Langit sore terlihat mendung dengan awan-awan kelabu yang menggantung rendah. Dibawah salah satu pohon rimbun, terlihat dua orang remaja berbeda jenis kelamin berdiri kaku. Kedua remaja yang masih mengenakan seragam sekolah tersebut menatap jauh kedepan, menatap orang-orang berpakaian hitam yang sedang berduka karena kehilangan seseorang. Beberapa orang terlihat bersimpuh di samping gundukan tanah merah dengan batu nisan di atasnya.
Sheen menghela napas berat lalu menatap Nico yang menoleh kepadanya, tanpa kata Sheen mengangguk dan berjalan pelan meninggalkan lingkungan pemakaman dengan diikuti Nico.
Cowok itu menatap Sheen dengan pandangan tak terbaca. Sejak menerima berita kecelakaan Afra yang membuatnya meninggal ditempat, Sheen tak pernah meneteskan air mata. Gadis itu hanya menghela napas berat dan sering terdiam dengan tatapan menerawang.
Sheen dan Nico akan memasuki mobil namun terhenti saat ponsel Nico berbunyi. Nico berjalan menjauh dan mengangkat telepon yang Sheen tak tahu dari siapa. Sheen urung masuk kedalam mobil dan memilih menatap Nico dari kejauhan. Nico berjalan menuju mobil setelah mengakhiri telponnya, cowok itu berjalan dengan terburu-buru dan setengah terhuyung, pandangannya kalut serta tubuhnya kaku. Sheen menghampiri Nico yang sudah di samping pintu pengemudi dan akan membuka pintunya namun tertahan karena tangan Sheen mencekalnya.
"Kenapa?" Tanya Sheen.
"Ellen..." Jawab Nico menggantung.
"Kenapa?" Tanya Sheen lagi.
"Naaf banget Sheen, gue nggak bisa anter lo balik. Gue pesenin taxi ya?" Kata Nico buru-buru tanpa membalas pertanyaan Sheen.
Tangan cowok itu kembali meraih pegangan pintu, namun lagi-lagi Sheen mencekal tangannya.
"Please... Gue lagi buru buru."
Sheen mematung. Selain kaget karena perlakuan Nico, Sheen juga kaget karena cowok itu memanggilnya 'Sheen' bukan 'Af' yang merupakan panggilan khusus dari cowok itu. Melihat reaksi Sheen membuat Nico sadar bahwa lagi-lagi dia membuat Sheen terluka.
"Sheen... sorr-" belum sempat Nico mengucapkan permintaan maafnya Sheen sudah memotongnya.
"Minggir." ucap Sheen dingin tanpa memandang Nico.
"Sheen..."
"Gue yang nyetir."
"Tapi Sheen..."
Sheen menatap tajam Nico, "Katanya lo lagi buru-buru?" Tanya Sheen tajam.
Nico mengacak rambutnya frustasi.
"Jangan raguin kemampuan gue ngebut. Lo pikir gue bakal biarin lo yang kalut gitu untuk nyetir?" Desis Sheen yang langsung mendorong Nico pelan karena posisinya menghalangi pintu kemudi.
Tanpa kata, Sheen masuk dan duduk di kursi pengemudi. Dengan tatapan lurus kedepan gadis itu menghidupkan mobil Lamborghini metalik itu. Nico berjalan cepat ke kursi penumpang di sebelah Sheen, baru saja cowok itu menutup pintu dan memakai seatbelt, Sheen langsung tancap gas keluar dari daerah pemakaman.
Memasuki jalan raya, Sheen semakin dalam menekan pedal gas, tubuh gadis itu terlihat rileks namun matanya menatap tajam kedepan tanda dia sedang sangat fokus. Dengan lihai Sheen menyalip kendaraan-kendaraan lain saat memasuki jalan tol, dibarengi kecepatan yang mengagumkan, Sheen menyalip truk-truk besar dan mobil lain layaknya pembalap amatir. Dengan santai gadis itu memutar-mutar roda kemudi untuk menyalip kanan kiri tanpa mengurangi kecepatan sama sekali.
Begitu sampai di pelataran parkir VVIP rumah sakit ternama, Nico segera keluar mobil dan berjalan cepat memasuki gedung tersebut. Di belakangnya, Sheen segera mengikuti Nico setelah melempar kunci mobil pada petugas vallet sembari meminta maaf karena tidak sopan sangking terburu-burunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Famous Untouched
Roman pour AdolescentsDingin ketemu dingin? Apa jadinya? Nicholas Amadio Ganendra, cowok heartbreaker dengan incaran para gadis standar yang nggak famous sama sekali, padahal Nico termasuk cowok terpopuler disekolahnya. Dengan semua kelebihannya itulah banyak kaum hawa y...