-DINDA POV-
Ingatkan aku untuk pergi ke dokter hari ini... karna kurasa tubuhku terserang demam, meriang, jantung berdebar kencang, dan kurasa sebentar lagi aku akan pingsan.
Oh, dan ingatkan aku juga untuk membunuh si bos nazarese super nyebelin yang seenakjidatnya nyium aku di butik tanpa permisi sampai-sampai kepergok sama yang punya butik.
Aaaarrrggggggg!!! Nazar gilaaaaa!!!!! Dinda malu mamaaaaaa!! Mau ditaro dimana ni muka kalo ketemu si tante pemilik butik itu lagi. Hik, dan yang lebih parahnya... aku malah menikmati dan tidak menolak saat dia menciumku. Fix ini sih... aku sudah ketularan gilanya.
Sekali lagi aku tegaskan... tu cowok beneran udah gak waras kayaknya, dan sialnya... aku terjebak dalam hubungan gak jelas dengan si cowok gak waras itu. Ugh.
"Ngedumelin apaan sih dari tadi??! Fasih banget kayaknya tuh mulut komat-kamitnya. Kayak ngegoda gitu, minta dicium lagi!! " godaan nazar malah membuat kepalaku jadi memanas. Tu orang emang gak punya malu ya... bisa-bisanya bahas masalah ciuman itu didepan orang. Yaa... walaupun aku gak yakin orang-orang denger karna nazar bicaranya berbisik tepat ditelingaku, tapi tetep aja kan... maluuuuuuu.
"Sekali lagi loe bahas masalah itu, gue tonjok loe!! " ancamku sambil menunjukkan kepalan tanganku padanya, tapi dia dengan wajah polosnya malah bilang...
"Emang aku bahas apaan?! "
Sumpah ya, bikin dongkol tau gak!! Kok bisa sih, ada orang senyebelin gini hidup didunia ini?!!
Huuffhhh... sabar dinda.... sabar. Ini ditempat umum, dan kamu gak maukan kalau diseret satpam gara-gara nonjokin si nazarese ini!!
"Ini mbak, mas... cincin pesanannya!! " seorang wanita dengan senyum lima jarinya menyerahkan sebuah kotak beludru berisikan dua buah cincin emas putih yang nampak mahal dan elegant kepada kami, atau lebih tepatnya kepada nazar.
"Terima kasih!! " Nazar sambil mengambil kotak beludru berisi cincin itu dari sang pelayan toko perhiasan itu.
Yah, kami sekarang ada di sebuah toko perhiasan yang cukup terkenal.di pusat moll terbesar di Jakarta ini. Kurasa tidak perlu ditanya lagi alasan nazar mengajakku kesini, karna sudah jelas alasannya adalah untuk memesan cincin pernikahan kami. Entah kapan ia memesannya, tapi cincin indah berukiran classic itu sudah ada ditangan nazar sekarang. Sudah kubilang kalau dia gila.
"Coba nih, pas nggak!! " dan tanpa menunggu jawaban dariku, nazar langsung saja menarik tangan kiriku dan menyematkan cincin yang lebih kecil di jari manisku... dan cincin yang agak besar di jari masisnya sendiri.
"Perfect!! Selanjutnya kita lihat gedung ya, tapi sebelum itu... aku harus mampir ke kantor dulu. Kamu mau ikut, atau nungguin di cafe dekat kantor?! " ucapnya setelah puas melihat betapa pasnya cincin dijari kami. Sangat cocok.
Tapi apa tadi dia bilang??! Ikut kekantor atau menunggu dicafe??!!
"Nggak dua duanya!! gue mau pulang!! " seruku tak berminat dengan dua pilihannya.
Aku belum siap untuk ke kantor atau berkeliaran di sekitar kantor, karna setelah kuingat-ingat... ada pinka dan inez serta para pegawai kantor yang pasti akan menyerbu serta mengintrogasiku tentang bagaimana caranya aku bisa dekat dengan sang CEO Mr. Nazar mubarok itu.
Jujur saja aku bingung harus jawab apa."Oke, kalo gitu kamu ikut aku ke kantor!! "
Aku mengerjapkan mataku cepat, tak percaya dengan apa yang aku dengar. Hei, bukankah tadi dia yang menyuruhku memilih... tapi saat aku tidak pilih dua pilihannya, kenapa dia jadi seenaknya menentukan kalau aku harus mengikutinya. Emang dia pikir dia siapa??!'Atasanmu dikantor, sekaligus calon suamimu!!' Aku yakin itu jawaban nazar kalau aku menyerukan pertanyaan dikepalaku itu. Huh, susah emang ya ngadepin orang yang maunya menang sendiri.
"Tapi gue mau pulang!!" Aku tetap bersihkeras, tapi si nazarese itu tetap tidak mau mendengarkanku dan terus menyeretku masuk ke dalam mobilnya.
"iya iya... kita pasti pulang kok, tapi nanti... setelah semua urusan hari ini beres!! " enteng banget dia ngomong kayak gitu. Ugh, percuma ngomong apa juga... karna nazar tetap akan memaksakan kehendaknya padaku.
Seperti sekarang ini, tanpa mempedulikan aku yang terus berteriak minta turun dari mobil ini... ia tetap tancap gas dan memacukan mobilnya menuju ke kantornya. ichh... dasar Mr.tukang paksa. ˋ△ˊ
.....**
Jalanan yang macet membuat perjalanan ke kantor yang harusnya bisa ditempuh dalam waktu 20 menit, jadi ngaret sampe 55menit. Gak asik banget nih jalanan... macet disaat yang gak tepat. Bikin situasi canggung aja sih, terlebih di sepanjang perjalanan 55 menit itu aku maupun nazar tidak ada yang bersuara sama sekali.
Nazar fokus dengan jalanan, sedang aku sibuk menata perasaanku yang mendadak jadi gak karuan gara-gara kejadian tadi. Huh, kok udaranya jadi panas gini ya kalo keinget kejadian di butik tadi. Aku butuh segalon air dingin nih. Sekarang.Sesampainya di kantor, masih tanpa suara... nazar langsung menggandengku masuk ke kantor.
Dan sesuai dugaanku... kami langsung jadi pusat perhatian seluruh penghuni kantor. Nih mereka pasti mikir yang macem-macem ni. Mereka pasti berpikir kalau aku wanita penggoda yang suka ngegodain boss, huh... padahal kan....."Nggak usah gandengan terus kali, malu nih diliatin yang lain!! " protesku yang jadi risih diperhatikan orang sekantor gara-gara dia yang terus menggandengku secara possessive.
"Kenapa harus malu?!! Harusnya tuh kamu bangga bisa gandengan sama cowok sekece plus sekeren aku!! " ucapnya sambil menarik pinggangku makin merapat padanya. Haduh, alamat makin digosipin nih.
Kami sudah berdiri didepan lift khusus direksi saat ini, aku tidak tau tujuannya kemana... tapi kalau aku tidak salah tebak mungkin nazar mau ruang kantornya, ada kerjaan yang tidak bisa ditinggal kalinya.
*TINGG!!
Pintu lift terbuka.Nazar sudah siap menggiringku masuk ke dalam lift, tapi langkah kami jadi terhenti karna sebuah suara familiar yang tiba-tiba menginstruksi kami.
"Mr. Nazar... bisa kita bicara sebentar?! "
aku dan nazar menoleh serentak, dan mendapati pak andi, omnya nazar sudah berdiri disamping kami dengan ekspresi misteriusnya.
"Berdua!! Saya mau bicara sesuatu yang penting, cuma empat mata dengan anda!!! " lanjut pak andi menegaskan kalau aku tidak boleh ikut dengan mereka."Oh, oke. Kebetulan aku juga punya sesuatu yang ingin kubicarakan dengan om!! " ucap nazar sebelum akhirnya ia beralih padaku dan mengecup ringan keningku.
"Sayang, naaf ya aku tinggal sebentar... kamu gak apa apa kan nunggu disini sebentar?!! "Yaampuunnn... senyumnya so sweet bangeettt. Bikin aku tanpa sadar ikut tersenyum kepadanya.
"Aku tunggu dicafe aja!! " Hiiiiii, rasanya aku merinding sendiri mendengar suaraku yang terdengar malu-malu kucing kayak ABG baru pacaran gini sih. Kenapa sikapku mendadak seperti ini??! Apa ini karna effect ciuman tadi?!
"Oke. Aku gak akan lama kok!! " nazar kembali memberikan senyum termanisnya padaku lalu kemudian ia berlalu masuk ke lift bersama dengan pak andi.
"Kita bisa bicara diruangan saya!! "*TING!!
Pintu lift tertutup. Menyisakan aku yang berdiri sendirian didepan lift itu tanpa tau harus berbuat apa. Oh iya... bukankah aku seharusnya pergi ke cafe, dan menunggu nazar. Beneran deh, jadi berasa kayak ABG baru pacaran.Aku segera berjalan keluar kantor untuk menuju ke cafe, tapi baru beberapa langkah aku keluar kantor... tiba-tiba seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah zana, menghadangku dan menatap sinis serta rendah kepadaku. Seperti biasa.
"Gue rasa, kita juga harus bicara!! " ucapnya penuh penekanan.
Astaga, apa lagi ini??! Jangan bilang dia mau ngelabrak aku lagi kayak waktu di cafe dulu. Ck, nih cewek bener-bener ya... jadi gak rela kalo sampe nazar sama cewek kayak gini. Daripada sama zana yang bikin BT ini, mending sama akulah!! *Eeh.
Double fix nih, aku beneran ketularan gilanya nazar. Bisa bisanya aku bilang kayak gitu tadi.
BERSAMBUNG

YOU ARE READING
MY PLUS PLUS BOSS!!
RomanceBos ku itu.... ganteng, keren, sexy, cool, and perfect... cowok idaman banget deh pokoknya. Tapi itu menurut orang2. Kalo menurut aku sendiri sih.... dia itu bos yg sok, tengil, songong, sombong, cerewet, tukang perintah, sadis, plus nyebelin, plus...