PART 21

3K 103 1
                                        

-DINDA POV-

Harus kuakui... bicara dengan wanita bernama zana itu sangat menguras emosi. Dan harus kuakui juga... melihat reaksi kesal serta raut marah zana saat nazar merangkulku pergi meninggalkannya amat sangat sangat sangaaaattttt menyenangkan. Haha. Thanks boss bro... you make me to be a winner!! yippeyeiiii!!

"Kita sudah sampai!! " eh.
Suara nazar membuat tawa geliku saat mengingat raut kesal zana tadi jadi terhenti.

Nazar bilang apa tadi?! Sudah sampai? Sampai dimana??

Kualihkan tatapanku ke luar jendela untuk mengetahui dimana keberadaanku sekarang, dan hal pertama yang kulihat adalah sebuah gedung pencakar langit yang menjulang tinggi dengan dominasi warna coklat, perak serta emas yang membuat kesan mahal seolah tertulis secara kasat mata di gedung yang kuperkirakan sebagai hotel yang sepertinya dilengkapi restoran itu.

"Silahkan, princess!! "

Kukerjapkan mataku beberapa kali. Sepertinya aku melamun lagi, dan saat aku tersadar dari lamunanku... kulihat nazar sudah keluar dari dalam mobil dan kini berdiri disampingku. Membukakan mobil untukku. Serta membungkukkan badannya seraya mengulurkan tangannya padaku. OH MY GOD!!

"Kau mau turun sendiri atau perlu kugendong?! " suara nazar membuatku langsung berjengkit keluar dari dalam mobil mengacuhkan uluran tangan nazar.
Dia bersikap manis seperti itu saja sudah membuat jantungku bersaltoria, apalagi kalau sampai dia benar-benar menggendongku... apa kabarnya jantungku nanti?!

Rasa gugup membuatku memilih untuk mengabaikan tawa cekikikan nazar dibelakangku dan berjalan cepat masuk ke gedung itu. Astaga... ada apa dengan jantungku ini?! Kenapa mendadak jadi suka melompat-lompat begini, dan... dan dimana ini??!

Harusnya sekarang aku benturkan kepalaku ini ketembok.
Bagaimana aku bisa melenggang masuk ke tempat yang ternyata memang benar restoran di lantai pertama gedung ini tanpa tau apa yang akan kulakukan. Bodoh.

"Kenapa berhenti?! Ayo jalan terus!! " intruksi dari belakangku yang berlanjut dengan rangkulan dipinggangku membuatku mau tak mau melangkah masuk lebih jauh ke dalam restoran itu. Dan kurasa tidak perlu ditanya lagikan siapa yang melakukan itu. Yup, nazar. Dengan sedikit mendorongku ia membawaku menuju lift di sudut restoran ini. Dia mau membawaku kemana?! Jangan bilang mau check in di hotel yang ada di lantai atas restoran ini. NO WAY!!

"Apa ini gedung untuk ... emmm... perr... ehemm... acara minggu depan?! "
niat hati ingin mencoba mencairkan suasana agar aku tidak terlalu tegang, eh... suaraku malah tercekat seperti suara ayam yang dipotong. tak bisa mengatakan kata 'pertunangan' saking malunya. Dan itu malah membuat rasa gugupku makin menjadi karna melihat nazar yang menahan tawanya melihat kegugupan yang melandaku ini.

"Yah, apa kau suka?! " tubuh nazar sedikit berguncang saat dia mengatakan itu. Aku tau ia tengan mati-matian untuk tidak menertawakan kegugupanku. Sial.

"Tempatnya bagus... " cuma itu yang bisa kukatakan. Dan aku cuma bisa memalingkan wajahku, tak sanggup melihatnya saking malunya
Ck, ini gara-gara pemikiran check in tadi... makanya aku jadi makin gugup dan bertingkah konyol seperti ini.

*TING!!
Suara pintu lift terbuka.

Aku masih dengan sedikit dorongan dipinggangku dari nazar akhirnya masuk juga ke lift itu bersamanya.

"Kita mau kemana?! " setelah berjuang melawan rasa gugupku, akhirnya pertanyaan itu meluncur juga dari mulutku. Pertanyaan yang konyol sebenarnya... sudah jelas-jelas kami berada di dalam sebuah restoran yang merangkap hotel. Atau mungkin hotel yang merangkap restoran. Ah, aku jadi bingung bagaimana cara menjelaskannya. Tapi tempat ini sudah jelas dan sepertinya percuma aku bertanya lagi.

MY PLUS PLUS BOSS!!Where stories live. Discover now