Seorang gadis keluar dari Porsche keluaran terbaru yang sedari tadi menarik perhatian semua murid di sekolah elite tersebut. Meskipun mayoritas murid disana adalah kalangan menengah atas, tapi tetap saja mobil itu terbilang mahal bagi mereka.
Semua mata terpusat pada satu objek. Dengan tubuh tinggi semampai dan berbentuk S Line, gadis itu berjalan dengan percaya diri. Rambut ikal dark brown-nya yang tertiup angin ketika dia berjalan menampilkan kesan anggun.
Garis wajah yang tegas serta mata birunya yang tajam menunjukkan keangkuhan seorang gadis berkelas yang tidak sembarang orang bisa bergaul dengannya. Bibir tipisnya yang berwarna pink alami tidak tersenyum, dan hidungnya yang mancung terasa begitu pas dan prosposional dengan wajahnya. Semua kombinasi tersebut menunjukkan betapa rupawannya sosok tersebut hingga semua orang yang bertemu dengannya akan berpikir bahwa Tuhan menciptakan dirinya ketika sedang berbahagia.
Gadis itu memasuki ruang kepala sekolah dan duduk dengan anggun di sofa untuk tamu. Sembari menyilangkan kakinya dan menyuruput teh yang sudah disediakan, dia melirik Serpenti Watch Bvlgari yang melingkar di pergelangan tangan kirinya lalu mendongak lagi seolah sedang menunggu sesuatu atau seseorang. Benar saja, karena tak lama pintu yang berada di sisi lain ruangan tersebut terbuka dan masuklah seorang lelaki berperawakan tinggi dengan aura wibawa yang mendominasi meskipun usianya mungkin sudah berada di awal kepala tiga. Setelah pintu ruangan kepala sekolah tertutup, beliau segera duduk dihadapan gadis tersebut, seketika aura wibawa yang terpancar dari beliau menghilang dan digantikan oleh seringai jahil yang sangat berbanding terbalik dengan atribut resmi yang dipakainya.
"Halo, Bapak Kepala Sekolah. Apa kabar?" sapa gadis itu dengan nada dan senyum mengejek mendahului lelaki tersebut yang pasti akan mengejeknya duluan jika dia tidak gerak cepat.
Lelaki tersebut mendengus kesal. "Puas liat gue dihukum Grandma?"
Gadis itu terkekeh kecil dan mengangguk. "Of course! You look good with that uniform, Res."
"Res?! What the-" Hampir saja dia keceplosan mengumpat, lelaki itu mengehela napas pelan lalu menyipitkan matanya "Enak aja manggil nama sembarangan. Gue Kepala Sekolah di sini ya meskipun terpaksa!"
"Lagian ini juga salah lo sendiri, udah enak enak ngurus perusahaan malah bandel. Mampus kan lo di suruh nyambi jadi Kepala Sekolah gini. Terus headline berita di media massa pada heboh dengan tagline: Ares. The Youngest and Hottes Princippal Ever! Gausah heran gitu muka lo. Meskipun di luar negeri, gue masih ikutin gosip sini kok."
Kali ini senyum mengejek Ares kembali timbul. "So, mumpung lo lagi bahas tentang luar negeri. Jadi, kenapa lo balik? Tired to run away?"
"I'm not run away, and btw kenapa setelah 2 tahun lo masih single?" sangkal gadis tersebut dan kembali menyerang Ares dengan ejekannya.
Ares hanya mendengus dan memutar bola matanya. "Skip this topic, okay?"
Dengan senyum miring gadis itu mengangkat satu bahunya acuh.
"Kalau gitu gue cuma mau ingetin, walaupun lo cucu pemilik sekolah ini, lo nggak akan diistimewakan."
"You know me so well, Res. I really don't care about that," ucap gadis itu datar
"I just reminding you. "
Tanpa repot-repot menjawab kembali ucapan Ares, gadis itu mengangkat bahunya acuh.
"Ini jadwal kelas dan pelajaran lo, denah sekolah, dan surat pengantar buat guru yang lagi ngajar di kelas lo. Sesuai yang gue bilang kalau lo gak ada hak spesial, jadi nggak akan ada guru yang ngejemput dan nganterin lo sampai kelas, karena disini diajarin mandiri. Jadi meskipun lo murid baru lo harus nyari kelas lo sendiri, sekalian sosialisasi dengan nanya murid lain kalau lo nyasar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Famous Untouched
Teen FictionDingin ketemu dingin? Apa jadinya? Nicholas Amadio Ganendra, cowok heartbreaker dengan incaran para gadis standar yang nggak famous sama sekali, padahal Nico termasuk cowok terpopuler disekolahnya. Dengan semua kelebihannya itulah banyak kaum hawa y...