Part 27: Wonderful Life

91K 6.2K 557
                                    

Merasakan hembusan nafasnya yang meremangkan kulitnya yang dingin

Merasakan kehangatan tubuhnya dalam pelukan

Merasakan detak jantungnya berdebar seirama dengan detak jantungnya sendiri

Sakti merunduk ke bawah, menatap Alif yang masih tertidur pulas di pelukannya. Laki-laki itu membelai lembut dan merapikan anak-anak rambut Alif yang tersebar di dahinya. Sakti masih ingin merasakan semuanya sekali lagi, bahkan ia ingin saat-saat ini tidak akan pernah berakhir selamanya. Karena Alif adalah mercu suarnya ketika ia kehilangan arah untuk pulang, Alif adalah semangatnya untuk bertahan hidup, dan juga Alif adalah hidupnya, nafasnya.

Tapi Sakti tahu, saat-saat ini mungkin akan berakhir, apabila istrinya menginginkan mereka untuk berpisah. Sakti berdoa semoga keajaiban menghampirinya sekali lagi.. keajaiban yang sama ketika ia berada di antara hidup dan mati dalam derasnya arus sungai malam itu.

***

Alif mengerjapkan matanya, merasa heran dengan kehangatan yang melingkupinya. Ia melihat dada bidang yang berada di depannya dan baru menyadari bahwa ia tidur berbantalkan lengan kokoh seorang laki-laki. Alif tersentak dan menengadahkan sedikit kepalanya ke atas, ingin melihat wajah orang yang telah memeluknya semalaman..

Mas Sakti..

Alif menutup mulutnya dengan kedua tangannya, matanya mulai terasa panas dan tanpa dapat ia kendalikan lagi air mata mulai mengalir deras membasahi pipinya.

Apakah aku hanya bermimpi?

Untuk memastikannya, Alif menyentuh dada Sakti.. gerakan naik turun karena benafas dan detak jantung yang berdenyut dibalik kulit yang hangat itu menandakan bahwa ia tidak bermimpi sama sekali.

Pelan-pelan Alif beringsut, menjajarkan wajahnya dengan wajah suaminya. matanya tidak lepas dari wajah Sakti seolah takut suaminya akan menghilang lagi dari sisinya. Alif berbaring dalam diam, ia masih menatap wajah Sakti, tak sedetikpun tatapan matanya lepas dari wajah laki-laki itu. Dada Alif terasa sesak menahan isakan agar tidak terdengar, ia tidak ingin Sakti terbangun dari tidurnya yang terlihat sangat damai.

Alif menelusuri garis rambut Sakti, pipi, dan rahang laki-laki itu yang semakin tirus dengan jemarinya. Tubuh Sakti pun terlihat menyusut dan dipenuhi dengan luka serta warna biru yang mulai memudar, entah apa yang dialami laki-laki itu dalam dua minggu terakhir.

Tiba-tiba mata Sakti terbuka, bibirnya melengkung naik, sebuah senyuman terkembang disana.. senyuman yang tulus, seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka.

"Assalamualaikum, selamat malam My Sunshine.."

Sakti berbisik pelan, matanya menatap Alif lembut dan ia merapatkan bibirnya ketika melihat air mata Alif yang membasahi pipinya.

"Ssst, kenapa menangis? Aku ada disini dan tidak kurang satu apapun."

Sakti meraih Alif kembali dalam pelukannya, lalu mengecup keningnya , ia sangat merindukan Alif. Alif masih terisak dan tidak sanggup berbicara satu patah kata pun karena ia sangat malu dan menyesal... ia ingat apa yang pernah ia lakukan dan ucapkan pada suaminya sebelum kecelakaan itu terjadi, isakannya makin kencang hingga membuat ia sulit bernafas. Sakti mengelus lembut punggung Alif dan membisikkan kata-kata untuk menenangkan histeria tangisnya.

"Lif... istighfar. Ingat Allah, ingat bayi kita yang ada di dalam perutmu."

Sakti kembali berbisik, dan kali ini jemarinya menyentuh perut Alif yang mulai terlihat sedikit membuncit.

Alif terdiam, sesekali isakan masih lolos dari bibirnya.

"Si kecil masih ada di sini kan? Dia sehat-sehat saja kan?"

My Young BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang