Seminggu yang lalu...
Sayup-sayup aku mendengar beberapa orang berbicara. "Mungkin, ia akan sadar sebentar lagi," kata salah satu dari mereka.
Kucoba untuk membuka mataku perlahan. Tetapi, sangat susah. Kelopak mataku seperti dilekatkan dengan lem yang sangat lengket.
"Engh." Kucoba menggerakkan anggota tubuhku dengan sekuat tenaga. Dan berhasil. Aku dapat menggerakan jemariku perlahan.
"Ah, dia sudah sadar!" pekik salah satu dari orang-orang yang tadi berbicara. "Tuan, Anda mau beri ia nama tengah apa?"
"Alexander. Mitchell Alexander Grassi."
Tunggu. Sepertinya aku kenal dengan suara itu. Karena penasaran, aku kembali berusaha untuk membuka kedua kelopak mataku. Dan sinar yang sangat menyilaukan menyeruak masuk ke dalam mataku.
Mataku berusaha untuk beradaptasi dengan cahaya yang sangat terang itu. Aku melihat beberapa sosok orang yang terlihat samar-samar. Selang beberapa waktu kemudian, semuanya menjadi jelas.
Aku melihat ke sekeliling. Sepertinya, aku mengenali orang-orang ini. Aku berusaha untuk mengingat-ingat, tetapi sayangnya kepalaku malah pening. Ada apa sih denganku ini?
Bibirku terasa kering dan tenggorokanku serasa terbakar. Aku perlu air. Air dengan jumlah yang sangat banyak. "Water, please."
Tak lama kemudian, salah satu dari mereka menyodorkan segelas air kepadaku. Ia membantuku untuk bangkit duduk dan meminum air itu. Ah, sangat segar!
"Thank you." Mereka mengangguk. "Saya ada dimana?" tanyaku. "Terus... bagaimana saya bisa hidup kembali? Dan sekarang tahun berapa?"
"Anda ada di The Earthenians Laboratory, Sir. Sekarang tahun 2056 dan Anda baru saja direinkarnasi," terang salah satu dari mereka yang berambut pirang.
Aku hanya bisa membulatkan mataku dan mulutku menganga lebar. Tahun 2056? Reinkarnasi? "Bagaimana saya bisa direinkarnasi?"
Pria berambut pirang tadi berjalan mendekatiku sambil tersenyum lebar. "Saya akan jelaskan itu nanti, Mr. Grassi. Nama saya Alejandro Kirk. Saya akan membawa Anda berkeliling The Earthenians City dan menjelaskan semuanya secara detail kepada Anda."
The Earthenians City? Kota macam apa itu? Namanya sungguh aneh. Tetapi, karena penasaran, aku mengangguk dan bangkit berdiri.
Awalnya aku tidak dapat berdiri dengan seimbang. Entah kenapa, kakiku terasa lemas semua. Atas bantuan Alejandro, aku dapat berdiri dan berjalan seperti biasa.
Ia membawaku berjalan keliling The Earthenians City. Oke, ini lebih mirip pesawat luar angkasa dibandingkan dengan sebuah kota.
"Baiklah. Pertama-tama, saya akan menjelaskan tujuan kami untuk mereinkarnasi Anda. Bumi kita yang lama sudah hancur, dan tentu saja orang-orang yang selamat berusaha untuk hidup.
Seorang ilmuwan membuat kota ini. Kami menyebutnya kota melayang karena kami tidak bisa membangun tempat tinggal di atas tanah."
"Mengapa?" tanyaku bingung. Alejandro hanya menunjuk sebuah jendela yang terletak tak jauh dariku saat ini. Aku pun berjalan mendekati jendela itu dan melihat ke luar.
Aku tersentak kaget ketika melihat pemandangan yang tersaji di depanku saat ini. Udara di luar berwarna keruh, dan di bawah... tidak ada lautan.
Jangankan lautan, setetes air saja tidak ada. Hanya ada tanah yang kering dan retak-retak. Aku bergidik ngeri melihat keadaan bumiku sekarang.
"Astaga. Apa yang terjadi?"
"Lapisan ozon telah rusak parah sehingga sinar ultraviolet langsung masuk ke dalam bumi. Oleh karena itu, semuanya hancur. Tidak ada hewan, tumbuhan, benua, ataupun lautan."
"Lalu, bagaimana kalian bisa bertahan hidup di sini tanpa makanan dan minuman?" tanyaku. "Yah, kami hanya bisa mengandalkan teknologi super canggih yang kami ciptakan." Alejandro tertunduk lesu.
"Lalu... ada hubungan apa denganku? Kenapa aku direinkarnasi?" Aku menatap mata kelabunya lekat-lekat. Masa orang yang sudah beristirahat dengan tenang dibangkitkan kembali? Itu tidak sopan namanya!
"Anda seorang penyanyi, Mr. Grassi. Apalagi Anda seorang penyanyi countertenor. Suara Anda benar-benar dibutuhkan oleh kami." Aku menaikkan alisku sebelah. "Maksudnya?"
"Mr. Grassi, Anda tahu kan teknologi membutuhkan energi listrik? Nah, karena tidak ada lagi listrik di bumi, kami berusaha untuk menciptakannya kembali.
"Suara manusia menjadi sumbernya. Semakin tinggi suara seseorang, semakin banyak energi listrik yang dihasilkan."
Aku menggangguk paham. "Dan satu pertanyaan lagi. Bagaimana kalian mereinkarnasiku? Setahuku, hanya Tuhan yang dapat melakukannya."
Alejandro menghela napas.
"Kami tahu, reinkarnasi dengan cara kami sendiri sama saja dengan menentang Tuhan. Tetapi, mau apa lagi? Kami sangat terpaksa melakukannya.
Setelah Anda meninggal dunia, kami meminta sebuah sel dari tubuh Anda yang mungkin sudah tidak berfungsi lagi.
Kami mengembangkannya hingga bertahun-tahun, dan... sekarang Anda berdiri di sini. Oh ya, nama baru Anda adalah Mitchell Alexander Grassi. Kami harus merubah nama tengah Anda untuk mendaftarkan diri Anda ke dalam server data kami."
"Baiklah. Aku mengerti—"
"Grassi, kami mempekerjakanmu untuk bernyanyi. Bukan melamun!" tegur Alejandro. Aku pun membuyarkan lamunanku dan kembali ke dunia nyata.
Saat ini, aku sedang berada di tempat kerjaku dan di depanku ada sebuah mikrofon khusus yang digunakan untuk kami, para penyanyi, dalam usaha menghasilkan listrik. Ayolah, Mitch! Fokus, fokus, fokus!
"Maaf, Alejandro. Aku akan berusaha untuk fokus."[]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Earthenians
Fiksi PenggemarHIT #5 ON SCI-FI -- 08 OCT 15. [PENTATONIX FANFICTION] Tidak ada lagi benua ataupun samudra yang tersisa di bumi kita ini. Hanya ada permukaan kerak bumi yang kering, retak-retak, dan sangat rapuh. Tidak ada lagi tumbuhan dan hewan yang dapat hidup...