Part 26: Home

74.8K 5.9K 542
                                    

"Kamu nggak apa-apa Lif?" Gita menatapnya khawatir, gadis itu tidak mengira Alif masuk kuliah lagi secepat ini.

"Nggak apa-apa maksudnya apa Git?" Alif tersenyum, ia mengcopy semua bahan yang diberikan Dita ke dalam netbook karena hampir dua minggu ia tidak datang ke kampus.

"Nggak, kamu masih kelihatan kurang sehat. Seharusnya kamu di apartemen saja, toh surat izin dari rumah sakit bisa diperpanjang kan?"

Alif menggelengkan kepala, mengisyaratkan agar Gita tidak usah terlalu cemas dengan keadaannya. Sungguh Alif merasa tersiksa harus seharian berada di apartemen tanpa mengerjakan kegiatan apapun. Alih-alih karena sering melamun ia jadi sering menangis karena mengingat Sakti. Hampir selama satu minggu air mata terus mengalir karena tidak sedikitpun kabar mengenai keberadaan Sakti, hal itu membuatnya sangat putus asa dan Alif berjanji ia akan menyibukkan dirinya walaupun rasa bersalah tetap menggelayutinya.

Setidaknya ia berjanji tidak akan menangis lagi demi kesehatan bayi mereka..

"Tidak apa-apa. Sungguh. Besok atau lusa mau menginap di apartemenku, Git?"

Gita mengangguk dan menyetujui usul Alif, saat ini gadis itu akan menyanggupi semua permintaan Alif asalkan sahabatnya dapat ceria seperti dulu kembali.

"Oke, malam ini aku nginep di tempatmu Lif.. apa sih yang nggak buat kamu? Omong-omong kalo aku nginep, aku minta dimasakkin sama kamu ya, katanya kamu pinter masak kan Lif." Gita nyengir, ia penasaran dengan kemampuan memasak Alif yang bisa membuat Sakti meminta dibekal tiap hari.

Alif mengacungkan jempolnya, tidak mempermasalahkan permintaan Gita karena ia juga sudah ingin memasak seperti biasa. Selama satu minggu terakhir ini ia di supply oleh Andrea dengan makanan delivery order dari restoran.

***

Alif pulang terlebih dahulu karena Gita masih ada keperluan di kampus, ia juga berpikir sebelum sahabatnya datang ia akan memasak terlebih dahulu untuk makan malam mereka. Alif mengaduk isi kulkas dan hanya makanan beku yang ia temukan dan beberapa bungkus mie telur yang berada di dalam lemari pantry. Wajar, seminggu lebih ia meninggalkan apartemen dan semua bahan makanan telah membusuk dan juga ia tidak mempunyai semangat untuk melakukan apapun setelah kecelakaan itu.

Alif menatap sebungkus sosis dan bakso, mie telor, bubuk cabe kering dan sedikit bumbu dapur di atas meja dapur. Alif nyengir, Gita sepertinya harus puas dengan makan malam berupa mie goreng sederhana.

***

Suara bel apartemen terdengar, Alif berlari menuju pintu tanpa melihat layar pengawas karena ia tahu itu pasti Gita. Begitu ia membuka pintu, wajah Satya nyengir di depannya diikuti oleh Gita dan Revan. Alif menaikkan alis matanya ia tidak kaget dengan kehadiran Revan karena Gita mengatakan bahwa mereka sudah pacaran, tetapi ia sedikit terkejut dengan kedatangan dosennya.

"Hai Lif..." Satya menyapa Alif dan tersenyum, laki-laki itu senang melihat keadaan Alif jauh lebih baik ketika ia terakhir melihatnya di rumah sakit.

"Pak Satya?"

Alif menatap Gita dengan pandangan bertanya, meminta penjelasan gadis itu mengapa laki-laki itu bisa bersama mereka. Satya melihat pandangan Alif pada Gita dan dengan cepat laki-laki itu mengantisipasinya.

"Jangan salahkan Gita, aku yang memaksa mereka untuk ikut ke sini. Tadi di tempat parkir aku mendengar pembicaraan mereka dan aku menyambar kesempatan itu.Kami cuma ingin mengantar Gita dan main disini, tidak menginap kok. " Satya nyengir dengan senyuman khasnya yang biasa membuat para mahasiswi bersemu merah.

"Oh begitu... nggak apa-apa kok Pak. Ayo masuk-masuk, Revan yuk masuk.." Alif membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan tamunya untuk masuk.

Revan dan Gita terkagum-kagum dengan luasnya dan interior apartemen, sementara Satya menilai semua yang ia lihat.. yang ia simpulkan sekarang Sakti adalah laki-laki yang sangat mapan. Satya telah mendengar sedikit cerita mengenai pernikahan Sakti dan Alif ketika ia bertemu dengan kakak perempuan Sakti di rumah sakit.

My Young BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang