Sheen sedang berbaring di sofa bundar kebesarannya di kamar, sofa yang kelewat empuk hingga menenggelamkan badannya itu terlihat lucu dengan warna baby pink nya di tengah nuansa kamar Sheen yang berwarna broken white. Gadis itu tengah mengingat-ingat kenangannya akan Nico saat kesadaran menyeruak di antara kebahagiannya. Kesadaran yang menghujam hatinya itu disusul oleh berbagai ingatan buruk masa lalunya yang terus terputar. Gadis itu membolak-balikan badannya resah sambil mengernyit untuk mempertimbangkan berbagai hal yang bersliweran di kepalanya.
"Sialan!" Umpat Sheen kesal sambil bangun dari posisi berbaringnya.
Dengan menggigiti kuku kalut, Sheen berdiri dan menghempaskan tubuhnya di kasur. Batinnya menolak segala pernyataan di otaknya. Gadis itu menghela napas kasar dan menghampiri handphone-nya yang terletak di nakas dengan dering tanda telepon masuk.
Nama Nico terpampang di layar handphone-nya. Sheen menimbang-nimbang untuk mengangkatnya atau mengacuhkan telepon itu. Gadis itu menggelembungkan pipinya dan menggeser tombol hijau lalu menempelkan benda pipih itu di telinga kirinya.
"Ya?" Sahutnya pura-pura cuek.
"Lagi sibuk nggak?" Tanya Nico diseberang telepon tanpa sa-dar membuat senyum tipis terbit di bibir Sheen.
Sheen berjalan menuju ranjang dan berbaring sambil memeluk guling, "Iya lagi sibuk."
"Oh. Yaudah nggak jadi."
"Mau ngapain emang?"
"Nggak, nggak jadi."
"Ih, ngapain sih? Gue bisa berbaik hati nunda kesibukan gue kalau gue rasa apa yang lo sampein penting." Sewot Sheen yang memang dirinya tidak sibuk alias cuma tidur-tiduran aja.
"Gajadi. Lanjutin aja."
"Tapi gue kepo."
"Gajadi Af. Udah lanjutin aja apa pun yang lo kerjain sekarang."
"Gue udah kepo pokoknya."
Terdengar Nico yang menghela napas dalam dari seberang tel-epon, "Tadinya gue mau ngajak jalan. Tapi kayaknya lo nggak bisa,"
"Oh, itu aja."
"Iya itu aja." Balas Nico dengan nada jengkel.
"Oke, gue bisa."
"Hah?" Jawab Nico yang terpengarah akan jawaban tiba-tiba Sheen.
Sheen tertawa geli lalu memutuskan sambungan telepon secara sepihak.
Gadis itu dengan riang menuju walk in closet yang ada di kamarnya untuk berganti baju. Tanpa sadar, berbagai kekhawatiran yang tadi menyerang otaknya menguap begitu saja saat mendengar suara pertama Nico hari ini.
Setelah beberapa menit memilah-milah pakaian yang akan dikenakannya, akhirnya Sheen menjatuhkan pilihan pada skirt warna kuning dengan atasan tanpa lengan motif dot warna biru pastel, tak lupa jaket jeans model crop warna blue sky mix white mempermanis penampilannya. Setelah mengenakan setelan pilihannya, Sheen berjalan menuju salah satu lemari geser yang berukuran hampir sedinding walk in closet-nya. Digesernya lemari itu dan menampaklah jejeran sepatu dan tas berbagai tipe, jenis, merek, maupun perancangnya yang dapat dipastikan tidak dapat di beli dengan mudah oleh kalangan sosialita sekalipun.
Gadis itu mengedarkan pandangannya sampai ke atas lemari dan menjatuhkan pandangannya pada tas Max Mara J Bag Satchel warna wine yang ada di atas sendiri. Sheen mengambil tangga khusus dan menaruhnya di depan lemari itu. Dengan cekatan gadis itu menaiki tangga itu dan mengambil tas yang harganya masih berkisar 20 juta itu. Setelah mengembalikan tangga itu ke pojok ruangan, Sheen mengambil wedges sneakers coklat dari jejeran sepatunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famous Untouched
Ficção AdolescenteDingin ketemu dingin? Apa jadinya? Nicholas Amadio Ganendra, cowok heartbreaker dengan incaran para gadis standar yang nggak famous sama sekali, padahal Nico termasuk cowok terpopuler disekolahnya. Dengan semua kelebihannya itulah banyak kaum hawa y...