Alif sekilas melihat Dian yang memasuki ruang sekretaris, sementara Dian membalas tatapan Alif sengit. Alif pura-pura tidak melihat tampang sinis Dian, gadis itu kembali berbincang-bincang dengan Iwan.
"Pagi Dian.." Iwan mencoba meredakan ketegangan di antara kedua gadis itu.
"Pagi." Dian menjawab singkat lalu melengos. Ia benci sekali dengan Alif, hari ini ia baru masuk kantor setelah meminta cuti satu minggu setelah peristiwa tonjokan Alif di dagunya.
Iwan menggelengkan kepalanya, maklum dengan sifat judes asisten seniornya, ia kemudian melanjutkan sarapannya yang telah disediakan Alif. Iwan tidak berniat menawar sarapan bersama pada Dian, pasti gadis itu tidak akan mau.
Suara bel bordering, tanda Sekretaris diminta masuk ke dalam ruangan Direktur, karena Iwan sedang sarapan dan Dian berpura-pura tidak mendengar dengan sangat terpaksa Alif masuk ke ruangan Sakti kembali.
Ampun, malam tadi udah main di rumah Pak Sakti sampe jam 9 malam, pagi tadi juga udah sarapan bareng. Sekarang masa ketemu lagi?
Alif melangkah gontai menuju ruangan Direktur, Iwan hanya memandangi sang gadis yang pernah ia suka dengan kecut. Tetapi tidak berapa lama, Alif keluar dan hanya memberitahukan bahwa Dian yang dipanggil Sakti ke dalam ruangan.
Dian gugup, ia menebak pasti ia dipanggil berkaitan dengan insiden satu minggu yang lalu.
***
"Ayo duduk Dian." Sakti tersenyum dan memerintahkan gadis itu duduk di depannya.
"Iya Pak.. " Dian makin gugup dan bingung, ia jarang melihat senyum Sakti sesumringah itu dan tertuju padanya serta laki-laki itu terlihat begitu senang.
"Langsung saja ya Dian.. saya mendengar apa yang terjadi antara Anda dan Alif ketika saya dirawat di rumah sakit.."
"Tapi Pak.." Dian memotong ucapan Sakti, gadis itu ingin membela dirinya karena takut Sakti mendengar omongan dari orang lain walau ia tahu omongan itu benar adanya yaitu ia yang menebar gosip tentang Alif dan membuat ia tidak bisa mengikuti perjalanan dinas ke Bandung.
"Dian, tolong dengarkan saya bicara!" Sakti berkata tajam dan membuat Dian diam seketika.
"Saya tidak ingin mempermasalahkan hal ini lebih lanjut, tapi..." Sakti berhenti dan menatap Dian tajam, "Anda harus tahu kalau Alif tidaklah yang seperti yang Anda kira. Alif adalah calon istri saya dan saya harap Anda tidak bicara hal-hal negatif mengenai Alif kembali."
Mata Dian membesar, gadis itu merasa seperti mendapat serangan jantung mendengar pernyataan Sakti. Ia tidak bisa mempercayai ini. Sakti memang sengaja mengatakannya pada Dian, agar ia tidak repot memberitahukan ke semua orang bahwa Alif adalah kekasihnya, calon istrinya. Tunggu saja, tidak sampai dalam hitungan jam begitu gadis itu keluar dari ruangan ini gosip akan menyebar dengan masif.
"Ba..baik Pak. " Dian terbata-bata, gadis itu ingin segera melarikan diri. Ia tidak menyangka gosip yang ia hembuskan menjadi kenyataan, dan kenyataan itu jauh lebih baik dan melukai hatinya.
"Saya hanya ingin berbicara mengenai hal ini saja." Sakti memberi tanda pada Dian bahwa kehadirannya tidak diperlukan lagi. Dengan cepat Dian menyambar kesempatan itu dan mohon diri pada sang direktur.
Tetapi sebelum Dian keluar dari ruangan itu, Sakti berujar kembali.
"Oh ya Dian, kalau Anda tidak merasa nyaman bekerja pada saya, saya bisa merekomendasikan Anda ke lantai lain."
Dian hanya menganggukkan kepalanya lemah, ia paham Sakti benar-benar tidak menyukai keberadaannya di sini lagi.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/36165334-288-k727590.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Bride
Romancekau tidak dapat mengatur hati untuk jatuh pada siapa.. PS. Semua part akan sy upload kembali secara bertahap... Happy reading!