Chapter 30 "I Miss You, But I Can't"

537 56 6
                                    

"She wanted to tell him she
missed him, but knew it wouldn't
change a thing so she just keep
pretending she didn't"

----- S e c r e t -----

Langkah kaki pria itu terdengar samar-samar diatas karpet hitamnya, yang berada di ruang kerjanya. Jarum jam diatas pintu kayu didepannya menunjukkan pukul 7 malam, tepat saatnya ia pulang. Sebenarnya ia bisa saja pulang kapan saja, sejak kantor ini adalah miliknya, tetapi setiap dirinya menghirup atmosfer dirumahnya, kenangan itu, selalu kembali. Ia berfikir, bahwa setidaknya bila ia di kantor, kenangan itu tidak akan kembali, sebelum ia kembali ke rumah.

Jarinya menekan beberapa tombol di sebelah kiri pintu besar yang berdiri didepannya, tak lama pintu itu pun terbuka lebar tanpa menyebabkan sedikit suara. Tak ada orang disana, keributan yang biasa ditimbulkan para karyawannya pun sudah tidak terdengar.

Kakinya kembali menuntunnya keluar ruangnya menuju salah satu lift, dan memasukinya. Sebelumnya pintu lift menuntup sepenuhnya, terdengar sebuah teriakan wanita.

"Tunggu!" teriak wanita itu, dari kejauhan. Suara langkah kaki yang ditimbulkan oleh sepatu haknya itu terdengar, menyebabkan pria yang berada didalam lift itu menekan tombol lift untuk tetap membuka, sampai wanita itu tiba.

"Astaga, terimakasih" suaranya terdengar ter-engah-engah menandakan dirinya yang baru saja berlari jarak jauh dan hampir menghabiskan seluruh tenagannya.

"Tidak apa-apa itu sudah menjadi tugasku untuk memastikan bahwa seluruh karyawanku sudah pulang sebelum aku mengunci kantor ini" jawab pria itu sebelum pintu lift menutup di depannya.

"Maaf tapi aku bukan salah satu karyawan- oh, astaga! Luke!" Suara milik wanita itu mendadak meninggi saat melihat pemilik wajah pria didepannya.

"Alli? apa yang kau lakukan disini?" Pria itu menatapnya bingung, mereka sudah sangat lama tidak bertemu. Sejak SMA selesai, Alli pergi ke Inggris bersama sang kakak untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Itulah mengapa pria itu menanyakan alasan keberadannya.

"Aku mencarimu, dan Cody menitipkan salamnya padaku untukmu, ya sejak dia tidak bisa kesini karena keperluannya disana" Wanita itu mulai menyandarkan tubuhnya ke dinding kaca yang terpasang di lift.

"Mencariku? untuk apa?"

Bukannya menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut pria yang ia cari, ia malah mendongakan kepalanya ke atas.

"Wah, malam yang indah ya. Para bintang saling berdekatan ya satu sama lain, aku bahkan tak tau umur mereka berapa, mungkin ada ayah bintang, ibu bintang, anak bintang, atau bahkan nenek bintang yang sudah meredup, melihat mereka seperti kenangan lama yang saling bermunculan agar mereka tak terlupakan" Kata wanita itu sambil memandang langit diatasnya yang hanya berlapis kaca, tak terasa air mata jatuh dari mata sebelah kirinya.

"Cody selalu bilang, semua bintang memiliki sebuah kenangan untuk setiap orang, mereka meredup karena mungkin waktu mereka sudah habis untuk diingat, tetapi mereka selalu akan tetap disana, dan setiap kenangan itu teringat kembali, ia akan kembali bersinar walaupun tak akan lama, dan akan kembali redup"

"Alli, kau tak apa?"

Tangan wanita itu menghapus kasar air mata yang menetes, melihat bintang selalu mengingatkannya akan dirinya, ia merindukannya, sangat, apalagi dirinya belum sempat mengucapkan selamat tinggal, ia pergi begitu saja.

The Secret || Luke Hemmings (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang