Harry Styles; "My Sweetest Cupcake"

16.9K 741 50
                                    

A/N: Buat warakanya Harry pokoknya milik bersama. Titik gapake koma.

ENJOY!

***

"Could you pass me the cookies?" pinta Niall sambil tertawa kecil.

Aku tersenyum dan menunggu Harry berteriak.

"Tidak boleh!" kata Harry dengan lantang. "They're mine obviously." Semua orang tertawa melihat tingkah Harry, termasuk aku. Dan laki-laki itu menatapku malu.

"Kau tahu," Zayn mulai membuka percakapan, aku menoleh ke kanan karena sadar kalau dia sedang berbicara padaku. "Dua tahun yang lalu, tepatnya hari ini, kita bertemu untuk pertama kalinya."

"Oh, ya?" Zayn mengangguk sambil tersenyum manis, membuat pipiku agak memanas.

"Dan dalam dua minggu, we are together for ONE year already!" kata Harry yang ikut nimbrung, tangannya melingkar di pinggangku dengan gaya posesifnya.

Aku cuma menahan senyum.

"Aww!" Louis bertepuk tangan kegirangan. "Congratulations for being such an adorable couple!"

Anak-anak yang lain menggumam setuju, tapi aku menangkap sorot kecewa saat mataku bertemu dengan mata Zayn. Bibirnya memang membentuk senyuman, tapi dipaksakan.

"Jadi, ayo naik ke atas, katanya mau main kembang api!" seru Louis sambil mengangkat-ngangkat plastik berisi kembang api yang sudah dia siapkan sendiri.

Harry memandangku lama. "Kalian duluan saja, nanti kami menyusul." katanya sembari tangannya merangkul pundakku dan menebar senyum satu juta dolarnya ke segala arah, tanda kalau mereka harus meninggalkan ruangan ini secepatnya.

Semuanya mulai berjalan ke arah tangga dan lagi-lagi aku melihat Zayn mengangkat bahunya pasrah sambil mencuri pandang ke arahku berkali-kali.

Kenapa dengannya?

"Aku punya sesuatu untukmu," ujar Harry memecah keheningan setelah hanya ada kami berdua di ruangan tengah dalam rumahnya itu.

Aku memiringkan kepalaku. "What is it?"

"Aku tahu ini terlalu cepat tapi," Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan selembar kertas berwarna merah muda. "Happy first anniversary, my sweetest cupcake." ucapnya sambil kemudian mencuri start untuk mengecup pipiku. Aku balas memukul lengannya keras.

Kedua alisku bertaut saat melihat tulisan tangan Harry di kertas itu. Aku pun membaca kata demi kata yang ada disana.  "Kupon dua permintaan untuk Nia?"

Harry mengangguk semangat. Senyumnya mengembang semakin lebar, memperlihatkan dua buah lesung pipi di wajah tampannya. "Kau boleh menggunakannya mulai detik ini."

"Serius?" aku tersenyum senang. Ini kesempatanku untuk mendapatkan bottom Harry. Karena dalam sejarah, dia tidak pernah mau di bawah. "Eh, tapi kenapa cuma dua?"

Harry menarik nafas dalam-dalam. "Karena dalam hubungan ini, cuma boleh ada kita berdua. Harry dan Nia. Tidak ada additional player lainnya."

Aku langsung tertawa terbahak-bahak. Additional player katanya?

"How sweet of you, Hazza."

Harry mendecih. "Sebutkan permintaan pertamamu."

Aku mencibir. "Memangnya kau sanggup melakukannya?"

Harry yang merasa harga dirinya dipertanyakan langsung sewot. "Kenapa tidak bisa?"

"Oke," aku mendengus. "Aku mau menggigit hidungmu."

Mata hijau Harry melebar kaget. "G-gigit katamu?!"

Aku tersenyum licik namun Harry tak kunjung menyetujui permintaanku. Aku pun pura-pura memasang tampang sedih. "Oh, begitu ya sekarang. Kalau kau tidak mau, aku sekarang akan naik ke atas dan menggigit hidung Zayn."

"EH, JANGAN!" pekik Harry. Tangannya berada di atas kedua pahaku, menahanku agar tidak bisa berdiri. "Ya... sudahlah."

Aku mengusap-usap telapak tanganku sambil membasahi bibirku. "This is going to be so much fun."

Harry cuma memutar matanya dengan wajah kusut.

Sekarang, wajahku tinggal berjarak beberapa sentimeter dengan wajahnya. Aku mencondongkan tubuhku sambil mencengkram kedua bahunya dan duduk di atas pangkuannya. "Siap berangkat, kapten?"

"Berangkat kema—"

Aku memotong perkataannya cepat lalu melumat bibir berwarna merah muda itu secara ganas, sesekali mengemut bibir bagian bawah laki-laki itu dan kembali mempermainkan lidahnya yang kenyal. Ketika aku membuka mataku lagi, you have to believe me that his expression was really priceless. Mungkin dia tak menyangka kalau aku malahan berbuat begitu. Dan sumpah, dia tak memberi perlawanan sama sekali. Setelah puas, aku pun melepaskan ciuman itu dan menunggu reaksinya.

Harry masih diam bergeming, mulutnya terbuka lebar. Sepertinya dia benar-benar tak percaya dengan apa yang baru aku lakukan.

"Harry?" panggilku mulai cemas. "Kau tidak apa-apa?"

"Did you hear that?" tanyanya tiba-tiba tanpa memandangku.

Aku menatapnya bingung. "Dengar apaan?"

"Was that canon fire?" tanyanya lagi, tambah membuatku semakin bingung.

"Apa?"

Harry kemudian menghela nafas lega. Ia tersenyum lebar. "Oh, sorry. It's just my heart pounding cause you just kissed me!"

Aku mengerutkan dahiku lalu menjitak kepalanya. "Sassy."

"Ouch, woman, that hurts!"

"Ya, ya, ya, keep talking."

"Gadis nakal, kau bohong padaku tadi!" Harry mencubit pipiku lalu menggendongku ala putri raja seperti di film-film. "Sebagai hukumannya, ayo ikut ke kamarku."

"Tapi kau yang di bawah, ya!" aku memeluk lehernya. "Ini permintaan keduaku!"

Harry menghentikan langkahnya dan spontan menatapku syok. Ekspresi yang sama... lagi.

L'Éternité et AprésTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang