A/N: This one-shot is dedicated to Balqis Khansa Nabila for the great main idea, and YOU, who are blessed - highly favored - and deeply loved than the million who can't survive this week.
[Challenge: write a story where the main character is being friendzoned by Zayn Malik.]
ENJOY!
***
Menurut zodiak minggu ini, Taurus akan menghadapi hari-hari tersulit dalam hidupnya. Tapi, kabar baik! Seseorang yang spesial akan hadir mengisi hari-harinya yang sulit itu dan memberikan perhatian yang melimpah, mendukungnya dengan segala cara yang ada hingga kata 'sulit' bahkan dapat terhapus dari dalam kamusnya.
*
"Maniak horoskop, kau dipanggil Zayn tuh."
Aku mengalihkan pandanganku dari ponsel dalam genggamanku, ke arah pintu kelas yang terbuka lebar—memperlihatkan sesosok lelaki bertubuh jangkung yang sedang menatap ke arahku tidak sabar, meski senyum terpampang jelas di wajah tampannya.
Aku pun bangkit dari kursiku dan berjalan melewati Niall Horan, lelaki sialan pecinta game online dan juga yang selalu menjadi teman sekelasku sejak bangku sekolah dasar. Laki-laki berambut pirang itu sempat membisikkan sesuatu di telingaku, "Don't be too obvious in showing your feelings."
Tadinya, aku berencana untuk menginjak kakinya terlebih dahulu tapi karena aku tidak mau membuat Zayn menunggu lebih lama lagi, aku pun berpura-pura tidak melihatnya dan langsung berlari kecil ke arah Zayn dan naik ke punggungnya lalu memeluk lehernya erat-erat.
"Mana oleh-oleh untukku?" tanyaku dengan nada mendesak.
Zayn tertawa renyah, ia memisahkan kedua tanganku dari lehernya dan berbalik. "Oleh-oleh? Bagaimana kalau cerita saja?"
Aku mendesis. "Bolos dua minggu liburan ke Korea, dan kau hanya membawakanku ceritamu selama disana?"
Zayn menaikkan sebelah alisnya. "Lalu, kau maunya apa? Personil boyband Korea favoritmu itu? Yang main Ninja Assassin? Siapa namanya... Rain?"
"Iya, Rain, tapi dia bukan personil boyband Korea!" aku menjitak kepalanya keras sampai ia meringis. "Dia itu penyanyi juga aktor."
Zayn hanya mengedikkan bahunya tak peduli.
Aku melihat sekelilingku, banyak orang yang memandangi kami dengan tatapan tak suka. Oh, right. Aku sedang mengobrol dengan seorang pria lainnya yang menjadi idola di sekolah dengan catatan-catatan buruknya. Satu kata: pergi.
"Zayn, ayo kita ke kantin, aku tidak nyaman jika harus berbicara berdua denganmu disini." ujarku sambil menggenggam pergelangan tangannya dan menyeretnya pergi dari depan kelasku itu.
*
"Kau sedang mengerjakan apa, kerdil?"
Tanpa melihat pun, aku sudah tahu itu suara siapa. Aku memutar kedua bola mataku lalu memasang earphone ke kedua telingaku, untuk kesekian kalinya menghiraukan pengganggu itu. Aku sedang tidak mood untuk meladeninya.
"Hei, kau dengar tidak sih?" desaknya lagi sambil mengibas-ngibaskan tangan kirinya di depan wajahku dan menarik sebelah earphone yang sudah terpasang di telingaku.
Aku pun mendongak dan memicingkan mataku ke arahnya. "Namaku bukan 'maniak horoskop', 'kerdil' apalagi 'hei'! It's Nabila. Say it, Na-bi-la."
Niall menatapku aneh. Sedetik kemudian, ia tertawa keras sesekali memegangi perutnya dan memukul-mukul meja di dekatnya. Aku memutar kedua bola mataku, hanya Tuhan yang tahu mengapa dia sehiperaktif itu. Entah arena sense of humour-nya yang ketinggian atau terlalu rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'Éternité et Aprés
Short Story❝I love you, I adore you, I want you, I need you, I miss you, I hate you...❞ What do those words simply mean to you?