"Sampai mana proposalnya?" Tanya Nico saat diadakan rapat OFIBS beberapa hari kemudian.
"Udah 100%. Tinggal nanti dikasih ke Bu Elsye aja buat revisi," jawab Sheen.
Nico mengangguk sebagai tanda kalau dia puas dengan jawaban Sheen. Karena Sheen bekerja dengan cepat, bahkan hasilnya diluar ekspetasi. Dalam waktu 3 hari saja dia sudah selesai membuat Proposal acara besar. Kemudian Nico menanyakan perkembangan pekerjaan pada semua Sie dan mempersilahkan mereka untuk melanjutkan diskusi atau tugasnya. Sedangkan Nico mendekati meja Sheen untuk melihat proposal buatan Sheen agar bias segera diperbaiki kalau memang ada revisi darinya.
"Gue nggak ada revisi, Af. Lo bisa ke ruangan Bu Elsye sekarang sama Dikta buat revisi?" Tanya Nico.
Sheen menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, kemudian berdiri dan mengambil proposal yang sudah dipegang Nico. "Jangan panggil gue Af," kata Sheen datar.
Nico hanya mengangkat sebelah alisnya dengan ekspresi datar.
Sheen memutar bola matanya jengah dan segera berlalu untuk keruangan Bu Elsye bersama Dikta-ketua panitia untuk acara kali ini-.
***
"Gimana?" Tanya Nico saat Sheen baru saja memasuki ruang OFIBS.
"Acc." jawab Sheen singkat
"Tanpa revisi?" Tanya Nico lagi seolah menyuarakan keheranan semua orang yang ada diruangan tersebut,
"Ya," jawab Sheen singkat.
"Oke, jadi kembali ke pembicaraan diawal tadi sebelum Af ehm, maaf maksud saya Sheen datang mengintrupsi. Outdoor Learning dan peresmian Sheen sebagai anggota OFIBS akan diadakan lusa. Jadi persiapan diri kalian, baik fisik ataupun mental. Dan ini daftar barang yang yang harus kalian bawa," setelah mengucapkan kalimat tersebut, Screen dibelakang Nico menampilkan daftar barang untuk acara lusa yang segera dicatat atau difoto oleh semua anggota OFIBS.
***
Sheen sudah merasa de javu saat baru saja turun dari bus milik IBS. Dia sekarang berada di depan gerbang sebuah kebun raya, pohon-pohonnya yang rimbun dan menjulang membuat suasana sangat rindang dan sejuk. Matahari yang menerobos lewat celah-celah dedaunan menambah keasrian tempat ini. Didepannya ada jalan setapak yang diapit pohon-pohon di kanan kirinya. Jalan itu akan menuntun kita pada lapangan luas dan sungai yang mengalir tenang di seberangnya.
Sheen sudah pernah kesini dulu, karena itulah dia merasa de javu. Pikirannya seolah terlempar ke masa lalu, pada saat LDK anggota OSIS ISS. Kenangan itu membuat perutnya mual dan lidahnya pahit. seolah tubuhnya memberontak untuk mengingat kenangan itu.
"Sheen!"
Sheen tersentak saat merasa bahunya diguncang pelan, saat dia menoleh kesamping dilihatnya salah satu temannya menatap dengan heran. Sheen segera berjalan menyusul yang lain. Tak jauh dari situ, dengan tatapan datar dan wajah lempeng Nico melihat kala Sheen ditegur, namun tanpa sadar terus mengikuti gerak gerik gadis itu yang aneh. Gadis yang selalu berjalan dengan percaya diri dan menatap tajam kedepan itu sekarang sedang menunduk dan berjalan dengan... ragu?
Nico mengedipkan matanya sekali dan meruntuki dirinya yang tanpa sadar penasaran akan Sheen. Cowok itu mendengus pelan dan mengalihkan pandangannya dari Sheen.
Semakin masuk ke dalam, suasana terasa semakin asri dan menenangkan dengan angin yang berhembus pelan. Sheen merapatkan mantel krem yang dipakainya dan menarik turun beani head merah maroon-nya untuk menutup telinganya karena menggigil. Bukan menggigil karena dingin, tapi menggigil karena kenangan-kenangan yang terus muncul diingatan Sheen, meskipun Sheen berusaha keras menyingkirkan kenangan tersebut. Nyatanya kenangan tersebut terus menghantam pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famous Untouched
Teen FictionDingin ketemu dingin? Apa jadinya? Nicholas Amadio Ganendra, cowok heartbreaker dengan incaran para gadis standar yang nggak famous sama sekali, padahal Nico termasuk cowok terpopuler disekolahnya. Dengan semua kelebihannya itulah banyak kaum hawa y...