Zayn Malik; "You Promised"

3.3K 155 29
                                    

A/N: Sebelumnya, gue buat ZOS juga yang judulnya You Cut Me Open dan dibuat dalam POV cewek yang ditinggal Zayn tunangan sama Perrie. Sekarang gue mau buat versi Zayn-nya sendiri, anggep aja two shots. Ini berdasarkan interpretasi lagu Dead In The Water-nya Ellie Goulding. Thanks xratuayusafx untuk challenge-nya!

ENJOY!

***

Ini bukan permohonan untuk bantuan, tetapi hanya sebuah perjalanan yang aku ingin bagikan untuk waktu yang cukup lama. Kata-kata tampaknya tidak pernah masuk akal, tapi kupikir aku hanya akan menulis sampai hatiku berhenti sakit, dan siapa tahu, mungkin aku akan mengerti segala sesuatu pada akhirnya. Coba saja kalau kalian tahan mendengarnya.

Aku masih ingat kapan tepatnya kebahagiaanku terenggut oleh lelaki itu. Udara terasa begitu kering, menyisakan hawa dingin di penghujung April. Siang hari dengan awan mendung, tetes air dari langit mulai jatuh perlahan secara konstan. Beberapa saat intesitas gerimis semakin meningkat. Tiap tetes air kecil berubah menjadi hujan lebat yang mengaburkan penglihatan. Angin berubah dingin, seakan menurunkan suhu lingkungan ke tingkat membekukan. Membuat tubuh menggigil kedinginan.

Harry mencintaimu teramat sangat. Siapa pula yang mampu berpaling dari pesonamu? Saat kau berjalan di altar bersama ayahmu, semua orang terdiam dan melihatmu. Mengagumi keindahanmu. Tinggal selangkah lagi dan Harry menyambutmu dengan senyum secerah Matahari Musim Panas. Dia akan menikahimu dan menjadikanmu bukan lagi milikku, kau miliknya. Pikiran itu menghujam jantungku.

If anyone objects to this marriage, let them speak now or forever hold their peace,” tanya sang pastur.

I object, pikirku. Namun aku justru mengunci mulutku rapat-rapat dan menelan ludah ke tenggorokanku yang kering. Kau terlihat bahagia, dan bagaimana mungkin aku bisa setega itu merebut kebahagiaanmu seperti yang lelaki itu buat padaku?

Tatapan mata kita sempat bertemu sejenak ketika kau dan Harry yang sudah berstatus sebagai suamimu, hendak meninggalkan gereja. Mata bulatmu seakan memohon padaku untuk melupakanmu dan cari kebahagiaan yang lain. Tapi kaulah kebahagiaanku! Aku melepasmu karena kau berhak untuk bahagia. Harry membuatmu bahagia dan aku tidak.

Aku mengerti mengapa sampai kiamatpun, aku tidak akan pernah bisa lagi memenangkan hatimu. Mungkin memang salahku. Sebab setahun yang lalu, semua terjadi begitu cepat. Aku bertunangan dengan Perrie tanpa bilang terlebih dahulu ke padamu atau pada kerabat-kerabatku kalau aku sudah mempunyai calon istri yang kuidam-idamkan sejak kecil. Kaulah gadis itu, bukan Perrie, bukan yang lain. Inginnya, aku memberi tahumu rahasiaku menerima perjodohan itu tapi saat kau melihatku bergandengan tangan bersama Perrie dengan kedua mata bulatmu yang membuatku tercekat, lidahku kelu. Karena untuk pertama kalinya, aku membuatmu menangis bahkan sebelum aku sempat menjelaskan semuanya.

Lalu esoknya, kau kembali normal seperti biasa. Seolah-olah kata cinta tidak pernah terucap di antara kita berdua. Kau tersenyum padaku, dan kupikir, itu akan memperbaiki segalanya. Tapi kau hanya menggeleng saat kucoba jelaskan perkaranya. Kau mengatakan bahwa kita tidak bisa lagi kembali seperti dulu, namun kau tetap bisa menjadi sahabatku. Aku cuma mengangguk sebagai respon.

Rasanya, aku ingin mencabut jantungku dan mengukir kata demi kata dengan kuku jariku supaya membuatmu sadar kalau ini belum berakhir. Apakah kau ingat kencan pertama kita? Aku menyiapkan candlelight dinner terburuk sepanjang masa, meski begitu hingga sekarang, tak ada yang bisa menghancurkan memori-memori tentangmu dalam hatiku. Malam itu setelah kita berdua mengutarakan perasaan kita masing-masing, kita tertawa mengenang belasan tahun yang kita lewati bersama dari kecil sampai waktu itu. Kemudian, kita sama-sama berjanji pada semesta kalau kita akan terus bersama, baik suka maupun duka. Semuanya terasa sempurna sebelum aku merusaknya.

I understood, a man like me would never get an angel like you.

Angin seperti megalunkan simfoni liar. Deras setiap tetes hujan yang terbawa angin terus menghantam keras permukaan kaca jendela mobil yang kukendarai, menciptakan suara konstan dan teratur yang memenuhi seisi mobil.

"Zayn, tolong aku! Ha-Harry t-tidak ada di sini dan... ugh, sakit... dan... God! Kurasa aku akan melahirkan!"

Aku memukul stir mobil dengan kesal dan memutuskan keluar dari mobil, menjauh dari kemacetan panjang yang menyiksa yang entah kapan berakhirnya untuk berlari padamu. Berlari. Satu kata bermakna banyak. Dulu, kau selalu berlari dariku dan aku selalu bisa menemukanmu di manapun. Kali itu, aku melakukan keduanya, aku berlari dan aku harus menemukanmu.

Tapi nganga luka di hatiku semakin lebar saat aku mendobrak pintu rumahmu dan aku menemukan dirimu di sana, terbujur kaku di tengah-tengah lautan darah berbau amis yang menggumpal banyak, tepat di depan perapian.

Apakah aku terlambat, pikirku. Kau tidak tahu betapa panik dan khawatirnya aku saat dokter keluar dari ruangan sialan itu. Aku bertanya pertanyaan yang sama berulang kali dan dokter itu hanya menggeleng lemah dengan wajah menyesal yang begitu kentara.

Satu kata. Object.

Satu kata yang benar-benar keparat, yang mungkin dapat mengubah hidupku dan menyelamatkan... yah, hidupmu.

*

"...And I would tell the truth

'cause I can hardly breathe..."

***

A/N: Jadi, pemikiran gue disini tentang lagu Dead In The Water itu, being abandoned/left behind in a relationship. A truly captivating song though! :-)

L'Éternité et AprésTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang