Chapter 31 "Birthday"

549 54 3
                                    

Oh em jeeeh akhirnyaaaaaaaaaaaaaaah seleseeeee jugaaaaaaaaah UN gwwwwwwwwww!!!!!

Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

tapi gw ragu sama mtk gw masa ._. okelah gw nggak mau bahas -___- bisa gila lama2

sebenernya UN gw udh selese dari kapan tau .__. tapi maapkan hayati yaahhh aku khilaf :')

okelah lupakan.. .__.

Mari kita lanjutkan bersamaaaah..

_______________________________

"The saddest thing about betrayal is that it never comes from your enemies"

----- S e c r e t -----

Angin malam tertiup kencang menabrak tubuh mereka, tapi tak ada salah satu dari mereka yang berkutik. Tatapan mereka lurus menatap makam batu yang berada di depan mereka. Udara yang bertidup sangat dingin, sesekali salah satu dari mereka merapatkan mantelnya karena angin yang masih dapat menembus mantel dan menusuk kulit mereka.

Mereka berkumpul disebuah pemakaman ditemani dengan bintang-bintang dan beberapa lilin disekitar makam yang sengaja dipasangkan. Seorang wanita berambut pirang melebihi bahunya yang merupakan salah satu dari mereka berlutut didepan makam dan mengelus bagian atas batu itu.

"Selamat Ulang Tahun Claryku" Bisiknya mendekati makam itu seperti seseorang yang berbaring dibawahnya bisa mendengar. Setetes air mata berlinang dan jatuh diatas batu makam, ia tak tahan melihatnya seperti ini. Ia kembali menyalahkan dirinya saat perasaan yang menusuk hatinya kembali datang, dengan mengunjungi dan melihatnya kembali sama sekali tidak membantunya.

"Maafkan aku" ucapnya lirih seperti tak ada sedikit energi yang tersisa, "Seharusnya aku disana! aku seharusnya ada disana!" wanita itu berteriak dengan air mata yang menurun deras, nafasnya tersekat-sekat, setiap tarikan nafas yang ia buat terasa sangat berat.

Sepasang tangan pun merangkup tubuh kecil wanita itu, mengangatnya perlahan dan membuatnya menjauhi makam. Ia mengelus-elus lembut punggung gadis itu mencoba membuatnya tenang, tapi itu malah membuat tangisannya semakin menjadi-jadi.

"Shhh, tenangkan dirimu Al" ia terus mengelus-elus punggung wanita itu dan membawanya kepelukannya, "Jangan kau salahkan semua ini pada dirimu, ini bukan salah mu. Kau tak tahu, begitu juga kami. Tolong berhentilah menyalahkan dirimu, ia akan sedih bila melihatmu seperti ini"

"Tapi Cal-" Ia baru saja ingin menyelesaikan kalimatnya untuk membalas pernyataan Calum, tetapi ada seorang tamu yang telah lama mereka harapkan datang.

Ia berjalan dari arah timur pemakanan, memakai mantel musim dingin seperti yang lainnya. Sebenarnya ini belum memasuki musim salju tetapi malam ini terasa sangat dingin, itulah yang menyebabkan dirinya memakai mantel.

Langkah kakinya berjalan menuju pemakaman dimana para teman mereka berkumpul, dimana mereka menunggunya. Tak ada yang dapat mengeluarkan suaranya saat kakinya mulai mendekat, sampai akhirnya dirinya pun sudah berada didepan makam.

"Aku tidak terlambat kan?" tanya pria bermata kucing itu kepada sekawanan sahabat didepannya.

"Tidak, tentu tidak" tegas salah satu dari mereka, "Kami baru saja akan melaksanakannya saat kami melihat kau mendekat" lanjutnya lagi, membalas pertanyaan pria itu agar terdengar lebih jelas.

Pria itu mengangguk atas jawaban yang telah diberikan, lalu matanya bergerak kearah kedua sahabat yang sedang berpelukan satu sama lain.

The Secret || Luke Hemmings (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang