Chapter 14 'Bonfire'

633 74 7
                                    

"But i think, when you do something to make someone else happy besides yourself, that's love"

----- S e c r e t -----

Calum dan Luke baru saja pulang dari supermarket. Di dalam perjalanan tadi, Calum tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Luke masih sibuk dengan pikirannya sendiri, itulah mengapa ia diam. Di ruang tamu bahkan Aleisha menanyakan mengapa dirinya diam, tapi Luke hanya menggelengkan kepalanya dan menunduk kebawah.

Clary dan Michael yang baru saja turun, disambut dengan tatapan mereka. Clary menurun tangga dengan canggung, tapi Michael tetap menjadi Michael.

"Kalian sudah pulang?" tanya Clary, mencoba tidak membuat suasana canggung. Ia berharap mendapat jawaban dari Luke, tapi Calum yang menjawab.

"Ya, baru saja" Clary mengangguk, lalu memindahkan pandangnya ke arah Luke. Aleisha di sampingnya dengan satu tangan yang mengusap bahu Luke. Ia ingin yang melakukan itu, disampingnya. Menghirup bau tubuhnya, mengusap bahunya mengatakan semua tidak apa-apa. Bukan yang melihatnya.

"Kalian sudah menemukan semua bahannya?" mengalihkan pandanganya ke Calum, ia terlalu sakit melihat pemandangan tadi. Calum mengangguk lalu memberi kantong belanja ke arah Clary. Clary mengambilnya dan membawanya ke dapur.

"Kau serius? akan membuat cupcake dimalam hari?" Michael mengikutinya ke arah dapur.

"Tentu saja aku serius, kalau tidak mengapa aku membawa bahan-bahan ini?" Clary meletakkan kantong itu di meja dapur dan mulai mengeluarkannya satu persatu.

"Kau aneh" Clary melirik ke arah Michael, dan tertawa. "Terimakasih, aku tersanjung" Michael memutar matanya, dan berjalan mendekati.

"Bagaimana kalau kita membuat api unggun? kau tau juga untuk merayakan datangnya teman lama kami" Calum datang tiba-tiba, yang diikuti dengan Ash, Luke dan Leish.

Mungkin ini terdengar egois, tapi Clary merasa bahwa sejak adanya Leish dirinya tidak diperdulikan. Teman-temannya selalu berbicara dengan Leish, membicarakan hal-hal yang biasa mereka lakukan dulu. Clary hanya tersenyum dan mengangguk, mereka pun bersorak dan berjalan keluar.

Luke saja tidak menatapku, batinnya.

Clary melihat mereka keluar dan tertawa. Ia rindu teman-temannya, walaupun mereka disana. Rasanya seperti hantu, kau melihat mereka didepanmu, tapi kau masih merindukannya.

"Kau tak apa?" Tangan Michael mengelus pelan bahu Clary, Gadis itu hanya mengangguk masih menatap ke arah teman-teman melalui jendela kaca yang menuju keluar.

"Mereka dekat ya" Michael tau kalau gadis ini kesakitan. Ia tidak ingin melihatnya begitu, ia pun menariknya kesisinya. Kepala Clary bersandar di dada Michael.

"Mereka ada di depanku, tapi aku merindukan mereka" Michael merasa kausnya basah, ia memeluk gadis itu. Dulu ia berharap bisa melakukan ini, dan sekarang ia mendapatnya. Tapi sepertinya ia tidak kembali mengharapkannya sekarang.

"Luke bahkan tidak menatapku, apakah aku telah berhasil? aku telah berhasil membuatnya menjauh?" Tangan Michael mengelus rambut gadis itu, mencoba menenangkannya. Michael dapat merasakan rasa sakit yang dipendam gadis ini. Ia merasakan air matanya yang gadis ini tahan agar tidak jatuh lagi.

"Menangislah, terkadang pemburu bayangan harus menangis" Gadis itu tertawa, dan mendongak ke atas melihat ke arah Michael. "Bisakah aku menciummu?"

Wajah Michael kaget, Clary tertawa melihatnya. "Aku hanya bercanda bodoh, aku juga tidak akan menciummu. Ternyata benar ya kau sudah tidak mencintaku, kalau iya kau pasti sudah menciumku"

The Secret || Luke Hemmings (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang