"Sheen, Nico udah di bawah nih."
Suara dari intercom itu sukses mengalihkan perhatian Sheen dari boneka berukuran sebesar orang dewasa ke jam tangan yang melingkar cantik di tangannya. Setelah melihat jam yang menunjukkan pukul 7 malam, gadis itu bangkit berdiri dari tepi tempat tidurnya dan menuju cermin untuk mengecek penampilannya.
Ripped jeans yang dipadukan dengan atasan hitam model crop tee itu memberikan kesan kasual pada dirinya. Apalagi dipermanis dengan kemeja flanel, serta rambut terurai dengan ikal menggantung itu membuatnya tetap memiliki kesan feminim dan anggun.
Sheen turun menggunakan lift dan sudah berhadapan dengan Nico di ruang tamu.
"Ayo." Ajak Sheen.
"Kemana?" Tanya Nico
Sheen mendengus jengkel, "Katanya mau keluar?"
Nico mengangguk-angguk. "Emang. Tapi ganti dulu deh baju lo."
"Kenapa emang?"
"Dingin Sheen," kata Nico kalem.
"Gue udah biasa tau."
"Udah ganti aja. Kalau nggak mau, ambil jaket sana."
"Masa pakek jaket? Kan nggak matching banget."
"Tumben peduli sama penampilan, biasanya lo kan kagak peduli."
"Gue selalu peduli ya, lo aja yang kagak pernah tau." Kata Sheen sambil mengalihkan pandangannya. Menghindari tatapan Nico, karena yang dikatakan Nico sebenarnya fakta. Karena Nico lah akhir-akhir ini Sheen lebih peduli dengan penampilannya.
"Bohong ya?"
"Enggak kok."
"Kenapa nggak berani liat gue lagi?"
"Yuk ah berangkat," Kata Sheen mengalihkan topik pembicaraan sambil menarik-narik tangan Nico.
"Nggak usah mengalihkan topik deh."
"Nico, ih!"
Nico tertawa kecil lalu mengacak-acak rambut di puncak kepala Sheen lembut. "Ambil jaket dulu, baru berangkat."
"Nico. Kan udah gue bilang kalau nggak bakal ma-"
"Siapa bilang? Lo pakek apa aja juga bakal cocok. Udaaah ambil sana."
Secara mendadak wajah Sheen memerah karena pujian Nico yang entah hanya gombalan semata atau tidak.
"Buruan, Af. Keburu malem, ih." Perkataan Nico menyentak Sheen dari kebaperannya.
"Iyaiya, ini otw."
Nico memutar bola matanya jengah, "Otw apanya? Jelas-jelas masih duduk gitu."
"Iya Niniiiiii, sabar elah. Ini juga masih berdiri." Balas Sheen kesal.
"Cepetan."
"Bawel." Gerutu Sheen sambil berjalan menuju lift.
Setelah Sheen mengambil dan memakai jaket kulit hitam, mereka berdua menuju ke gazebo belakang rumah Sheen untuk berpamitan kepada Mom dan Daddy Sheen. Elys yang juga ada di sana terus saja menggoda Sheen, begitu juga kedua orangtuanya. Membuat Sheen malu setengah mampus. Tak ayal, Sheen langsung saja menyeret Nico keluar rumah meskipun Nico juga senang menanggapi godaan-godaan mereka karena dapat melihat wajah manis Sheen saat malu.
Sheen melongo saat tiba di depan rumahnya. Bukan mobil yang menanti mereka, melainkan motor Ninja berwarna black dof yang terpakir di sana.
"Makanya gue suruh lo pakek jaket. Ngeyel sih jadi orang," Kata Nico sambil menggamit tangan Sheen dan menuntunnya menuju motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famous Untouched
أدب المراهقينDingin ketemu dingin? Apa jadinya? Nicholas Amadio Ganendra, cowok heartbreaker dengan incaran para gadis standar yang nggak famous sama sekali, padahal Nico termasuk cowok terpopuler disekolahnya. Dengan semua kelebihannya itulah banyak kaum hawa y...