18: Air Mata Phoenix

6.1K 302 83
                                    

Dua minggu terlewati begitu saja tanpa peristiwa yang berarti. Sheen dan Nico yang semakin sering belajar bersama dan hubungannya banyak diirikan. Dimana ada Nico pasti ada Sheen, begitupun sebaliknya. Buku pun sering berada di tangan mereka, saling melempar-kan pertanyaan tentang Sains yang entah mengapa terlihat sweet di mata orang lain.

Ellen tiba-tiba saja menjadi terkenal di IBS karena dua minggu pertamanya di IBS sudah diisi dengan absen yang banyak. Semua murid heran karena IBS tidak menindaklanjuti hal ini, apalagi terdapat batasan absen bagi murid IBS. Sheen pun sebenarnya bisa menanyakan hal ini kepada Ares, namun seperti yang kita tahu akan sifat Sheen. Gadis itu tak mau ikut campur akan hal yang bukan urusannya.

Sheen sedang asik membaca buku Kimia yang ada di meja kantin saat Nico datang membawa minum untuk keduanya. Diangsurkannya satu minuman itu ke hadapan Sheen. Sheen mendongak dan tersenyum tipis.

"Thanks." Ucap Sheen.

"Oh gitu. Jadi Sheen doang nih yg dibawain minum?" Celetuk Edgar.

"Lo kan udah ada minum." Sahut Nico singkat.

"Kurang Nic."

Nico mendengus yang membuat Cira, Katya, Rayan, dan Alan tertawa.

"Jadi kapan tes lagi sama Bu Rini?" Tanya Nico pada Sheen.

"Minggu depan mugkin." Jawab Sheen yang juga tetap fokus membaca.

Tiba-tiba Sheen menghela napas lelah dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Perasaan gue ikut olimpiade pas SMP dan kelas 10 nggak gini amat." Gumam Sheen pelan. Ya, memang Sheen akan mengikuti Olimpiade Kimia 2 minggu lagi. Sedangkan Nico sering menemani Sheen belajar.

Nico menatap Sheen yang melihat meja dengan tatapan kosong. Cowok itu tersenyum tipis.

"Emang gini sistem di IBS. Mereka selalu mempersiapkan sesuatu dengan sangat matang. Dulu gue pas awal ikut olimpiade juga ngrasain kek lo. Tapi sekarang udah biasa."

"Gue jadi pengen pindah sekolah lagi."

"Yaudah pindah aja."

"Kok lo gitu?"

"Gitu kenapa?"

"Au ah gelap." Kata Sheen kesal lalu menelungkupkan kepalanya dalam lipatan tangannya di meja.

Nico tertawa kecil.

"Kok lo sekarang jadi manja kek gini Af?"

Tiba-tiba Sheen menegakkan tubuhnya. Wajah gadis itu terlihat kaget lalu memerah malu karena di tatap enam pasang mata termasuk Nico.

"Iya ya? Kok gue nggak keren sih sekarang?" Gumam gadis itu pelan. Membuat semua orang di meja itu tertawa geli.

Setelah beberapa detik menggumamkan kalimat itu, Sheen langsung menampilkan ekspresi datarnya lagi dan kembali membaca dengan serius.

Nico tertawa lagi melihat lagak Sheen yang seperti itu. Dicubitnya pipi tirus Sheen, "Biasa aja Af."

Sheen mendelik kesal sembari mengusap-usap pipi nya yang dicubit Nico. "Sakit tau," ucapnya kesal.

Nico hanya bisa tersenyum seolah tak berdosa. Mereka kemudian melanjutkan bercanda yang membuat orang menatap mereka iri. Di tengah tawa lepas Sheen dan Nico, sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel Sheen. Gadis itu melihat layar yang berisi nomor disembunyikan. Tanpa berpikir panjang Sheen menggeser tombol merah karena malas meladeni orang kurang kerjaan seperti itu.

"Siapa?" Tanya Nico.

"Nggak tau, nomernya disembunyiin."

"Oh pantesan nggak diangkat."

Famous UntouchedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang