Chapter 21 'Roses'

715 81 13
                                    

"Because sometimes you don't see that the best thing that's ever happened to you is sitting there, right under your noise"
- Love, Rosie.

----- S e c r e t -----

Lelaki itu menundukkan kepalanya, melihat kearah batu makam didepannya. Ditangan kirinya ia sedang memegang sebuket mawar hitam, yang biasa menjadi favorit gadis yang sudah berbaring dibawah tanah, tepat dibawahnya kakinya. Di lehernya terdapat sebuah kalung dengan cincin yang dijadikan sebagai liontinnya, itu adalah cincin pertunangan milik gadis itu sebelum akhirnya ia meninggalkannya.

Ini sudah setahun semenjak kepergiannya, semenjak insiden di tebing tempat semuanya terjadi. Tempat lelaki itu kehilangan semuanya. Ia telah kehilangan senyumannya, tawanya, kegembiraannya, semua hilang begitu saja.

Angin dingin musim gugur berhempus menerpa tubuhnya, tapi ia hanya berdiri disana, tetap disana. Selama setahun penuh yang ia rasakan hanya penyesalan dan kehampaannya. Teman-temannya telah mengajaknya untuk bergembira, setidaknya lupakan masalahnya sehari saja. Tapi ia tidak bisa, tidak tanpa gadis itu.

"Aku tahu ini gila, tapi bisakah kau kembali?" Semenjak tadi, akhirnya suaranya terdengar. Tidak terlalu kuat, hanya setidaknya gadis itu bisa mendengarnya, bila ia benar-benar bisa mendengarnya.

"Clar, boleh tidak aku menceritakan sebuah kisah padamu?" gadis itu tidak menjawabnya, tapi ia tetap melanjutkannya.

"Jadi begini, tahun lalu aku telah membuat sesuatu kesalahan yang sangat besar, aku telah membiarkan separuh diriku pergi, dan karena itu semua berubah. Tidak ada yang biasa menertawakanku, tidak ada yang biasa memainkan pianonya, tidak ada yang biasa membaca bukunya, tidak ada gadis yang biasanya melakukan hal itu, karena sudah pergi, dan itu salahku" katanya, berbisik. "Semua itu salahku, andaikan saja aku tidak bersama Leish saat itu, mungkin gadis itu masih ada disampingku, menikahiku"

"Kau tahu gadis itu telah melewatkan hal-hal yang harusnya ia habiskan denganku. Ia melewatkan wisudanya, tempat ia dimana akan meloncat dan melempar topinya, bersenang-senang bersama teman-temannya sebelum akhirnya mereka meninggalkan SMA. Tapi yang paling menyedihkan adalah ia tidak ada saat aku membutuhkannya untuk menjadi ratuku di pesta prom perpisahan sekolahnya"

"Teman-teman disekolahnya yang biasanya tidak mengenalnya, secara tiba-tiba merasakan duka yang sama sepertiku. Mereka tidak mengira bahwa gadis itu dapat melakukan hal seperti itu"

Lelaki itu terisak, nafasnya sesak menahan tangisan.

"Clary semua orang merindukanmu, Cal, Mike, Ash, Ari, Alli, orang tuamu, mom, dad, mereka tidak mengira kau dapat melakukan hal itu. Aku merindukanmu Clar. Bisakah kau kembali? aku berjanji tidak akan membiarkanmu pergi, tidak kali ini. Aku merindukanmu Clary, sangat"

"Banyak hal berubah Clar, semenjak kau pergi. Perusahan mom hampir bangkrut karena aku tidak fokus belakangan ini, tapi ada Jane yang membantuku, berkat dia perusahan mom bisa membaik"

"Orang-orang terus bilang kepadaku untuk melupakanmu dan membiarkanmu pergi, tapi aku tidak bisa. Kau terlalu spesial untuk dilupakan Clar."

Lelaki itu menunduk dan melihat jam ditangannya, disana telah menunjukkan ke arah angka 5. Ia tahu ia harus pergi, itulah yang telah dia jadwal setiap minggunya. Ia meletakkan buket bunga itu di atas makam itu mencium nisannya sebelumnya ia meninggalkan gadis yang berbaring bersama tanah disana.

----- S e c r e t -----

Lelaki memberhentikan mobilnya tepat di depan sebuah flat besar dan keluar. Ia mulai berjalan memasuki flat itu, sesampainya didalam dia langsung disambut oleh beberapa temannya. Luke, Cal dan Mike tinggal bersama di flat itu, sejak kejadian Clary mereka tahu apa yang mungkin akan terjadi bila salah satu diantara mereka ditinggalkan disebuah rumah besar sendiri.

Leish? ia sudah mencari rumahnya sendiri, tapi terkadang ia masih suka mengunjungi flat mereka, sekedar bermain.

Rumah milik Clary dan Luke sudah Luke jual 2 minggu setelah kejadian, mereka yang berada di rumah itu tidak kuat karena rumah itu begitu mengingatkan mereka akan kesan keberadaan Clary dan mengingatnya sudah tidak ada, tidak akan membantu keadaan.

Seluruh peralatan rumah dijual, itu pun keinginan Luke sendiri. Tapi ada suatu barang yang tidak akan Luke jual, walaupun ditawar berapa pun ia tidak akan menjualnya.

Piano Clary.

Seberapa besar barang itu mengingatkan dirinya akan Clary, ia tidak akan sanggup menjualnya. karena, itu sama saja menjual Clary, menjual kenangan mereka, ia tidak sanggup bila disuruh melakukan itu.

Mike dan Cal seperti biasa sedang memainkan xbox mereka, sedangkan Luke? ia sudah tidak punya waktu untuk itu, yang ia kerjakan sekarang adalah duduk di depan komputer. Terkadang mereka suka meledek Luke karena dengan usianya yang lebih muda, ia sudah bekerja, tapi Luke tidak memperdulikan mereka karena setidaknya ia melakukan ini untuk Clary.

"Hey! mau makan malam bersama? Magnus dan Will sudah datang, dan mereka membawakan makanan cina!!" Suara milik Calum terdengar dari ujung ruangan, Luke yang sedang di depan komputernya mendongak untuk melihat sahabatnya.

"Ya tentu! tunggu saja sebentar aku akan segera kesana" Luke kembali memfokuskan pandangnya terhadap layar didepannya.

"Baiklah, terserah kau kawan" Dengan itu ia pergi meninggalkan Luke sendiri dikamarnya.

Tidak perlu waktu lama untuk menunggu Luke keluar dari kamarnya, saat ia keluar Magnus segera memeluknya, semenjak Clary pergi Magnus dan Will selalu berkunjung ke flat Luke, Magnus pun yang tadinya tidak suka dipeluk jadi suka memeluk Luke setiap bertemu. Karena ia dapat merasakan rasa sakit Luke, ia pun begitu.

Mereka sudah duduk dimeja makan, ini membuat Luke teringat sesuatu. Luke teringat saat pagi terakhir Clary, ia yang seharusnya duduk disampingnya ia memilih duduk disamping Leish. Dan ia baru menyesalinya, sekarang.

Ia seharusnya ada disana, di hari-hari akhir Clary. Ia seharusnya ada, tapi ia terlalu sibuk dengan kehadiran Leish, sampai-sampai ia kehilangan sesuatu yang berharga.

"Janganlah sibuk menghitung bintang, karena suatu saat nanti kau akan sadar bahwa kau telah kehilangan bulan" Suara Will terdengar, mereka yang dengan sibuk makan segera mendongak ke arahnya. Magnus yang sepertinya tahu apa maksud Will segera melihatnya dengan tatapan menegur.

"Will?"

"Apa? itukan hanya sebuah kalimat, lagi pula aku baru saja membaca sebuah buku tadi pagi, dan aku menemukan kalimat itu disana"

"Oh, begitu ya? lalu apa nama bukunya, kalau kau benar-benar membaca?"

"A Tale of Two Cities, kenapa? puas?"

A Tale of Two Cities, itu buku kesukaannya. Batin Luke.

"Will!" Magnus menegurnya, ia tahu bahwa buku itu akan mengingatkan Luke akan Clary. Magnus tahu Will masih kesal akan Luke, tapi bisakah ia merasakan duka Luke? mengapa ia ingin membuatnya tambah berfikir bahwa semua ini adalah kesalahannya?

"Apa? kau menyalahkan aku? aku kan tidak salah apa-apa"

"Astaga! bisakah kau diam?!"

"Um, tidak"

"WILL!!"

"Baik! baik! Luke, aku minta maaf, aku tidak bermaksud mengingatkannya padamu. Kau sekarang senang Magnus Bane?"

_______________________________
Helloooo!!!! Wkwkwkw ini pada penasaran yak si Clary itu mati ato idup?

Pertanyaan anda akan terjawab pada chapter berikutnya jadi mohon bersabar wkwkwkwk

Jangan lupa votement yoooo ✌️

The Secret || Luke Hemmings (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang