Part 24: Hatred

113K 6.7K 1K
                                        

"Kenapa Lif, kamu nggak suka dengan Wira, sampe gak mau dianter pulang sama dia hari ini?" Sakti memulai pembicaraan dengan Alif, setelah beberapa saat suasana di dalam mobil begitu hening dan hal itu sangat menyesakkan hati Sakti.

Sakti mengemudikan mobil Mercedez Benz sport miliknya ke daerah Bogor, mencari hotel untuk mereka menginap. Sakti memenuhi janjinya untuk membawa Alif ke Taman Safari, sesuai dengan janjinya ketika sebelum resepsi pernikahan dilaksanakan. Laki-laki itu bermaksud meredakan kemarahan Alif dan membuat Alif tersenyum kembali.

Alif diam, seolah tidak mendengar pertanyaan Sakti. Ia menatap pemandangan dari jendela yang berada disampingnya.

"Kamu mau belajar mengemudi mobil, nggak mau pake supir lagi?" Sakti masih berusaha membuat Alif membuka mulutnya, tetapi istrinya tetap tak bergeming.

Sakti menghela nafas, lalu ia menepikan mobilnya di suatu sudut jalan yang sepi. Sakti sengaja menghentikan mobilnya di tepi jalan yang bersisian dengan sungai agar mereka dapat berbicara lebih leluasa.

"Apa yang membuatmu marah?" Sakti menoleh pada Alif, menatap istrinya. Alif hanya menoleh sejenak, kemudian kembali membuang muka.

"Please, jangan seperti anak kecil Lif. Aku tidak tahu apa maumu kalau kamu bertingkah seperti ini." Sakti menyentuh pundak Alif lembut, memohon istrinya bicara dengannya.

Alif masih enggan untuk menanggapi, tapi akhirnya ia mengikuti kemauan Sakti.

"Apa kabar Deidre, Mas Sakti?" Alif tersenyum, tapi senyumnya sangat sinis dan nada kalimatnya mengisyaratkan sesuatu yang lain.

Sakti tersentak dan saat itu ia tahu pasti ada sesuatu yang dilakukan Deidre sore itu, dan Alif tahu semuanya.

"Kenapa kamu bertanya tentang dia?"

"Mas, kamu suka sekali berbohong apabila menyangkut tentang mantan istrimu." Alif tertawa tapi matanya sama sekali tidak, sinar mata Alif terlihat sedih.

"Oke, aku mengaku bertemu dengannya beberapa kali dalam minggu terakhir," Sakti mengangkat tangannya, menyerah. Dan memang ia ingin jujur pada Alif tentang semuanya.

"Perusahaan Deidre memenangkan tender pekerjaan renovasi interior kantorku Lif dan ia datang menemuiku hanya sebagai rekan kerja. Aku terakhir kali bertemu dengannya di bandara sore tadi."

Alif mengangkat alisnya tinggi-tinggi mendengar pengakuan Sakti yang terakhir.

"Ah, Alif mengerti Mas.. dan sepertinya pertemuan kalian tidak berlanjut di hotel karena Mas Sakti mendengar kabar aku kabur dengan Pak Satya, begitu?"

Tatapan mata Sakti tajam menusuk, tetapi Alif dengan berani menantang dengan menatap Sakti dengan tatapan melecehkan.

"Tuduhanmu tidak berdasar Lif."

Tawa Alif meledak seketika mendengar betapa defensifnya kata-kata Sakti. Sakti hanya bersedekap memandang Alif yang terlihat geli dan mengejek dirinya.

"Tidak berdasar, Mas?" Alif menoleh dan masih tertawa kecil lalu ia mengeluarkan ponselnya, membuka folder picture dan memberikan ponselnya pada Sakti.

Sakti membeku melihat foto-foto itu, foto yang diambil ketika ia tidak sadar sore itu, lidahnya terasa kelu. Dan sekarang Sakti mengerti mengapa Alif berubah.

"Alasan apa lagi yang akan Mas Sakti kemukakan? 'Naluri laki-laki' lagi?"

Sakti memejamkan matanya, semua rasa bercampur aduk saat ini. Laki-laki itu merasa marah karena fitnah Deidre yang menjebaknya, malu mengapa ia bisa dengan tololnya terperangkap kembali dijebak mantan istrinya, sekaligus kecewa karena Alif tidak mempercayainya sama sekali.

My Young BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang