12: Another Problem

2.1K 212 4
                                    

"Guys, ini Scott Nathaniel Hoying, rekan kerja baru kita."

Alejandro berdiri di sebelah Scott dan memperkenalkan sahabatku —sekaligus kekasihku— itu di depan rekan kerjaku yang lain.

Scott tersenyum dan melambaikan tangannya. "Senang bertemu dengan kalian semua." Lalu, Alejandro berbicara kepadanya sebentar. Kudapati ia curi-curi pandang pada bibir Scott.

Ah, masa bodoh. Aku tidak peduli. Cemburu?  Ngapain juga cemburu? Toh, aku juga sudah tidak suka dengannya.

Kuingatkan sekali lagi, aku menerimanya kembali menjadi pacar bukan karena aku mencintainya. Aku hanya kasihan dengannya. Garis bawahi itu.

Tak lama kemudian, Scott menghampiriku. "Hey, babe." Sebuah kecupan mendarat di bibirku. Ewh. Tiba-tiba, aku merasakan tangannya melingkar di pinggangku dan menarikku mendekat.

"Scott, ini tempat kerja. Bukan tempat kencan," kataku memperingatkan. Aku agak kesal dengan perilakunya. Ia terkekeh pelan dan mengecup dahiku.

"Sorry, Sir."

***


Bel tanda makan siang berdering. Aku dan para penyanyi lainnya bersorak gembira. Akhirnya, bisa makan dan istirahat juga.

Tiba-tiba, Alejandro menghampiriku dengan muka kesal. "Grassi, we need to talk." Aku menatap Scott, lalu menatap Alejandro kembali. "Just both of us, please."

Aku mengangguk dan berbalik. "Scott, kau pergi ke ruang makan dulu. Nanti aku menyusul." Scott mengangguk. Sebuah kecupan kembali mendarat di bibirku.

Pipiku langsung bersemu merah. Bukan. Bukan karena tersipu. Tapi karena malu! Dia telah menciumku di depan Alejandro. Oh, tidak. Dia benar-benar tak tahu malu.

"See you." Ia mengedipkan sebelah matanya. Setelah itu, ia melangkahkan kakinya meninggalkan ruang kerja. Aku kembali membalikkan badanku, sehingga aku berhadapan dengan Alejandro.

Oke, aku masih punya urusan dengan Alejandro.

"Ada apa?" Aku bersedekap dan menatapnya lekat-lekat. "Kau... kau pacaran dengan Scott?" Ia menatapku tidak percaya.

Aku hanya mengangguk malas.

"Kau menyukainya kan?" tebakku. Ia langsung salah tingkah. Aku mendengus kesal. Oh, ternyata dia menyukai sahabatku.

"Aku minta kau menjahuinya."

Aku membelalakkan mataku. "Apa? Apa maksudmu? Menjauhinya? Dia itu sahabatku! Kau tidak boleh seenaknya."

"Toh, sebenarnya aku juga tidak menyukainya lagi. Aku terpaksa menerimanya. Kalau kau mau memilikinya, silahkan ambil. Aku tidak peduli," kataku. Ia tertawa puas.

"Okay. I keep my eyes on you, Grassi."[]

The EartheniansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang