A/N: Hai, namaku Beruang Pengakuan, katakan padaku semua rahasiamu!
ENJOY!
***
"Lo mau cerita apa di telepon kemaren?" Mia, sahabatku yang akan melakukan girls night bersamaku nanti malam, angkat suara sementara jemari lentiknya menari-nari menjamah keyboard. Ia masih hanyut dalam dunianya, menulis dan menulis. Sedangkan aku, yang tadinya sedang menonton acara Spongebob di Nickelodeon langsung menggantinya ke saluran TV lain favoritku, MTV.
Dan, pas sekali waktunya. Ada dia disana.
Siapa dia yang kumaksud?
Tentunya dia adalah Niall Horan. Iya, personil boyband One Direction itu. Yang terkenal itu. Yang menamai fans-nya dengan nama Crazy Mofos. Yang pernah digosipkan dengan Amy, Demi, dan nama-nama lain yang berakhiran -mi.
Ah, tidak, kok, aku cuma bercanda. Tapi serius.
"Eh, ada Niall, tuh," celetuk Mia.
Aku memutar bola mataku sendiri. Iya, gue tau.
Spontan, Mia menaruh laptop-nya di atas ranjangku lalu beringsut duduk di atas permadani bulu dan duduk di sampingku. Senyumnya mengembang dan semakin mengembang ketika Niall menyanyikan solo-nya di lagu Best Song Ever.
"She said never in your wildest dreaaams!" Mia merentangkan tangannya lebar-lebar dan terkikik geli sendiri. Aku cuma meringis.
"Oh, gue bisa nebak!" Mia menjentikkan jarinya. Matanya berkeling nakal. "Lo mau cerita soal Niall, yaaa?"
Aku melihat ke kanan dan ke kiri, memastikan kalau situasinya aman jika aku harus bicara dengan Mia sekarang juga. "Gue galau nih,"
"Nggak biasanya lo galau," Mia tertawa nyaring. "Galau kenapa sih?"
"Niall..."
"Kenapa doi?"
"Bukan doi, tapi gue," Aku mendesah. "Akhir-akhir ini gue ngerasa aneh gitu."
Mia mengerinyit, tatapan matanya menyelidik. "Aneh gimana?"
Aku menggeleng cepat dan meralat, "Ah, bukan... gue ngerasa dia yang aneh. Aneh dalam arti yang ngebingungin, Mi."
Mia tertawa lagi. "Oke, oke, lanjut."
"You know I know you know I'll remember you..."
Mataku menatap layar televisi yang kali itu sudah berganti dengan adegan Louis di solo-nya bersama belasan atau puluhan kertas yang berterbangan di udara yang masih aku tidak mengerti untuk apa tujuannya dan motivasinya. Ia terlihat bodoh, dan tampan pada saat yang bersamaan. Kalau ada Spongebob di sini, mungkin spons kuning lemon yang satu itu akan mengatakan, "Huaaaaa... lupakan motivasi! Kau harus bilang hai padaku!".
Sialan, sepertinya aku benar-benar kecanduan tayangan kartun tersebut.
Oke, kembali ke cerita.
"Minggu kemaren pas gue masih sibuk-sibuknya nyelesain tugas dosen, dia ngajak gue jalan gitu, nah kan berhubung tugas gue belom selesai jadinya gue tolak... eh, gue tawarin jalannya besoknya aja karena deadline tugasnya itu hari itu," aku mengambil nafas sebentar dan melanjutkan, "Terus dia ngambek gitu, banting pintu kamar gue dan pergi gitu aja."
"Ngode minta dikejer kali doi!" sela Mia di tengah-tengah tawanya. Tentu, ia memang sangat suka menertawakanku. Biar saja kantung tertawanya rusak.
Sialan Spongebob dan Stephen Hillenburg! Aku harus berhenti menontonnya sepertinya.
Aku menatap Mia risih dan berujar lagi, "Tapi satu jam kemudian, dia balik lagi, Mi! Sumpah gue kaget banget ngeliat dia tiba-tiba masuk ke kamar gue tanpa ketok pintu dulu. Mana gue lagi buka baju—"
KAMU SEDANG MEMBACA
L'Éternité et Aprés
Short Story❝I love you, I adore you, I want you, I need you, I miss you, I hate you...❞ What do those words simply mean to you?