12: Javairea

6.3K 379 41
                                    

Sheen dan Nico memasuki mansion yang langsung disambut dengan jejeran pelayan berseragam yang menunduk hormat. Dengan baju yang basah kuyup mereka berjalan diantara barisan pelayan itu, seorang pelayan terlihat masuk ke dalam dan kembali dengan membawa dua handuk yang langsung di sampirkan di pundak Sheen dan Nico.

"Tolong anterin teman saya ke kamar mandi tamu dan siapin baju Ares atau sepupu laki-laki lain yang tertinggal disini. Saya mau ke kamar dan membersihkan diri dulu." Perintah Sheen sopan pada salah satu pelayan.

Nico mengekor di belakang pelayan yang menuntunnya terus memasuki mansion, sedangkan Sheen terlihat memasuki lift dan sem-pat melempar senyum tipis ke arahnya sebelum tubuhnya hilang dari pandangan karena tertelan pintu lift.

Sheen mandi lebih cepat daripada biasanya, rambutnya yang basah setelah keramas dan menguarkan aroma cinnamon itu hanya dili-lit dengan handuk. Tidak tersentuh hairdryer seperti biasanya. Dia hanya ingin cepat ke bawah, entah karena lapar atau sesuatu yang lain, Sheen sebenarnya sudah tau jawabannya hanya saja dia menampiknya dalam hati.

Setelah menyemprotkan parfum yang harganya bikin melotot itu, Sheen berdiri di depan kaca full body yang tertempel memenuhi satu dinding kamarnya. Kaos polos putih itu terlalu besar hingga menutupi hotpants warna hitam yang menempel ditubuhnya. Sandal rumah berwarna putih dengan boneka tokoh baymax di depannya itu terlihat lucu.

Sheen mengernyit, 'Apa gue kelihatan lucu? Sandal rumah ini terlihat konyol. Tapi ini sandal kesayangan gue, au ah pake aja. Lagi-an gue kenapa sih, biasanya gue kagak peduli mau pake apaan, kenapa gue jadi keliatan dandan buat Nico?'

Sheen membuang napas keras dan menuju lift sambil mengalihkan pikiran akan keanehannya. Setelah keluar dari lift, Sheen menuju ruang makan yang menjadi satu dengan dapur dan meja bar dalam satu ruangan besar. Dari jauh Sheen melihat Nico yang sudah duduk di meja makan sambil mengamati sekitar, Sheen mengangkat alisnya sambil berjalan menuju Nico. Tak dipedulikannya suara air terjun buatan di sisi kanan kirinya atau ikan berkecipak di bawah jembatanyang dilewatinya. Ya, di dalam rumah Sheen di buat kolam ikan yang di kelilingi tebing buatan dengan air terjun mengalirinya. Kolam itu besar dan lebar, hampir memenuni satu ruangan hingga dibuat jembatan lebar yang menghubungkan antara ruang depan dan dapur.

Sheen duduk di depan Nico dan meminum cokelat hangat yang sudah disuguhkan sesuai permintaannya lewat intercom di kamar tadi. Sambil meniup pelan minumannya, Sheen memperhatikan Nico yang masih mengamati desain interior mansion keluarganya.

"Desain nya unik banget. Modern dan alamnya nyatu, di sisi lain aku ngeliat desain minimalis, tapi aku juga ngelihat desain klasik dan alamnya. Semuanya ditata apik." Komentar Nico masih tanpa memandang Sheen.

"Gue-lo please. Gue kagok sama aku-kamu." Perkataan Sheen tak urung membuat Nico sedikit kecewa, tapi toh mereka tak ada hubungan apapun yang membuat Nico mau tak mau mengangguk mengiyakan. "Mansion ini baru aja direnovasi, dulu desainnya nggak kayak gini." Sambung Sheen.

Nico mengangguk-angguk pelan.

"Lo siapa sih sebenernya?" Tanya Nico akhirnya.

"Menurut lo?" Tanya balik Sheen.

Nico menelengkan kepalanya ke satu sisi, dia mengernyit dalam dan beberapa saat kemudian mengangkat bahunya tanda tidak ta-hu. Sheen memutar bola matanya jengah dan beranjak berdiri, Nico menatap Sheen dengan muka tanda tanya.

"Gue tunjukin, ikut nggak?" Kata Sheen.

Nico mengangguk dan ikut beranjak dari kursi makan.

"Mbak, saya nggak usah dimasakin ya. Saya makan ikut makan malem aja, tapi buatin roti Durian Mexi aja ya buat ngeganjel perut." Kata Sheen pada salah satu Asisten Rumah Tangga di rumahnya, lalu dia menoleh ke arah Nico. "Lo makan apa? Biar dimasakin selagi kita keliling." Tanyanya.

Famous UntouchedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang