Chapter 8 'I'm still loving you'

615 80 8
                                    

"My mother taught me this trick:
if you repeat something over and over again it will loses it's meaning"

----- S e c r e t -----

Hari sudah petang, sudah cukup lama sejak Clary tertidur. Luke membuka pintu dan melangkah masuk. Ia baru saja pulang dari meeting bersama Jane. Ia telah berganti baju dari seragam sekolahnya ke jas dan celana bahan hitam. Ia tak perlu pulang ke rumah untuk mengambilnya, ia sudah punya persediaan emergency di dalam mobilnya.

Ia menutup pintu di belakangnya dan melangkah ke arah dapur. Ia ingin membuatkan segelas wine untuk dirinya yang bisa di bilang sedang stress sekarang.

Ia baru saja ingin membuka kulkas dan mengambil winenya tapi dirinya dikejutkan oleh sesosok gadis yang sedang tertidur di atas meja makan dengan setangkai mawar di tangannya.

Ia menghentikan apa yang baru saja ingin dia lakukan. Ia mulai berjalan ke arahnya dan mengoyang-goyangkan tubuh kecilnya itu. "Clary, bangun" bisiknya mencoba membuat gadis itu terbangun, tapi tidak ada reaksi apa-apa darinya.

Karena ia merasakan kasihan pada Clary, ia menggendongnya. Ia tau pasti ia tidak nyaman tertidur di atas meja makan yang keras. Tangannya melingkar pada tubuh Clary, Clary cukup dekat dengannya jadi ia dapat menatap gadis itu dengan mudah.

Berat rasanya menatap seseorang yang baru saja menyakiti hatimu, bila melihatnya itu seperti film yang diputar berulang-ulang di kepalamu dengan dialog yang sama.

Ia membawa tubuh Clary menaiki tangga dan dengan kakinya ia membuka pintu kamar Clary. Meletakkan gadis itu di atas kasur dan melepaskan sepatunya. Ia mengelus-ngelus rambut Clary dengan hati-hati.

Ia masih memandangi wajah Clary yang tertidur, masih belum bosan melihatnya. Ia ingin mencium kening gadis itu dan berkata bahwa ia mencintainya. Tapi ia teringat apa yang dikatakan gadis itu saat pulang sekolah, yang dapat menghentikan niatnya itu.

Ia menelfon Ari untuk membantunya mengganti pakaian Clary, karena tidak mungkin dirinya melakukan itu. Setidaknya sebelum mereka menikah, tapi mengingat apa yang dikatakan Clary sepertinya ada kemungkinan bahwa hal itu tidak akan terjadi.

Ari yang mendengar kalimat 'Clary' segera menutup telfon dan bergegas menuju rumah mereka. Tak butuh berjam-jam menunggu dirinya, hanya butuh 15 menit batang hidungnya sudah kelihatan di daun pintu.

Luke segera menyuruhnya masuk ke kamar untuk mengganti pakaian Clary. Tentu saja Luke harus menunggu di luar, tidak mungkin ia akan melihatnya.

Luke pun duduk di kursi depan piano Clary. Karena merasa iseng ia pun membuka penutup pianonya dan dengan hati-hati menekan tuts-tuts yang ada. Suaranya aneh dan tidak sebagus Clary, tapi ia suka. Ini hal baru untuknya. Ia masih menikmati lagunya sampai Ari membuka pintu dan menyuruhnya diam.

"Bisakah kau diam? kau bisa membangunkan Clary. Dan perlu kau tau, bahwa permainanmu dapat membuat otakku meleleh dan keluar dari telingaku"

Luke hanya mengangkat tangannya dan menutup kembali pianonya. "Maaf" gumamnya.

"Baiklah, terserah. Aku harus kembali, ibuku baru saja menelfonku" Ari mengambil tasnya dan berjalan ke arah Luke yang masih duduk di kursinya.

"Ya tentu, terimakasih ngomong-ngomong"  kata Luke menghadapnya.

"Sama-sama" Ari pun berjalan dan pergi meninggalkan Luke dan Clary sendiri di rumah itu.

Luke masih diam di tempatnya, ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Apalagi ia masih dikejutkan dengan keadaan Clary saat ia pulang. Ia melihat gadis itu tertidur di atas meja makan di dapur dan sedang mengengam setangkai mawar yang dibelikannya kemarin. Jujur ia bingung dengan sikap Clary, tapi sayang ia tidak bisa berbuat apa-apa.

The Secret || Luke Hemmings (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang