Narry Storan; "Shattered"

4.7K 189 62
                                    

A/N: Buat adindash, semoga kamu suka yaa! This one shot is rated PG-13 due to Niall's Irishness. Dan kalo kamu-kamu masih dibawah 13 tahun, bacanya sama mama dan papa aja, ya. #kemudiandigampar #gamparbalikdeh #endofstory

[Narry Storan: Niall Horan x Harry Styles - not really though, ini cuma kisah cinta segitiga dimana mereka termasuk salah duanya... tapi gak gitu juga sih. Oke, mending kalian langsung baca aja daripada ribet-ribet mikirin omongan gue-_-]

ENJOY!

***

Delapanpuluh tujuh hari yang lalu...

"Dinda, jangan membenciku."

Aku mengerutkan dahiku dan secara otomatis, berhenti mengupas wortel di tanganku. Harry, tiba-tiba datang menyelinap ke dalam rumahku dan sekarang dia bilang padaku untuk tidak membencinya?

"What's the matter, H?"

Harry mendesah. "Aku tidak bisa..."

Aku menyilangkan kedua tanganku di dada. "Tidak bisa apa? Tolong bicara yang jelas."

"Uh, kau tahu..." sela Harry.

Aku memutar mataku. "Aku tidak tahu, H. Seriously, what's going on?"

"Maaf kemarin aku langsung kabur saat kau—"

Oh, jadi ini tentang hal itu.

"—menyatakan perasaanmu padaku." kata Harry menyelesaikan kalimatnya dengan suara parau.

Aku meringis, dan tanpa sadar mengerinyit. "Jadi, apa jawabanmu...?"

Satu.

Dua.

Tiga.

Harry ikut-ikut mengerinyit. "Ada seseorang," katanya mulai terlihat ragu. Dia menatapku tepat di kedua bola mataku. "Yang a-aku... suka."

"Oke," kataku. Demi Tuhan, itu bukanlah kata yang harusnya keluar. Harusnya aku mengatakan hal lain, aku ingin sekali menamparnya, tapi aku tak mungkin menampar wajah orang yang kusukai. Aku marah? Sangat.

Dia berkata seperti itu seolah hatiku tidak akan remuk mendengarnya. Apa maksudnya? Dia ingin pamer... atau membuatku cemburu? Ha, Dinda! Berhenti memikirkan yang tidak-tidak. Untuk apa dia membuatmu cemburu?

Kebagusan.

Harry itu sahabatku sejak... oke, aku bahkan tidak yakin sejak kapan. Sejak kami bayi? Kami tak terpisahkan dari dulu, kami selalu berdua. Pertemanan ini sudah berlangsung selama lebih dari lima belas tahun.

And telling you the truth, I’ve been in love with him for at least ten of those.

Dia tidak tahu, tentu saja. Sampai kemarin. Hari dimana aku mempertaruhkan segalanya. Mungkin dia akan menjauhiku setelah mendengarnya, atau dia akan tetap menganggapku sebagai sahabatnya. Aku tahu, perasaannya padaku tidak sama dengan perasaanku padanya. Aku mencintainya, dan dia tidak.

Aku sudah mengantisipasi hal ini sebelumnya. Kalau dia menolakku, aku akan balik badan dan pulang ke rumahku—seperti yang dia lakukan kemarin padaku dan membuatku terlihat bodoh—dengan langkah seribu lalu mengunci kamarku dan menangis sejadi-jadinya. Cintaku selama sepuluh tahun ini... oh, bukan. Cinta pertamaku selama sepuluh tahun ini... pupus sudah.

Tapi sekarang aku sedang berada di rumahku dan aku tidak punya alibi apa pun untuk menghindar darinya. Namun anehnya, aku tidak ingin menangis. Ya, tentu hatiku hancur, tapi aku cukup tertarik dengan pengakuannya.

L'Éternité et AprésTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang