Extra Part: Jealous

67.7K 4.7K 236
                                    

Haloo readers...

Aduh khilaf lg nulis extra part. Karena bnyk yg minta dan dipikir2 emang ga enak extra part yg ujungnya sedikit gantung kmrn.

Semoga kalian msh bisa menikmati lovely dovey nya alif dan sakti ya... sy harapkan vote dan sarannya jg.

Best regards

VLeeRhysMancini

Nb. Pdhl pngen nulis lnjutan a perfect lie, eh mlh nulis yg ini. Duh, doa kalian bnr2 makbul ya hahaha


Aku curiga... sangat curiga!

Aku melirik suamiku, Raffardhan Sakti Al-Akbar, yang sedang bersiul dan menyisir rambutnya yang hitam dan tak sedikitpun bercela.

Iya! Rambutnya hitam... ia mencat rambutnya yang berhias rona kelabu di sana-sini menjadi hitam pekat dan bersinar kebiruan apabila terkena cahaya. Padahal aku sangat menyukai helaian abu-abu yang menyeruak sedikit liar di sela-sela rambutnya, bagiku Mas Sakti lebih terlihat jantan dan sexy dengan ubannya.

"Pergi lebih pagi hari ini Mas?" aku mengancingkan kemejanya dan menatap matanya, berusaha tidak terdengar mengintograsi.

"Iya Lif... hari ini ada breakfast meeting dengan Menteri dan orang-orang dari EU jam delapan. Aku nggak mau telat." Mas Sakti menggenggam tanganku yang masih berada di atas dada bidangnya, matanya tersenyum menatapku.

"Kenapa?" ia menunduk melihat wajahku yang sedikit tertekuk.

Aku menggeleng, sejujurnya aku menginginkan waktuku hanya berdua dengan Mas Sakti. Bukan aku tidak menyayangi Rania dan Rayyan, tetapi entah mengapa setelah kelahiran Rayyan, Mas Sakti sangat jarang bersikap romantis. Ia hanya memperhatikanku sekedar kewajiban suami terhadap istri. Pernah sih ia bersikap romantis tetapi ujung-ujungnya ia menginginkan 'Makan Lemper'! Astaga, aku capek sekali pada pagi harinya walau tidak memungkiri aku menikmati pemujaan tubuhnya terhadap tubuhku... tetapi tetap saja, yang namanya 'makan lemper' itu bikin badan jadi pegal-pegal semua.

"Kamu kecapean ya my sunshine? Kita hire baby sitter aja." Jemarinya yang kekar menyentuh daguku, membuat aku mendongak dan mataku kembali menatap matanya yang teduh.

Astaga Raffardhan Sakti Al-Akbar, kamu tampan sekali!

"Nggak usah. Aku sudah berkomitmen untuk mengasuh dan mendidik mereka dengan kedua tanganku Mas."

"Atau cari pembantu yang menginap?"

Aku berpikir sejenak, pembantu yang sekarang memang hanya pulang pergi dan aku keteteran ketika malam hari. Pekerjaannya sangat bagus dan aku rasa sangat tidak adil untuk memecatnya.

"Terima kasih, nggak usah Mas. Alif yakin bisa mengatasinya sendiri."

Aku mengecup pipinya sekilas, tetapi Mas Sakti langsung menangkap pinggangku dan menghujani wajahku dengan ciuman-ciuman kecil.

"Ih Mas... Alif belum mandi. Lagian bau bekas ompolnya Rania." Aku memalingkan wajah dan terdengar desahan kecewa keluar dari bibir suamiku. Ia menepuk kepalaku dan mengecupnya singkat.

"Kamu nggak mandi juga udah wangi Lif."

Aku hanya tersenyum dan membalas ucapannya dengan mencium tangan kanannya sebelum ia berangkat bekerja, rutinitas yang kami biasakan semenjak awal pernikahan.

Aku mengantarkan Mas Sakti hingga ke pintu depan apartemen, ia mengucapkan salam dan sedikit tergesa berlalu karena takut akan terlambat.

Setelah sosok Mas Sakti menghilang di balik lift privat kami, aku menutup pintu. Dan cermin besar di ruang tamu menampilkan diriku secara keseluruhan, aku menyadari telah lama aku tidak bercermin. Mungkin sekitar beberapa minggu yang lalu ketika Mas Sakti mengajakku makan dan nonton keluar.

My Young BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang