"Apa yang terjadi, babe?" tanya Scott, ketika ia melihatku menghampirinya di meja makan dengan sepiring bubur di kedua tanganku.
Aku pun duduk di sebelah Scott dan mulai menyantap makan siangku. "Tidak apa-apa. Bukan hal yang penting," kataku disela-sela makan siangku.
"Kau yakin?" tanyanya untuk memastikan. Aku mengangguk pelan sambil menelan sesendok bubur yang tidak memiliki rasa sama sekali. Ingin sekali kumuntahkan bubur itu. Sayang sekali aku tidak makan makanan yang enak sebelum dunia hancur.
"Dia sepertinya tidak suka denganmu." Aku menatapnya dengan alis tertaut.
"Siapa?"
"Alejandro. Apakah sebelumnya kau ada masalah dengan Alejandro?"
Aku mendengus. "Lupakan tentang Alejandro. Dia agak sentimental denganku. Mungkin ia masih kesal dengan kejadian tempo hari. Saat aku tidak menuruti perintahnya. Masa bodoh dengannya."
"Dari dulu kau memang nekat ya..." Scott mengacak-acak rambutku dengan gemas.
"Scott! Rambutku jadi berantakan nih!" protesku sambil membenahi rambutku yang berantakan gara-gara Scott. Aku menatapnya dengan kesal. Ia hanya terkekeh geli.
Lalu, ia melanjutkan makan siangnya. Begitu juga denganku. Tiba-tiba, pandanganku tertuju sosok Alejandro yang mengawasiku dari jauh. Matanya memancarkan kebencian kepadaku.
***
Hari sudah larut, aku kembali ke kamarku setelah mengantar Mitch ke kamarnya.
Saat aku berjalan di lorong menuju kamarku, aku bertemu dengan Alejandro. Aku hanya tersenyum ketika berpapasan dengannya. Tiba-tiba,
"Scott!"
Aku membalikkan badanku dan melihat Alejandro berjalan mendekatiku. "Hey, gorgeous." Ia mengedipkan sebelah matanya. "Oh, hey. Ada apa?" Tak kusangka...
Ia. Mencium. Bibirku.
Aku menutup bibirku dengan kedua tanganku. Oh, tidak. Seharusnya aku tidak berhenti ketika ia memanggilku jika aku tahu kalau ia akan menciumku. Kalau Mitch tahu... aku akan dibantai olehnya.
"Alejandro! What the hell were you doing?"
"Oh, ayolah, Tampan. Santai saja..." Ia tersenyum nakal.
"Aku sudah punya kekasih! Kau, kau seharusnya tidak melakukan itu!"
"Kekasih? Oh, Grassi?" Ia tertawa keras. "Kau masih mencintai penipu itu?"
Aku menyipitkan mataku. "Penipu? Tolong jangan asal bicara, Alejandro." Senyumannya langsung hilang. Wajahnya menjadi serius.
"Aku serius, Hoying. Dia seorang penipu. Dia tidak mencintaimu dengan tulus. Ia terpaksa menerimamu. Bahkan, ia memberikanmu kepadaku."
Senyuman genit kembali terukir di bibirnya. Saat ia mulai mendekatkan wajahnya lagi, aku langsung refleks menamparnya.
Alejandro langsung mengerang kesakitan. Ada bekas bentuk tangan pada pipinya. "Maaf, maafkan aku." Aku langsung berlari meninggalkannya menuju kamarku.
Tanpa kusadari, air mata mulai mengalir dari mataku. Apakah yang dikatakan Alejandro benar? Apakah Mitch menerimaku karena... terpaksa?
Ia kembali teringat kejadian sebelum kematian Mitch. Pemuda itu memutuskannya. Alasannya karena ia bukan seorang homoseksual lagi. Kenapa ia begitu tega denganku?
Alejandro benar. Dia seorang penipu.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Earthenians
FanfictionHIT #5 ON SCI-FI -- 08 OCT 15. [PENTATONIX FANFICTION] Tidak ada lagi benua ataupun samudra yang tersisa di bumi kita ini. Hanya ada permukaan kerak bumi yang kering, retak-retak, dan sangat rapuh. Tidak ada lagi tumbuhan dan hewan yang dapat hidup...