ini kau akan hidup berdampingan bersama nenek gila itu. Aku melihat wajahnya saja sudah muak."

"Aku tak apa-apa, asalkan dirinya selamat dimana pun ia berada."

Magnus melangkah mendekat dan duduk di tumpuan di dekat jendela di sebelah Luke, ia masih saja menatap ke arah kakinya-sepatunya lebih tepatnya. Sedari tadi ia sibuk menyumpahi wanita iblis itu yang memaksanya memakai sepatu norak ini, bila kekuatannya berfungsi sekarang ia pastikan wanita itu sudah habis.

Saat ini mereka berdua terlihat sangat menyedihkan, Luke yang biasanya terlihat selalu bersemangat tergantikan dengan wajah lesu dan dingin, Magnus warlock itu bahkan kehilangan gemerlapnya, matanya kucingnya yang biasanya meruncing bahkan sudah tidak terlihat. Untuk pertama kalinya kedua pria ini terlihat sangat.. putus asa.

"Apa kau tahu dimana letak Clary sekarang?" tanya Luke yang kembali melihat ke arah cincin yang ia kalungkan, di sisi dalam cincin itu tertulis jelas nama gadis yang membuat hatinya bergetar, yang harusnya hidup bersamanya. Ia tidak pernah melepaskan kalung itu, dan tidak akan pernah.

"Sebenarnya, semalam aku baru mendapat pesan api dari Jack ia berkata bahwa Clary aman bersamanya di Jerman."

Luke menghela nafas lega, setidaknya satu bebannya sudah hilang. Tapi yang tidak ia ketahui adalah pesan yang baru saja di kirim, pesan yang berisi tentang gadis itu yang sedang dalam perjalanan menuju kesini.

Dan hal itu yang sedang berputar-putar di otak Magnus sekarang, apa yang ia lakukan? apakah ia akan mengatakannya? bila iya, ia takut Jane akan mengetahuinya dan mereka akan benar-benar kehilangan gadis itu karena tentu saja Jane tidak akan tinggal diam, ia akan melindungi ikrar janji suci ini bagaimana pun caranya.

Pintu besar yang memisahkan ruangan ini dan apapun di luarnya itu terbuka lebar, memperlihatkan beberapa tentara baja yang akan membawa mereka ke bawah, sepertinya acara pernikahan akan segera dimulai. Mereka tidak bisa berbicara tapi saat tubuh mereka bergesekan dengan lantai dibawahnya mereka sangat berisik.

Magnus memutarkan kedua bola matanya saat merasa tangan baja itu mengerat di lengan tangannya, dengan paksa makhluk-makhluk itu pun menarik mereka berdua menuruni anak tangga yang melihat jumlahnya saja membuat Magnus malas.

Mereka kaku tapi jalannya cepat sekali, apa makanan yang Jane berikan pada makhluk-makhluk ini? batin Magnus.

"Aku bisa sendiri." ucap Magnus menyentakannya lengannya mencoba melepaskan dirinya dari jeratan makhluk baja itu, ia pun membenarkan pakaiannya yang sedikit kusut akibat tekanan tangan-tangan baja itu.

Kakinya melangkah menuju taman belakang, taman ini benar-benar di sulap menjadi sangat indah, Jane sangat pintar untuk hal-hal seperti ini membutakan para tamu dengan jamuannya yang luar biasa tanpa mereka sadari hal busuk apa yang ia tutupi.

Magnus duduk di jejeran kursi yang sudah ramai atas para tamu yang diundang, Luke pun sudah berdiri di depan altar dengan senyuman yang ia paksakan. Orang tua Luke yang datang untuk melihat putra mereka menempuh hidup baru melihat Luke dengan sangat bangga, little did they know apa yang sebenarnya terjadi.

Musik pun dimainkan, Magnus menengok kebelakang disana terlihatlah wanita yang dibalut gaun putih, dibawah renda putih itu ia terlihat luar biasanya cantiknya. Para tamu melihatnya dengan kagum, berbeda dengan Magnus yang sangat ingin menginjak-injak wajahnya.

Langkah demi langkah pun ia buat semakin membuatnya mendekat, Magnus mengeratkan genggaman tangannya dalam hatinya berdoa agar gadis itu cepat-cepat kesini.

Clary, kemarilah, kami membutuhkanmu.

The Secret || Luke Hemmings (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang