Chapter 46 'Red Stains in White'

98 9 5
                                    

Karena cerita ini udah mau selesai jadi tolong dibaca author notenya dibawah! okeeii makacii :)

______________________________________________________________

"Those sheets i can't never wash by the hand of mine."

----- S e c r e t -----

Nafas gadis itu memburu, kakinya terus berlari dan berlari. Ketakutan yang terus berputar di otaknya membuatnya tidak dapat melihat keindahan bunga yang bermekaran di sekelilinginya. Sekarang ia sedang mencari jalan lain ke acara pernikahan, saat ia mau memasuki institut makhluk bertubuh baja itu sudah mengkerubungi bangunan kokoh itu.  

Tentu saja, pikirnya. Tidak mungkin Jane akan membuat lubang dimana orang bisa masuk dan menghancurkan ceremonynya, ia akan menutup semua celah. Keringat dingin semakin memenuhi tangan kecil gadis itu, ia sudah menelusuri hutan di belakang institut ini tapi ia merasa tidak menemukan jalan yang mengarah langsung ke taman belakang, padahal kalau di fikir secara logika seharusnya sangat mungkin hutan ini memiliki jalan pintas yang langsung mengarah ke taman belakang.

Punggung gadis itu menyender pada salah satu pohon, dirinya sudah lelah mencari. Ia mencoba menenangkan nafasnya yang sedari tadi memburu, ia memainkan batu kecil yang terletak di dekat kakinya dan memutar-mutarnya diatas tangannya seperti koin sembari memikirkan hal yang sedang terjadi.

Apakah ini akhirnya? 

Apa memang aku dan Luke tidak pantas bersama? 

Apa Tuhan sedang menghukum kami? atau ini memang takdir kami?

Kalau memang kami bukan untuk satu sama lain.. untuk apa kami dipertemukan? 

Untuk apa kami memperjuangkan diri kami masing-masing bila akhirnya kami terpisah? 

Untuk apa aku datang...?

Air mata berjatuhkan menuruni pipi gadis itu, ia pun sepertinya tidak memperdulikannya. Angin musim semi bertiup melewati tubuhnya, ujung syal Jack yang masih mengalungi leher gadis itu berterbangan. Ia seharusnya bahagia sekarang, musim semi adalah musim favoritnya, ia harus menunggu setahun penuh agar musim ini datang, kenapa ia malah menyia-nyiakan kesempatannya. 

Kesempatan, pikirnya. Hari ini adalah kesempatan terakhirnya, walaupun bila ia tidak ditakdirkan hidup bersama Luke tapi setidaknya Luke tidak hidup bersama Jane. Ia harus menghancurkan pernikahan ini sebagaimana Jane telah menghancurkan hidupnya. Gadis itu puun berdiri perlahan mencob mengumpulkan kekuatannya yang tersisa, dan mencoba untuk berfikir layaknya seorang pemburu bayangan.

Jane akan menutup segala celah, cara masuk ke institut ini hanya dua; depan dan belakang. Di depan ia telah menyiapkan makhluk baja yang menjaganya, sekarang dibelakang.. disini ia tidak menyiapkan pasukan apapun, seperti tidak ada pertahanan apa-apa, tapi itu tak mungkin. 

Ayolah Clary.. berfikirlah! apa pertahanan yang tidak tembus mata? 

Ia menggigit kuku-kuku jarinya sembari melihat-lihat hutan, memutar tubuhnya mencoba mendapatkan pandangannya. Matanya berhenti menge-scan pohon-pohon disekelilingnya pada satu benda kecil yang kelihatannya seperti stela ditancapkan ke tanah. 

Kakinya pun berjalan mendekat dan membungkuk, mencoba melihat benda itu dengan dekat dan memastikan apa itu. Benar, itu adalah stela. Stela milik Jane lebih tepatnya. Dengan cepat ia memakai kembali sarung tangan yang sempat ia masukan di kantung mantelnya tadi, mencoba mengangkat stela itu tanpa harus bersentuhan fisik dengan kulitnya. 

Stela itu terasa panas ditangannya, dengan cepat ia menjauhkan tangannya dari benda kecil itu. Sarung tangan kulitnya meleleh dan menampakkan kulit tangannya yang terbakar, benda yang menyelimuti tangannya itu pun ia buang jauh-jauh. Bahkan benda itu masih terbakar bersamadaun-daun kering dibawahnya, Jane memang gila dapat mengguakan sihirnya. Sekarang Clary harus berfikir cepat bagaimana cara ia akan mengangkat benda kecil nan jahat itu dari tanah.

The Secret || Luke Hemmings (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang