Aku berjalan tergesa-gesa menuju laboratorium utama. Salah satu pekerjaku yang menggangguku acara ramah tamahku dengan teman lamaku berjalan di belakangku, berusaha untuk menyamakan langkah kami.
"Ada apa?" tanyaku dengan panik.
"Energi listrik menurun drastis. Entah kenapa," jelasnya.
Aku langsung panik. Jika tidak ada energi listrik, sama saja kehidupan di sini akan berakhir. Aku langsung teringat dengan kejadian pada hari itu. Hari dimana Ayahku meninggalkanku untuk selamanya...
"Avi, Daddy mau bicara denganmu," kata Esther dengan suara parau. Matanya bengkak, mendandakan bahwa ia baru saja menangis.
"Ada apa?"
"Aku tidak tahu. Masuklah saja."
Aku mengangguk dan masuk ke dalam kamar rawat Ayahku. Kuputar pintu kenop ruangan itu dan kulangkahkan kakiku ke dalam.
"Dad? Kau mau bicara denganku?"
Pria paruh baya yang terbaring lemas di atas tempat tidur itu mengangguk pelan. Aku menghampirinya dan duduk di atas sebuah kursi plastik yang terletak di samping tempat tidurnya.
"Ada apa, Dad?"
"Daddy rasa, umur Daddy tidak akan lama lagi."
Aku menghela napas panjang. "Dad, tolong jangan bicara seperti itu. Aku dan Esther masih membutuhkanmu."
"Tidak, Avriel. Kau harus mandiri. Masa mau diurus sama Daddy terus?" Beliau mengalihkan pandangannya dariku.
"Daddy ada satu permintaan. Bisakah kamu melakukannya untuk Daddy?"
"Tentu saja, Dad. Apa itu?"
"Tolong selamatkan bumi kita." Aku tersentak kaget. "Apa maksudnya?"
"Bumi kita akan hancur tak lama lagi, Avriel. Daddy telah memprediksikan tentang hal itu sebelumnya. Kau harus menyelamatkan orang-orang dengan kualitas yang sangat tinggi.
"Daddy sudah membuat sebuah kota melayang dengan teknologi canggih untuk kalian yang dapat bertahan hidup—"
"Kenapa Daddy tidak memberitahukan ini kepada Esther saja? Dia kan anak tertua" potongku. Bagaimana bisa Ayahku menyebunyikan hal ini dari kakak perempuanku?
"Dia tidak cukup kuat untuk itu. Daddy takut dia shock. Biarkan ia menemani Daddy pulang ke rumah. Maaf Avi, tetapi ia menderita kanker usus stadium akhir. Umurnya tak lama lagi."
Aku langsung shock dan air mata mulai mengalir dari ujung mataku. "Kenapa kalian merahasiakannya dariku?"
"Maafkan Daddy, Avi. Yang terpenting saat ini, kau harus menyelamatkan penyanyi-penyanyi kelas dunia."
"Untuk apa?"
"Suara mereka menjadi sumber tenaga listrik kota itu. Semakin tinggi suaranya, semakin banyak energi yang dihasilkan. Kau juga harus menyelamatkan temanmu yang bernama Mitch itu. Suaranya sangat tinggi. Ia pasti sangat berguna."
Aku mengangguk. "Bagaimana caranya?" tanyaku.
"Beberapa dari mereka yang masih hidup, akan dimasukkan ke dalam kapsul hibernasi. Sedangkan yang sudah meninggal, ambil selnya dan simpan selnya.
Aku mendengarkan dengan cermat apa yang Ayahku katakan. Bagaimana cara mengambil sel dari tubuh seseorang yang sudah meninggal, lalu dikembangkan dan dibentuk menjadi manusia kembali.
"Dan kau hanya punya waktu sekitar tiga sampai empat tahun untuk melakukan semuanya. Beritahukan kepada mereka tentang apa yang terjadi.
Buat mereka percaya dan melakukan apa yang kau perintahkan. Kau tidak perlu banyak orang. Hanya beberapa orang dengan kualitas tinggi."
Aku mengangguk paham. Lalu, Ayahku kembali berbicara, "Kau juga harus masuk ke dalam kapsul hibernasi, Avi. Kota melayangmu akan bekerja secara otomatis ketika ia mendeteksi kalau bumi sudah hancur. Tolong selamatkan mereka."
Dan saat itu juga beliau menghembuskan napas beliau yang terakhir.
Jika kota ini hancur, itu sama saja dengan mengabaikan amanat Ayahku sebelum kepergiannya. Oh, Tuhan, aku harus bagaimana?
Setelah tiba di laboratorium utama, aku segera berlari menuju powerhouse. Aku langsung membeku di tempat ketika melihat electric meter pusat sedang berada di posisi empat puluh persen.
"Bagaimana ini bisa terjadi?"
NGUENG.
Aku langsung jatuh tersungkur ketika The Earthenians City jatuh bebas ke bawah secara tiba-tiba. Para pekerjaku berteriak histeris. Aku hanya bisa memejamkan mataku, berpasrah dengan apa yang terjadi.
Tak lama kemudian, aku merasakan The Earthenians City kembali stabil. Kontan saja aku terkejut ketika mendapati electric meter pusat kembali menunjukkan angka...
Seratus persen.[]
Maaf kalau chapter ini rada gak nyambung. Harap maklum :)
Don't forget to gimme stars and leave comments below.
Love,
Silvertongue.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Earthenians
FanfictionHIT #5 ON SCI-FI -- 08 OCT 15. [PENTATONIX FANFICTION] Tidak ada lagi benua ataupun samudra yang tersisa di bumi kita ini. Hanya ada permukaan kerak bumi yang kering, retak-retak, dan sangat rapuh. Tidak ada lagi tumbuhan dan hewan yang dapat hidup...