Aku menatap pantulan tubuh seorang pria pada sebuah cermin di kamarku. Pria itu sangat sempurna. Rambut berwarna cokelat tua, mata berwarna hazel yang indah, serta dua buah lesung pipi yang sangat menarik.
Dan aku tidak percaya kalau pria itu adalah diriku sendiri. Mitchell Alexander Grassi. Diriku yang sekarang benar-benar berbeda dengan diriku yang dulu.
Aku bukan lagi seorang Mitch Grassi, penyanyi countertenor dari grup Akapela, Pentatonix, yang dulu dikenal oleh banyak orang. Aku telah berubah. Seluruhya. Baik fisik maupun mental.
Pertama-tama, aku bukan seorang homoseksual lagi. Kedua, aku merasa lebih jenius. Entah apa yang terjadi denganku.
Dua hari yang lalu, aku melakukan tes IQ dan sangat mengejutkan. Hasil tesnya mengatakan bahwa IQ-ku di atas seratus tujuh puluh!
Sangat jenius bukan? Itu artinya, aku telah mengalahkan Albert Einstein yang IQ-nya di atas seratus enam puluh.
Sepertinya semua ini hasil dari reinkarnasiku. Ya, seminggu yang lalu aku telah direinkarnasi. Aku hidup kembali setelah empat puluh tahun lamanya aku meninggal dunia akibat suatu kecelakaan di atas panggung saat konser bersama grup Akapelaku, Pentatonix.
Tak kusangka sekarang sudah tahun 2056. Dan yang membuatku lebih kaget, bumi telah berubah. Bukan lagi bumi yang terakhir kulihat empat puluh tahun yang lalu.
Tidak ada lagi tumbuhan, hewan, bahkan air sekalipun! Semuanya kering. Tidak ada lagi lautan lepas.
Hanya ada permukaan kerak bumi yang sangat rapuh. Sehingga, tidak mungkin untuk dibangun sebuah rumah di sana.
Sekarang aku tinggal di sebuah kota melayang bernama The Earthenians City. Bisa dikatakan, kota tempat tinggalku saat ini lebih mirip pesawat luar angkasa daripada sebuah kota.
Kota ini benar-benar tertutup. Dilindungi dengan besi berlapis-lapis agar melindungi kami dari sinar ultraviolet yang terpancar dengan bebas karena lapisan ozon yang sudah rusak.
Kalian pasti bertanya-tanya, apa yang kami makan saat tumbuhan dan hewan tidak dapat hidup? Kami hanya dapat makan bubur yang rasanya luar biasa hambar dan sangat mudah dicerna. Sudah tidak ada lagi bakteri, jadi yah... begitulah.
Kukira sudah cukup aku bercerita tentang diriku. Aku harus bergegas. Aku tidak mau terlambat masuk kerja. Yah, aku bekerja di satu-satunya perusahaan pembangkit tenaga listrik di kota ini. Mereka menyebutnya TEP – The Earthenians Powerhouse.
Sebuah perusahaan yang sangat unik. Tenaga listriknya berasal dari suara kami. Faktanya, semua orang yang tinggal di The Earthenian City adalah penyanyi kelas dunia semua.
Yah, seperti Sia, the Queen B – Beyoncé, Celine Dion, Josh Groban, dan sebagainya. Tentu saja mereka memiliki suara yang bagus.
Apalagi sebagian dari mereka memiliki vocal range yang cukup tinggi seperti Celine Dion dan aku sendiri. Aku sudah memberi tahu kalian sebelumnya kan? Aku seorang penyanyi countertenor.
Dan justru, penyanyi yang memiliki suara lebih tinggi itu mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Karena semakin tinggi suara seseorang, semakin banyak tenaga listrik yang dihasilkan.
Kukancingkan kancing kemeja putihku, lalu kukenakan skinny jeans berwarna hitam serta sepatu sneakers berwarna putih. Tak lupa pakaian kerjaku, sebuah jaket berwarna navy blue dengan tulisan TEP pada bagian dada kiri.
Setelah itu, aku meminum segelas air putih khusus yang diminum sebelum bernyanyi. Oke, semuanya beres. Kulangkahkan kakiku meninggalkan kamarku, menuju tempat kerjaku. Baiklah, aku sudah siap.[]
Glossary:
Vocal range -- jangkauan nada yang dapat dinyanyikan oleh seorang penyanyi.
Countertenor -- jenis suara laki-laki yang memiliki jangkauan nada lebih tinggi daripada tenor.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Earthenians
FanfictionHIT #5 ON SCI-FI -- 08 OCT 15. [PENTATONIX FANFICTION] Tidak ada lagi benua ataupun samudra yang tersisa di bumi kita ini. Hanya ada permukaan kerak bumi yang kering, retak-retak, dan sangat rapuh. Tidak ada lagi tumbuhan dan hewan yang dapat hidup...