Aku menggenggam tangan Gabriela dengan erat saat kami sedang berjalan menuju ruang utama untuk pertemuan mendadak.
"Ada apa ya kira-kira?" tanya Gabriela.
"Entahlah. Sepertinya cukup serius," jelasku.
Selang beberapa waktu, kami berdua pun akhirnya sampai di ruang utama. Sepertinya semua penyanyi sudah berada di ruangan tersebut.
Kami segera menghampiri Scott yang berdiri paling depan.
"Hey," sapaku. Ia terlonjak kaget dan segera memutar tubuh jantungnya.
"Eh, Mitch dan..." Mata birunya membulat sempurna. "Wait? Kalian berdua...?"
Gabriela mengangguk dan tersenyum lebar sampai-sampai lesung pipinya terlihat.
Sedangkan aku hanya berdiri mematung, takut Scott memarahiku. Tetapi...
"Oh my! Benarkah? Wah, semogga langgeng ya!" Ia menyalami kami satu persatu.
Eh, Scott tidak marah?
"Kau tidak marah?" tanyaku. Tawanya meledak.
"Untuk apa aku marah? Yang terpenting adikku bahagia." Ia tersenyum tulus.
Aku langsung memeluknya dengan erat. "Kau sahabat terbaikku," bisiknya.
"Oh ya, ada apa sih sebenarnya ini?" tanya Gabriela setelah kami menyudahi aksi damai kami.
"Entahlah. Tadi ada pengumuman mendadak. Ada yang mau dibicarakan oleh Avi."
Kami pun berbincang-bincang sampai Avi muncul dengan beberapa pekerjanya.
"Terima kasih sudah mau datang, teman-temanku yang terkasih."
"Aku memiliki kabar untuk kalian. Kabar baik tentunya." Senyumnya langsung mengembang.
"Selama ini kami telah memproduksi sebuah alat untuk memperbaiki lapisan ozon sehingga kami bisa menanam pohon kembali."
Semua orang yang ada di ruangan itu bersorak kegirangan.
"Kapan alat itu diluncurkan?" Sia pun angkat bicara.
"Kami usahakan siang ini."
Suasana pun semakin ricuh. Beberapa dari mereka menangis haru, akhirnya mereka dapat hidup dengan bebas.
Tak terkecuali Avi, Scott, Mitch, dan Avi.
***
Siang itu semua orang berkumpul untuk menyaksikan peluncuran alat yang berfungsi untuk memperbaiki sekaligus memperbaharui lapizan ozon, sehingga sinar UV dapat ditangkal."My Earthenians fellas, kalian sudah siap untuk hidup bebas tanpa ancaman dari sinar UV?"
Kami bersorak gembira. Setelah itu, Avi berbicara kepada salah satu pekerjanya.
Pekerja itu mengangguk dan pergi ke ruang kontrol. Kami melihatnya menekan beberapa tombol, lalu...
Nguingggg.
Alat itu berhasil diluncurkan. Avi tersenyum lebar, bangga pada Ayahnya.
Jika tidak ada Ayahnya, mungkin saat ini populasi manusia benar-benar punah.
"Dad, we did it," gumam Avi.
Air mata haru menggenang di pelupuk matanya. Dengan sekali kedip, air mata itu lansung meluncur begitu saja.
Tiba-tiba...
Nguing. Nguing.
Lampu berwarna merah tiba-tiba berkedip-kedip. Kami mulai panik.
"Ada apa?" tanya Avi, senyumannya langsung lenyap.
"Tali peluncurnya tersangkut, Sir!"[]
Oke, sekitar dua atau tiga chapter lagi, The Earthenians bakalan kelar. Wow. Cerita terpanjang yang pernah kubuat. Makasih ya buat dukungannya! God bless
Love,
Silvertongue.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Earthenians
FanfictionHIT #5 ON SCI-FI -- 08 OCT 15. [PENTATONIX FANFICTION] Tidak ada lagi benua ataupun samudra yang tersisa di bumi kita ini. Hanya ada permukaan kerak bumi yang kering, retak-retak, dan sangat rapuh. Tidak ada lagi tumbuhan dan hewan yang dapat hidup...