14: Fortuna

6.8K 357 43
                                    

Hari minggu yang cerah. Sheen terbangun dijam yang tak diketahuinya, dia memencet sesuatu di nakas samping tempat tidurnya dan otomatis gorden besar di sebelah tempat tidurnya terbuka, membuat sinar matahari pagi menyeruak memenuhi kamar. Dengan mata menyipit karena silau, Sheen bangun dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi saja. Kebiasaannya diminggu pagi memang hanya menggosok gigi dan mencuci muka, untuk mandinya gadis itu lebih suka dilakukan selesai sarapan atau hari yang akan beranjak siang.

Dengan muka yang masih menahan kantuk Sheen sekali lagi menguap, dia berencana akan tidur lagi nanti setelah perutnya yang kerocongan terisi. Sheen membuka pintu kamarnya dan berjalan seperti zombie karena kantuk. Namun langkahnya berhenti dan matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan kebenaran sosok yang sedang duduk di kursi taman yang menghadap ke kamarnya.

Sosok itu yang ternyata Nico mengangkat satu kaki nya dan menumpukannya di kaki lainnya. Kedua tangannya terlipat dan sinar matahari pagi menyorot ke arahnya yang bernampilan kasual dengan kaos warna polo putih dan jeans selutut warna khaki. Outfit sederhana itu mampu mencetak tubuhnya yang proposional, dada yang bidang, bahu yang lebar, dan rambutnya yang tertata rapi ke belakang berkilauan tertimpa cahaya membuat Sheen meneguk ludahnya susah.

'Gilak!' Batin Sheen terpesona sementara tubuhnya masih terdiam dan matanya mengerjap-ngerjap kaget.

Nico melambaikan tangannya dan menepuk bangku taman di sebelahnya yang kosong. Mengisyaratkan agar Sheen mendekat. Tanpa memperdulikan baju tidur lusuh kesayangannya, Sheen mendekati Nico dan duduk di sampingnya.

"Ngapain lo di sini pagi-pagi?" Tanya Sheen heran.

"Ngapelin elo." Jawab Nico datar.

Refleks Sheen memukul lengan Nico, "Serius elah." Gerutunya.

"Udah serius juga," gerutu Nico balik.

Sheen memutar bola matanya dan melipat kedua tangannya, "Au ah gelap." Jawabnya sebal.

Mendengar jawaban Sheen, Nico hanya terkekeh pelan dan mengacak rambut dark brown gadis itu gemas. "Lo umur berapa sih Sheen? Baju tidur aja masih gambar minion. Sandal lo juga baymax, anak-anak banget sumpah."

Sheen melihat bajunya yang warnanya agak pudar karena termakan usia. Ini baju tidur kesayangannya. Lalu tanpa sadar Sheen melihat Nico yang sudah tampil rapi. Sekarang Sheen merasa sangat tak pan-tas duduk di samping Nico dengan baju dan sandal macam gini. Saat dia berdiri untuk mandi dan ganti baju, Nico menahan tangannya.

"Mau kemana?" Tanyanya.

"Ganti baju. Ganti sandal. Gue jelek banget di samping lo pakek kek ginian."

"Siapa suruh lo ganti baju? Lo imut kok pakek ginian."

"Jangan kebanyakan gombal deh. Sumpah, gue jijik."

"Biasanya gue jarang atau hampir kagak pernah ngegombal. Mulut gue aja yang ngomong-ngomong sendiri."

Sheen memutar matanya tak percaya pada alibi Nico.

"Lo tadi mau ke bawah kan sebelum liat gue di sini?" Tanya Nico.

"Iya, niatnya gue mau makan terus tidur lagi,"

Saat kalimat itu selesai diucapkan, perut Sheen berbunyi lagi. Dengan wajah merah dia memalingkan mukanya agar tak terlihat Nico.

Nico tertawa kecil melihat wajah Sheen yang memerah karena malu, "Yuk, gue temenin." Ucapnya sambil menggandeng tangan Sheen menuju lift.

Saat Sheen sampai di meja makan salah satu asisten rumah tangga nya langsung menyajikan susu coklat untuk Sheen. Rutinitas Sheen.

Famous UntouchedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang